Etindonesia. Konflik antara Israel dan Iran kian memanas setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada 14 Juni 2025 secara terbuka mengumumkan akan melancarkan serangkaian serangan militer besar-besaran terhadap semua target strategis rezim Ayatollah Ali Khamenei di Iran dalam beberapa hari ke depan. Pengumuman ini menandai eskalasi terbesar dalam hubungan kedua negara sejak bertahun-tahun terakhir, dengan taruhan keamanan regional dan global yang semakin membesar.
Netanyahu: “Ancaman Nuklir dan Rudal Iran Akan Dihancurkan”
Dalam pidato tegas yang disiarkan ke publik, Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer Israel akan terus berlanjut selama beberapa hari ke depan dengan misi utama menyingkirkan dua ancaman utama yang bersumber dari Iran, yaitu program nuklir dan pengembangan rudal balistik.
“Aksi militer ini akan berlanjut beberapa hari, dan ketika semua selesai, Republik Islam Iran tidak akan lagi menjadi ancaman nuklir,” tegas Netanyahu dalam konferensi pers di Yerusalem.
Netanyahu juga mengungkapkan bahwa Israel telah mengidentifikasi sejumlah besar fasilitas penting, termasuk instalasi nuklir, pusat komando militer, dan gudang senjata sebagai sasaran utama operasi. Ia menegaskan, keputusan ini diambil setelah mendapat laporan intelijen bahwa Iran sudah sangat dekat dengan “titik tidak bisa kembali” dalam program pengembangan senjata nuklir.
Depo BBM dan Markas Pertahanan Iran Jadi Sasaran
Kementerian Perminyakan Iran mengonfirmasi bahwa dua depo bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Teheran dihantam rudal Israel pada 15 Juni 2025 dini hari. Akibat serangan ini, terjadi kebakaran hebat di kedua fasilitas tersebut dan menyebabkan pasokan energi di ibu kota Iran terganggu.
Sementara itu, media Iran Tasnim melaporkan bahwa markas besar Kementerian Pertahanan Iran juga menjadi sasaran serangan. Salah satu gedung penting di kawasan tersebut mengalami kerusakan parah. Namun, hingga berita ini diturunkan, Kementerian Pertahanan Iran belum memberikan pernyataan resmi terkait dampak maupun korban akibat serangan tersebut.
Iran Balas dengan Puluhan Rudal Balistik
Tidak tinggal diam, militer Iran pada 14 Juni 2025 malam membalas dengan menembakkan puluhan rudal balistik ke wilayah Israel. Salah satu rudal dilaporkan menghantam kota Tamra di sebelah timur Haifa, menewaskan tiga warga sipil dan melukai sedikitnya tujuh orang lainnya. Otoritas militer Israel segera mengeluarkan instruksi kepada warganya untuk tidak mempublikasikan lokasi jatuhnya rudal di media sosial atau media massa, guna mencegah potensi eksploitasi informasi oleh pihak lawan.
Dukungan Penuh dari Presiden Trump
Netanyahu menyampaikan bahwa aksi militer Israel mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam pidato peringatan ulang tahun ke-250 Angkatan Darat AS pada 14 Juni 2025, Netanyahu menyampaikan ucapan selamat kepada Trump dan militer Amerika, sekaligus menegaskan bahwa kerja sama strategis antara kedua negara semakin erat di tengah ancaman Iran.
Trump, dalam wawancaranya dengan Atlantic Monthly, juga menegaskan posisi tegas Amerika Serikat terkait krisis ini.
“Menghentikan program nuklir Iran adalah syarat utama perdamaian dan merupakan kepentingan besar bagi Amerika Serikat,” ujar Trump. Ia menambahkan bahwa selama Iran masih berambisi memiliki bom nuklir, perdamaian tidak akan pernah tercapai di Timur Tengah.
“Iran tidak boleh, dalam situasi apa pun, punya bom nuklir. Jika itu terjadi, dunia akan menghadapi bahaya yang tidak terbayangkan,” tegasnya.
Intelijen: Pejabat Iran Mulai Bersiap Melarikan Diri
Dalam pidato berbahasa Inggris yang ditujukan kepada masyarakat internasional, Netanyahu mengungkapkan bahwa berdasarkan data intelijen, sejumlah pejabat tinggi Iran telah mulai bersiap meninggalkan Teheran.
“Kami tahu Iran ingin membuat bom nuklir, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga untuk diberikan kepada kelompok ekstremis proksi mereka. Ini adalah ancaman baru yang membahayakan dunia,” kata Netanyahu.
Penutupan Internet dan Propaganda di Iran
Menanggapi eskalasi konflik, pemerintah Iran secara drastis memutus akses internet di hampir seluruh wilayahnya, dengan tujuan mengendalikan arus informasi dan mencegah warga mengetahui situasi sebenarnya di luar negeri. Pemerintah juga secara masif menyebarkan propaganda, baik melalui media konvensional maupun digital, untuk membangun narasi bahwa Iran berada dalam posisi kuat dan dapat mengatasi setiap ancaman eksternal.
Elon Musk Aktifkan Starlink untuk Iran
Di tengah gelombang pemutusan internet oleh pemerintah Iran, miliarder teknologi Elon Musk, melalui platform X (dulu Twitter), mengumumkan bahwa ia telah mengaktifkan layanan internet satelit Starlink untuk masyarakat Iran. Langkah ini diambil agar rakyat Iran tetap dapat mengakses informasi dari dunia luar tanpa sensor, serta memungkinkan komunikasi dengan keluarga dan teman-teman di luar negeri.
“Rakyat Iran berhak mendapatkan akses informasi yang bebas dan tidak tersensor. Starlink sekarang aktif di Iran,” tulis Musk di akun resminya.
Situasi Terbaru dan Potensi Eskalasi
Hingga Sabtu pagi waktu setempat, suara sirene peringatan dan ledakan masih terus terdengar di beberapa kota besar Iran, termasuk Teheran dan Isfahan. Otoritas setempat melaporkan kerusakan infrastruktur dan munculnya kepanikan di tengah masyarakat. Belum diketahui secara pasti jumlah korban jiwa dan kerusakan material akibat gelombang serangan terbaru ini.
Di pihak Israel, pemerintah memastikan operasi militer akan terus dilakukan hingga seluruh ancaman utama dari Iran benar-benar dinetralisir. Sementara itu, para analis internasional memperingatkan bahwa babak baru konflik ini dapat memicu ketegangan lebih luas, melibatkan negara-negara sekutu Iran maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan di kawasan Timur Tengah.
Penutup
Situasi di Timur Tengah kini berada di ambang eskalasi penuh, dengan dunia menyaksikan apakah aksi Israel akan benar-benar mengakhiri ancaman nuklir Iran, atau justru menyalakan api perang baru yang lebih luas. Satu hal yang pasti, konfrontasi Israel-Iran telah masuk babak paling genting sepanjang sejarah modern kedua negara—dengan konsekuensi yang akan dirasakan jauh melampaui kawasan. (***)