Presiden menggambarkan konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran sebagai ‘menyakitkan bagi kedua belah pihak.’
EtIndonesia. CALGARY, Kanada — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Iran tidak berada dalam posisi unggul dalam konflik saat ini dengan Israel dan sebaiknya segera kembali ke meja perundingan “sebelum semuanya terlambat.”
Pasukan Israel meluncurkan serangan udara dan serangan drone besar-besaran ke Iran pada 13 Juni, dalam apa yang digambarkan oleh para pemimpin Israel sebagai “serangan pre-emptive” untuk mencegah Iran memproduksi senjata nuklir pertamanya. Serangan mendadak dari Israel ini merusak fasilitas nuklir Iran, komponen program rudal balistiknya, serta menewaskan para pemimpin militer top Iran dan ilmuwan nuklir terkemuka.
Iran kemudian membalas dengan menargetkan Israel menggunakan rudal balistik dan drone serang. Serangan beruntun ini telah berlangsung selama empat hari, dan beberapa berhasil menembus jaringan pertahanan udara Israel, menyebabkan kerusakan, korban jiwa, dan luka-luka yang terus meningkat.
“Ini menyakitkan bagi kedua pihak, tetapi saya akan katakan bahwa Iran tidak sedang memenangkan perang ini, dan mereka sebaiknya mulai berbicara, dan segera berbicara, sebelum terlambat,” ujar Trump kepada wartawan di awal KTT tahunan G7.
Sebelum serangan mendadak Israel, Amerika Serikat melakukan beberapa putaran perundingan dengan pejabat Iran terkait kesepakatan untuk membatasi ambisi nuklir negara itu. AS sebelumnya merupakan pihak dalam kesepakatan tahun 2015 yang bertujuan membatasi pengembangan nuklir Iran. Namun, Trump menarik AS dari kesepakatan itu pada 2018, dengan alasan bahwa kesepakatan tersebut tidak cukup menangani masalah keamanan dan gagal melindungi kepentingan Amerika Serikat.
Para pemimpin Iran berulang kali menyatakan bahwa mereka menjalankan program energi nuklir damai, tetapi sejak 2018 mereka telah kembali memproduksi uranium yang diperkaya tinggi.
Pada Februari, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB memperkirakan bahwa Iran telah menimbun sekitar 605 pon (274,8 kilogram) uranium yang diperkaya hingga 60 persen. Untuk mencapai bahan fisil tingkat senjata, uranium harus mencapai kemurnian sekitar 90 persen.
Selama pembicaraan terakhir, negosiator AS dan Iran tampak berselisih pendapat soal apakah Iran boleh melanjutkan pengayaan uranium.
Beberapa jam sebelum serangan Israel ke Iran, Trump mengatakan bahwa kesepakatan tampaknya sudah “cukup dekat.” Trump juga mengatakan, “Selama saya pikir akan ada kesepakatan, saya tidak ingin [Israel] menyerang.”
Dalam keterangannya kepada wartawan pada Senin (9/6), Trump mengatakan bahwa Iran terlalu lama mengambil keputusan untuk mencapai kesepakatan.
“Mereka ingin berbicara, tapi seharusnya mereka sudah melakukannya dari dulu. Saya beri 60 hari, dan mereka punya 60 hari, dan pada hari ke-61, saya katakan, ‘Kita tidak punya kesepakatan,’” ujar Trump.
Putaran keenam pembicaraan antara AS dan Iran dijadwalkan berlangsung di Oman pada 14 Juni, namun pertemuan itu dibatalkan setelah serangan mendadak Israel.
Pejabat AS menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan tersebut.
Ketika ditanya tentang kemungkinan keterlibatan militer AS dalam konflik Israel-Iran, Trump menjawab, “Saya tidak ingin membicarakan hal itu,” ujar Trump. (asr)
Sumber : Theepochtimes.com