Heboh Jet Tempur J-20 Bisa Terbang Vertikal, Media Prancis Bongkar Propaganda Tiongkok

EtIndonesia. Upaya propaganda terbaru dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) terkait kehebatan jet tempur siluman J-20 mendadak jadi bahan perbincangan panas, tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional. Klaim sensasional bahwa J-20 mampu melakukan lepas landas secara vertikal—tanpa landasan pacu—telah dipatahkan secara telak oleh sejumlah analis dan media terkemuka dari Eropa.

Viral di Media Sosial Tiongkok, Dibagikan Pejabat PKT

Kontroversi ini bermula dari viralnya sebuah video di platform Kuaishou, media sosial populer di Tiongkok. Video tersebut menampilkan jet tempur siluman J-20 yang diduga mampu lepas landas secara vertikal di fasilitas militer Chengdu, tanpa membutuhkan runway sama sekali. Tayangan ini langsung menuai ratusan ribu penonton dan tak butuh waktu lama untuk tersebar luas—bahkan ikut dibagikan oleh pejabat PKT, salah satunya Konsul Jenderal Tiongkok untuk Belfast, Zhang Meifang.

Dalam narasi yang disebarkan, jet tempur J-20 digambarkan sebagai simbol supremasi militer dan kemajuan teknologi Tiongkok, serta diyakini siap menandingi atau bahkan melampaui jet tempur generasi kelima buatan Amerika Serikat seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Dibantah Keras Media Prancis: Video Hanya Hasil Animasi AI

Namun, fakta di lapangan ternyata jauh dari narasi yang dibangun. Pada 13 Juni, sejumlah media besar Prancis, termasuk saluran televisi nasional, secara gamblang membantah keaslian video tersebut. Dalam sebuah segmen khusus yang ditayangkan pada prime time, reporter teknologi militer Prancis menegaskan bahwa video yang viral itu merupakan hasil animasi kecerdasan buatan (AI) semata—bukan rekaman uji coba nyata.

Laporan investigatif mereka menemukan beberapa kejanggalan yang tidak bisa dibantah secara ilmiah. Salah satu sorotan utama adalah ketidakhadiran efek fisika pada video tersebut: tidak terlihat aliran panas, guncangan udara, atau gelombang api di bawah pesawat, padahal pada peluncuran vertikal asli—seperti yang dilakukan jet tempur VSTOL (Vertical/Short Take-Off and Landing) Amerika Serikat—efek semacam ini sangat kentara dan mustahil dihilangkan.

Komentar Pakar dan Pilot Senior: “Ini Mustahil”

Pernyataan lebih tegas datang dari seorang pilot tempur kawakan yang diwawancara langsung oleh televisi Prancis. Dia menyoroti dua keganjilan utama pada video:

  1. Jarak antar pesawat terlalu dekat
    Dalam rekaman, J-20 terlihat “lepas landas” di sebelah pesawat lain yang berjarak sangat dekat—padahal prosedur peluncuran vertikal membutuhkan ruang kosong yang sangat luas karena risiko gelombang panas dan turbulensi yang ekstrim.
  2. Tidak Ada Teknologi di J-20 untuk VTOL
    Pilot tersebut juga menyebutkan bahwa sejak dua tahun lalu, video resmi PKT sendiri sudah memperlihatkan spesifikasi teknis J-20 yang tidak mendukung sistem lepas landas vertikal. Tidak ada data, baik publik maupun bocoran intelijen, yang menunjukkan J-20 dilengkapi sistem seperti lift-fan atau nozzle vektor dorong serupa F-35B.

“Jika J-20 benar-benar bisa lepas landas secara vertikal, itu akan jadi lompatan teknologi terbesar abad ini. Tapi kenyataannya, Tiongkok masih sangat bergantung pada desain konvensional dan belum pernah memperlihatkan sistem VTOL pada jet siluman mereka. Video itu jelas palsu—dan para profesional tahu betul perbedaannya,” ungkapnya.

Motif di Balik Propaganda: Persaingan Global dan Efek Psikologis

Para analis militer meyakini, narasi ini sengaja diangkat untuk membangun citra keunggulan teknologi militer Tiongkok di tengah kompetisi sengit dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Dengan merekayasa kehebatan J-20, PKT berharap bisa memengaruhi opini publik domestik serta menanamkan ketakutan pada rival geopolitik di kawasan Asia-Pasifik.

Namun, penggunaan animasi AI dan penyebaran video palsu justru menjadi bumerang. Pengamat pertahanan dari Lembaga Studi Strategi Prancis menyebut:  “Setiap kali propaganda seperti ini terbongkar, kredibilitas militer Tiongkok di mata dunia makin tercoreng. Alih-alih meningkatkan citra, justru memicu gelombang skeptisisme internasional.”

Dampak: Waspada Fenomena Disinformasi Global

Kasus J-20 ini kembali menjadi peringatan penting akan masifnya gelombang disinformasi digital, terutama di era AI dan media sosial. Pakar teknologi digital menegaskan, kecanggihan teknologi manipulasi gambar dan video harus diimbangi dengan literasi digital yang kuat, agar publik tidak mudah terjebak narasi palsu.

Sampai berita ini diturunkan, pihak militer Tiongkok belum memberikan tanggapan resmi terhadap bantahan dan kritikan yang beredar di media internasional. Namun, kalangan profesional dunia pertahanan sepakat bahwa “lepas landas vertikal J-20” masih sebatas ilusi di dunia maya, bukan di langit nyata.”

FOKUS DUNIA

NEWS