Pemerintahan Trump berencana memperluas secara besar-besaran larangan perjalanan internasional. Menurut sebuah kabel internal dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, warga dari 36 negara kemungkinan akan dilarang memasuki Amerika Serikat. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa Trump dua kali menjadi sasaran percobaan pembunuhan selama pemilu tahun lalu, dan dalang utamanya kemungkinan besar adalah rezim Iran.
EtIndonesia. Menurut laporan Reuters yang memperoleh isi kabel tersebut, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan bahwa warga dari 36 negara, termasuk Kamboja, Mesir, dan Suriah, dapat dikenakan larangan masuk total atau sebagian, jika negara-negara tersebut tidak memenuhi standar dan persyaratan tertentu dalam waktu 60 hari.
Beberapa alasan utama keamanan yang diajukan oleh Departemen Luar Negeri AS antara lain:
- Kurangnya kerja sama pemerintah negara asal dalam menyediakan dokumen identitas warga negara yang andal.
- Masalah keamanan pada paspor yang dikeluarkan.
- Penolakan negara asal untuk menerima kembali warganya yang dideportasi dari AS.
- Tinggal melebihi batas visa oleh warga negara yang bersangkutan.
- Keterlibatan dalam aksi terorisme, serta aktivitas anti-Amerika atau antisemit (anti-Yahudi).
Langkah ini merupakan perluasan dari larangan perjalanan yang mulai berlaku awal bulan ini, saat Presiden Trump menandatangani pernyataan resmi yang melarang total masuknya warga dari 12 negara, termasuk Afghanistan, Myanmar, dan Iran.
Selain itu, pembatasan sebagian juga diterapkan terhadap negara seperti Kuba dan Venezuela, sebagai bagian dari upaya mencegah masuknya “teroris asing” dan ancaman terhadap keamanan nasional.
Dalam perkembangan lain, Perdana Menteri Israel Netanyahu, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, mengatakan bahwa berdasarkan intelijen Israel, Trump menjadi target dua kali percobaan pembunuhan selama kampanye pemilu tahun lalu, dan rezim Iran diyakini sebagai dalang utama, karena menganggap Trump sebagai penghalang utama ambisi nuklir Iran.
Meskipun lembaga keamanan AS belum secara resmi mengaitkan kedua upaya pembunuhan tersebut dengan Iran, Trump sendiri pada pidato bulan September tahun lalu sempat mengisyaratkan bahwa Iran adalah dalangnya. (Hui/asr)
Laporan oleh jurnalis Liu Jiajia dari NTD, Amerika Serikat