Countdown Perang Nuklir? Armada Amerika dan Israel Bergerak, Iran Terancam Luluh Lantak

EtIndonesia. Situasi di Timur Tengah memasuki babak baru ketegangan setelah Amerika Serikat dan Israel menggelar operasi militer terbesar dalam satu dekade terakhir. Dalam 48 jam terakhir, langit Timur Tengah dipenuhi pergerakan jet tempur canggih dan pesawat pengebom jarak jauh, menandai sinyal kuat eskalasi militer yang tak lagi bisa diabaikan.

Konvoi Udara Amerika-Israel: Simbol Persatuan dan Peringatan Keras

Pada hari yang sama, dua pesawat pengebom strategis B-52 milik Angkatan Udara Amerika Serikat dikawal jet tempur F-15 Israel melintasi wilayah udara Israel, menuju kawasan Timur Tengah. Misi pengawalan ini bukan sekadar pertunjukan kekuatan, tetapi sinyal jelas bahwa Israel dan Amerika siap berkolaborasi secara terbuka dalam menghadapi ancaman Iran.

Sementara itu, dari pangkalan RAF Lakenheath, Inggris, tiga pesawat tanker KC-135 milik Amerika Serikat lepas landas dan langsung menuju Timur Tengah, masing-masing dikawal oleh empat jet tempur F-35A Lightning II—pesawat siluman tercanggih saat ini. Pejabat militer AS mengonfirmasi kepada Reuters bahwa gelombang berikutnya dari pesawat tempur Amerika akan terus berdatangan ke kawasan tersebut dalam beberapa hari ke depan.

Seorang analis militer independen asal Tiongkok, Zhou Ziding, menilai situasi ini sebagai langkah konkret Washington dalam mempersiapkan diri untuk “benar-benar ikut berperang” jika situasi memaksa.

Ancaman Terbuka: Pesan Keras Israel untuk Khamenei

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengeluarkan peringatan yang sangat tegas kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Dalam konferensi pers di Tel Aviv, Katz memperingatkan bahwa nasib Khamenei bisa saja berakhir tragis seperti Saddam Hussein—diktator Irak yang terguling dan dihukum mati setelah invasi koalisi internasional pada 2003.

“Saya peringatkan diktator Iran untuk tidak melanjutkan kejahatan perang dan menembakkan rudal ke warga Israel,” tegas Katz. 

Dia menambahkan bahwa Israel memiliki hak penuh untuk membela diri dari segala bentuk agresi Iran.

Dukungan keras datang dari Presiden AS, Donald Trump. Dalam sebuah pernyataan di Washington, Trump menyebut: “Israel tidak akan mengendorkan serangannya. Anda akan melihat sendiri dalam dua hari ke depan, tak ada yang melambat.”

Netanyahu: Israel Bertindak untuk Mencegah Perang Nuklir Global

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam wawancara dengan media Amerika Serikat, menegaskan bahwa semua langkah yang diambil Israel justru untuk mengakhiri konflik, bukan memperbesarnya. 

“Rezim Iran telah membawa hampir setengah abad konflik kepada kami, menakut-nakuti seluruh Timur Tengah, dan mendorong kawasan ke ambang perang nuklir. Israel bertindak agar hal itu tidak terjadi. Kalau hari ini Tel Aviv, besok bisa jadi New York. Kami bukan hanya bertarung melawan musuh kami, tapi juga musuh Amerika,” kata Netanyahu.

Netanyahu mengingatkan, jika Iran tidak dihentikan hari ini, ancaman nuklir tidak hanya akan menghantui Israel, tapi juga Amerika Serikat dan seluruh dunia Barat.

Gelombang Serangan Israel: Target Nuklir Iran Jadi Sasaran Utama

Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Yechiel Leiter, menegaskan bahwa gelombang pertama serangan militer Israel ke Iran hanyalah permulaan. Dalam dua hari ke depan, Yechiel Leiter  berjanji “akan ada kejutan besar” yang bahkan membuat operasi sebelumnya terlihat kecil. 

“Israel masih memiliki banyak kekuatan dan kemampuan yang belum dikeluarkan,” ujarnya.

Sebagai catatan, salah satu operasi Israel yang paling dikenang adalah “Operasi Pager” di mana mereka menanam bahan peledak di ratusan alat komunikasi milik Hizbullah dan berhasil menewaskan pemimpin besar kelompok tersebut, Hassan Nasrallah.

Yechiel Leiter  menegaskan: “Tujuan utama kami kali ini adalah menghancurkan seluruh fasilitas nuklir Iran. Serangan ini bukan sekadar operasi militer, tapi perang untuk mengakhiri perang, demi perdamaian abadi di Timur Tengah.”

Komandan Tertinggi Iran Gugur dalam Serangan Presisi

Pada tanggal 17 Juni, juru bicara militer  IDF (Israel Defense Forces), Daniel Hagari, mengumumkan bahwa Israel telah berhasil menewaskan Kepala Staf Perang Iran, Jenderal Shadmani, hanya empat hari setelah dilantik. Shadmani tewas dalam serangan presisi yang menyasar pusat komando militer Iran. Ini merupakan komandan tertinggi Iran kedua yang tewas hanya dalam lima hari terakhir, menandakan tingkat efektivitas operasi Israel di lapangan.

Fasilitas Nuklir Iran Jadi Target: Dukungan Amerika Sangat Vital

Laporan The Times of Israel menyebutkan bahwa Israel secara resmi meminta dukungan penuh Amerika Serikat untuk menghancurkan fasilitas nuklir Fordow—pusat pengayaan uranium bawah tanah Iran yang terkenal sangat terlindungi dan berada jauh di dalam pegunungan. Menurut sumber militer, hanya dengan bantuan bom penghancur bunker milik Amerika, fasilitas ini bisa benar-benar dilumpuhkan.

Daily Mail juga melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel menargetkan lebih dari 10 lokasi nuklir utama Iran, termasuk fasilitas atom di Teheran dan Fordow. Dalam waktu dekat, Angkatan Udara Israel telah siap melancarkan serangan udara lanjutan ke berbagai sasaran strategis di Teheran, sebagai bagian dari upaya “total disablement” program nuklir Iran.

Penutup: Krisis Timur Tengah di Titik Kritis

Dengan mobilisasi militer besar-besaran, operasi udara presisi, dan sinyal keras dari dua negara adidaya, Timur Tengah kini berada di titik kritis. Dunia menanti: apakah serangkaian operasi ini akan benar-benar mengakhiri ambisi nuklir Iran, atau justru memicu perang lebih besar yang berdampak global? Satu hal yang pasti, dalam beberapa hari ke depan, mata dunia akan terus tertuju pada langit Timur Tengah—dan sejarah baru siap tercipta.

FOKUS DUNIA

NEWS