Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Studi Mengungkapkan Seberapa Banyak Olahraga yang Anda Butuhkan Setiap Minggu untuk Mengontrol Tekanan Darah

EtIndonesia. Jika berbicara tentang olahraga demi kesehatan jantung, Anda tidak ingin mencapai puncaknya terlalu dini. Penelitian menunjukkan bahwa jika Anda ingin melindungi diri dari tekanan darah tinggi di usia senja, Anda perlu menjaga tingkat olahraga Anda hingga usia paruh baya.

Namun menurut sebuah studi yang melibatkan lebih dari 5.000 orang di empat kota AS, faktor sosial dapat membuat hal ini lebih sulit dilakukan bagi sebagian orang daripada yang lain.

“Remaja dan mereka yang berusia awal 20-an mungkin aktif secara fisik, tetapi pola ini berubah seiring bertambahnya usia,” penulis studi dan ahli epidemiologi Kirsten Bibbins-Domingo dari University of California, San Francisco (UCSF) menjelaskan pada bulan April 2021, saat studi tersebut dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan tekanan darah, tetapi penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa “mempertahankan aktivitas fisik selama masa dewasa muda – pada tingkat yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan sebelumnya – mungkin sangat penting” untuk mencegah hipertensi,” kata Bibbins-Domingo.

Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah kondisi serius yang memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia. Kondisi ini dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke; kondisi ini juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan demensia di kemudian hari.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lebih dari satu dari empat pria dan sekitar satu dari lima wanita menderita hipertensi. Namun, kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi bahkan tidak tahu bahwa mereka mengalaminya – oleh karena itu, kondisi ini sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam”.

Namun, ada cara untuk mengatasi tekanan darah tinggi: olahraga menjadi fokus penelitian ini.

Lebih dari 5.100 orang dewasa direkrut untuk penelitian ini, yang melacak kesehatan mereka selama tiga dekade dengan penilaian fisik dan kuesioner tentang kebiasaan olahraga, status merokok, dan asupan alkohol mereka.

Pada setiap penilaian klinis, tekanan darah diukur tiga kali, dengan jarak satu menit, dan untuk analisis data, peserta dikelompokkan ke dalam empat kategori, berdasarkan ras dan jenis kelamin.

Secara keseluruhan – di antara pria, wanita, dan di kedua kelompok ras – tingkat aktivitas fisik menurun dari usia 18 hingga 40 tahun, dengan tingkat hipertensi meningkat dan aktivitas fisik menurun selama beberapa dekade berikutnya.

Menurut para peneliti, hal ini menunjukkan bahwa masa dewasa muda merupakan jendela penting untuk melakukan intervensi guna mencegah hipertensi di usia paruh baya dengan program promosi kesehatan yang dirancang untuk meningkatkan olahraga.

“Hampir setengah dari peserta kami di usia dewasa muda memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang optimal, yang secara signifikan terkait dengan timbulnya hipertensi, yang menunjukkan bahwa kita perlu meningkatkan standar minimum untuk aktivitas fisik,” kata penulis utama Jason Nagata, seorang ahli UCSF dalam pengobatan dewasa muda.

Ketika para peneliti mengamati orang-orang yang telah melakukan lima jam olahraga sedang seminggu selama awal masa dewasa – dua kali lipat jumlah minimum yang saat ini direkomendasikan untuk orang dewasa – mereka menemukan bahwa tingkat aktivitas ini menurunkan risiko hipertensi secara signifikan, dan terutama jika orang mempertahankan kebiasaan olahraga mereka hingga usia 60 tahun.

“Mencapai setidaknya dua kali lipat pedoman [aktivitas fisik] minimum orang dewasa saat ini mungkin lebih bermanfaat untuk pencegahan hipertensi daripada sekadar memenuhi pedoman minimum,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

Namun, tidak mudah untuk meningkatkan aktivitas fisik mingguan di tengah keputusan yang mengubah hidup dan tanggung jawab yang semakin besar.

“Hal ini mungkin terjadi terutama setelah sekolah menengah atas ketika kesempatan untuk aktivitas fisik berkurang saat orang dewasa muda bertransisi ke perguruan tinggi, dunia kerja, dan menjadi orang tua, serta waktu luang pun terkikis,” kata Nagata.

Adapun fakta lain yang menyadarkan, penelitian tersebut juga menunjukkan bagaimana pria dan wanita kulit hitam mengalami lintasan kesehatan yang sangat berbeda dibandingkan dengan rekan-rekan kulit putih mereka. Pada usia 40 tahun, tingkat aktivitas fisik mencapai titik jenuh di antara pria dan wanita kulit putih, sedangkan tingkat aktivitas pada peserta kulit hitam terus menurun.

Pada usia 45 tahun, wanita kulit hitam melampaui pria kulit putih dalam tingkat hipertensi, sementara wanita kulit putih dalam penelitian tersebut mengalami tingkat hipertensi terendah hingga usia paruh baya.

Dan pada usia 60 tahun, antara 80 hingga 90 persen pria dan wanita kulit hitam menderita hipertensi, dibandingkan dengan hanya di bawah 70 persen untuk pria kulit putih dan sekitar setengah dari wanita kulit putih.

Tim peneliti menempatkan ras yang terkenal ini kesenjangan tersebut disebabkan oleh banyaknya faktor sosial dan ekonomi; bukan berarti faktor-faktor tersebut dinilai dalam penelitian ini, meskipun pendidikan sekolah menengah atas dicatat.

“Meskipun remaja laki-laki kulit hitam mungkin memiliki keterlibatan yang tinggi dalam olahraga, faktor sosial ekonomi, lingkungan sekitar, dan tanggung jawab pekerjaan atau keluarga dapat mencegah keterlibatan berkelanjutan dalam aktivitas fisik hingga dewasa,” kata Nagata.

Penelitian ini dipublikasikan dalam American Journal of Preventive Medicine.(yn)

Sumber: sciencealert

“Hotel Santika Pandegiling Surabaya Hadirkan Inovasi Menu Baru Nasi Goreng Kwetiau, Perpaduan Rasa Nusantara yang Menggoda Selera”

0

Surabaya, 17 Juni 2025 – Kemangi Resto, signature restaurant dari Hotel Santika Pandegiling Surabaya, memperkenalkan kreasi terbaru yang menyatukan dua menu legendaris dalam satu sajian inovatif: Nasi Goreng Kwetiau.

Sebagai destinasi kuliner yang mengangkat kekayaan cita rasa nusantara, Terinspirasi dari dua hidangan andalan yang selalu menjadi favorit tamu – Nasi Goreng khas Kemangi Resto dan kwetiau beraroma rempah Nusantara. Chef Ervin sebagai Executive Chef Hotel Santika Pandegiling berkreasi menciptakan sajian baru yang menggugah selera.. Sebuah inovasi yang menyatukan kelezatan nasi goreng dengan tekstur lembut dan gurih dari kwetiau, menciptakan rasa yang unik namun tetap akrab di lidah.

“Ini bukan sekadar fusion menu,” ujar Chef Ervin Triana “melainkan refleksi dari semangat eksplorasi kami terhadap kekayaan kuliner Indonesia. Perpaduan ini lahir dari semangat inovatif untuk terus memperkaya pengalaman bersantap para tamu. Kami ingin menyajikan sesuatu yang baru, tanpa menghilangkan karakteristik rasa yang selama ini disukai pelanggan. Nasi Goreng Kwetiau adalah bentuk inovasi dari sesuatu yang sudah familiar, namun kami racik menjadi lebih menarik secara rasa dan tampilan”Nasi Goreng Kwetiau tidak hanya mengedepankan rasa, namun juga estetika penyajian. Disiapkan dengan standar tinggi dan bahan baku berkualitas, Nasi Goreng Kwetiau hadir dengan cita rasa kuat namun seimbang. Selain itu menu ini diracik dengan komposisi bumbu pilihan dan teknik memasak yang mempertahankan aroma, rasa, dan tekstur khas masing-masing elemen, menjadikannya sajian yang menggugah selera sekaligus memanjakan indera. Menu ini menjadi simbol dedikasi Kemangi Resto dalam menghadirkan cita rasa autentik dengan pendekatan kreatif dan modern. , cocok untuk dinikmati oleh berbagai kalangan, mulai dari tamu hotel hingga pecinta kuliner

Gunung Berapi Ditemukan Tersembunyi ‘Di Depan Mata’ Tepat di Samping Penjelajah Mars NASA

EtIndonesia. Terkadang, sangat sulit untuk melihat gunung berapi karena bebatuan, terutama jika kamu hanya penjelajah seberat satu ton yang sendirian di kawah terpencil di Mars.

Namun demikian, benjolan di tepi Kawah Jezero memang gunung berapi, menurut para ilmuwan – dan temuan tersebut, berkat penjelajah Perseverance milik NASA, memiliki implikasi yang sangat menarik.

“Vulkanisme di Mars menarik karena sejumlah alasan – mulai dari implikasinya terhadap kelayakhunian, hingga pembatasan sejarah geologi yang lebih baik,” kata ilmuwan planet James Wray dari Institut Teknologi Georgia.

“Kawah Jezero adalah salah satu lokasi yang paling banyak diteliti di Mars. Jika kita baru mengidentifikasi gunung berapi di sini, bayangkan berapa banyak lagi yang mungkin ada di Mars. Gunung berapi mungkin lebih tersebar luas di Mars daripada yang kita duga.”

Wray menemukan gunung yang disebut Jezero Mons pada tahun 2007, tetapi tidak ada cukup bukti untuk mendukung penafsiran bahwa itu adalah gunung berapi. Kemudian Perseverance mulai menemukan batuan vulkanik di dasar kawah. Kecurigaan berkembang bahwa Jezero Mons mungkin telah meletus dari bagian dalam Mars yang meleleh.

Untuk mengonfirmasi spekulasi, tim yang dipimpin oleh ilmuwan planet Sara Cuevas-Quiñones dari Georgia Tech memutuskan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, mencari karakteristik gunung berapi yang diketahui di Bumi.

“Kami menggunakan data dari Mars Odyssey Orbiter, Mars Reconnaissance Orbiter, ExoMars Trace Gas Orbiter, dan Perseverance Rover, semuanya dalam kombinasi untuk memecahkan teka-teki ini,” jelas Wray.

Putusan mereka? Jezero Mons adalah gunung berapi. Bahkan ada kawah gunung berapi di sana. Sekarang tidak aktif, dan kemungkinan sudah lama tidak aktif, tetapi identifikasi ini akan membuat temuan Perseverance lebih mudah ditafsirkan.

Ada hal menarik lainnya: Kawah Jezero dulunya adalah sebuah danau. Jika kawah itu berada tepat di sebelah gunung berapi aktif yang mengepul, kondisi danau itu mungkin cukup hangat untuk mendukung kehidupan.

“Penggabungan kedua jenis sistem ini membuat Jezero lebih menarik dari sebelumnya,” kata Wray. “Kami memiliki sampel batuan sedimen luar biasa yang mungkin berasal dari wilayah yang dapat dihuni di samping batuan beku dengan nilai ilmiah penting.”

Temuan tersebut dipublikasikan di Communications Earth & Environment. (yn)

Sumber: sciencealert

Legacy Abadi Trump di Timur Tengah

Letjen (Purn) Michael T. Flynn dan Frank J. Gaffney

Serangan total Israel terhadap infrastruktur senjata nuklir dan kepemimpinan Iran telah menciptakan sebuah momen pilihan bersejarah: Akankah Israel diberi kesempatan untuk secara tegas mengalahkan ancaman eksistensial yang selama ini ditimbulkan oleh rezim tiranik Iran—bukan hanya terhadap rakyat Israel, tetapi juga terhadap kita—dan dengan itu membuka era stabilitas strategis yang sejajar dengan peradaban Barat, yang sangat jarang terjadi di Timur Tengah dan dunia bebas?

Atau justru Amerika Serikat akan kembali mengintervensi—sebagaimana yang sering terjadi di masa lalu—untuk mencegah kemenangan yang jelas dan menentukan, serta memastikan bahwa musuh Israel, dan juga musuh kita, dapat hidup untuk bertempur kembali di hari esok?

Jawaban atas pertanyaan itu pada dasarnya berada di tangan Presiden Donald Trump. Sikap yang akan diambilnya mungkin bergantung pada sejauh mana ia menerima informasi yang tepat mengenai opsi dan peluang yang tersedia, berikut risiko-risiko yang menyertainya. Ataukah justru dia sedang diselewengkan oleh pihak-pihak yang mengaku mewakili gerakan America First, namun dalam praktiknya malah tampak lebih memprioritaskan Iran dan Qatar?

Untungnya, seperti biasanya, Trump tampaknya telah memahami inti persoalan. Dalam komentarnya pada 14 Juni menanggapi kritik Tucker Carlson yang menyatakan bahwa dukungan AS terhadap Israel dalam serangannya ke Iran tidak sejalan dengan prinsip America First, Trump mengatakan kepada Michael Scherer dari The Atlantic:

“Yah, mengingat bahwa sayalah yang menciptakan ‘America First’, dan bahwa istilah itu tidak digunakan sebelum saya hadir, saya rasa sayalah yang berhak menentukannya.

“ Bagi mereka yang mengaku menginginkan perdamaian—Anda tidak bisa mendapatkan perdamaian jika Iran memiliki senjata nuklir.”

“Jadi, untuk semua orang baik yang tidak ingin melakukan apa pun terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh Iran—itu bukanlah perdamaian.”

Pernyataan lugas tersebut tampaknya akan diterjemahkan sebagai bentuk dukungan lanjutan terhadap upaya Israel untuk menghancurkan total program senjata nuklir Iran dan menumpas kapasitas tempur rezim tersebut, yang kini bisa saja berada di tangan tokoh-tokoh lapis kedua atau ketiga—banyak di antaranya bahkan diduga memiliki kecenderungan lebih psikopat dan apokaliptik dibanding para pejabat tinggi yang telah dinetralisasi sejauh ini.

Namun, apakah Trump benar-benar akan menempuh jalan itu sangat bergantung pada kualitas nasihat yang ia terima. Selain para komentator politik dan influencer tidak resmi, bisa jadi dia juga mendapat masukan keliru dari komunitas intelijen, yang selama ini salah menyimpulkan bahwa Iran tidak memiliki program senjata nuklir, serta dari kalangan yang mengklaim dirinya sebagai “nasionalis”, “realis”, dan pendukung prinsip “pengendalian diri”.

Padahal, mereka sesungguhnya sedang mendorong formula bagi perang tanpa akhir di Timur Tengah. Menghalangi Israel menyelesaikan tugasnya—baik dengan memutus pasokan senjata yang dibutuhkannya atau dengan bentuk intervensi lainnya—berarti membiarkan sisa-sisa program nuklir tetap berada di tangan para supremasis syariah, yang masih bercokol dan bertekad menghancurkan baik Israel maupun Amerika Serikat. Militer AS pada akhirnya akan dipaksa menghadapi bencana lanjutan yang pasti akan datang.

Dengan kata lain, alih-alih menerapkan Doktrin Trump secara paripurna—yang mendukung para sekutu untuk cukup kuat membela kepentingan mereka dan kepentingan kita sendiri di lingkungan mereka yang berbahaya, dengan dukungan AS dalam bentuk intelijen, amunisi, perlindungan politik, dan bukan keterlibatan militer langsung—kita justru berisiko terjebak dalam lumpur konflik yang memakan biaya sangat mahal.

Kini adalah saat di mana Trump harus mendapatkan nasihat militer terbaik, termasuk dari Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Daniel “Razin” Caine dan Komandan CENTCOM Jenderal Michael “Erik” Kurilla, mengenai berbagai peluang dan risiko terkait pemberian waktu, sumber daya, dan ruang diplomatik yang diperlukan Israel untuk meraih kemenangan yang menentukan.

Tak kalah penting, presiden juga berhak mendengar bahwa penghancuran total sekutu regional terpenting Partai Komunis Tiongkok oleh sekutu kita dapat menjadi langkah paling penting yang bisa kita ambil saat ini untuk menghalangi agresi Beijing di kawasan lain. Langkah itu bahkan bisa berdampak terhadap keputusan anggota BRICS, terutama Afrika Selatan, yang mungkin akhirnya menyadari bahwa bukan kepentingan mereka untuk terus mendorong agenda penggulingan dolar sebagai mata uang cadangan global.

Yang kami sampaikan hanyalah: berikan kesempatan nyata bagi perdamaian, dengan menjadikan Legacy Trump di Timur Tengah sebagai satu-satunya yang layak dikenang—yakni dengan memastikan bahwa Israel dan Amerika Serikat menang secara tegas atas rezim supremasi syariah yang telah terlalu lama memperbudak rakyat Iran dan mengancam, bahkan membunuh, rakyat kita dan rakyat negara Yahudi .


Pandangan dalam artikel ini merupakan opini penulis dan tidak mencerminkan posisi resmi The Epoch Times.

  • Letnan Jenderal Purnawirawan Angkatan Darat AS Michael T. Flynn pernah menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Presiden Donald J. Trump. Ia juga pernah bertugas di Angkatan Darat AS selama lebih dari 33 tahun, memiliki tiga gelar master, dan telah menerima berbagai penghargaan dan penghormatan dari kalangan sipil, militer, intelijen, dan penegak hukum
  • Frank Gaffney pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Pertahanan di bawah Presiden Ronald Reagan. Saat ini, ia menjabat sebagai Presiden Institute for the American Future (USFuture.org)

Iran dalam Bahaya! Israel Ancam Bom Karpet di Teheran, Parlemen Dipaksa Putuskan Nasib Nuklir

EtIndonesia. Krisis Timur Tengah kembali memanas setelah militer Israel secara resmi mengonfirmasi telah melancarkan serangan udara berskala besar ke jantung kekuatan militer Iran. Sasaran utama adalah markas Brigade Al-Quds—unit elite dari Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) yang dikenal berperan penting dalam operasi eksternal, baik dalam mengatur pengiriman pasukan maupun pendanaan kelompok militan proksi di kawasan Timur Tengah.

Serangan Terkoordinasi Hantam Jantung Pertahanan Iran

Menurut pernyataan resmi militer Israel yang dirilis Senin, 16 Juni pagi waktu setempat, sejumlah jet tempur telah diberangkatkan untuk melakukan serangan presisi terhadap markas Brigade Al-Quds di pusat Kota Teheran. Brigade Al-Quds selama ini dikenal sebagai otak di balik operasi rahasia Iran di luar negeri, termasuk dukungan militer terhadap Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, serta pemberontak Houthi di Yaman.

Tidak hanya markas utama, setidaknya 10 target militer strategis lain di berbagai distrik ibu kota Iran turut dihancurkan. Data rekaman satelit dan laporan saksi mata menyebutkan beberapa ledakan dahsyat terjadi hampir bersamaan di sejumlah titik vital, termasuk fasilitas komunikasi, pusat komando, hingga gudang senjata milik Garda Revolusi.

Ancaman Bom Karpet, Warga Teheran Diminta Mengungsi

Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Pemerintah Israel langsung menayangkan peringatan khusus berbahasa Persia yang ditujukan kepada masyarakat Teheran melalui saluran media internasional dan platform digital. Dalam pesan tersebut, Israel memperingatkan agar warga sipil segera mengungsi dari sejumlah distrik penting di Teheran.

Israel juga melontarkan ancaman tegas: jika Iran tidak segera menghentikan seluruh aktivitas militer, termasuk pengembangan nuklir dan dukungan terhadap milisi di kawasan, maka serangan bom karpet (carpet bombing) akan dilancarkan ke wilayah-wilayah padat penduduk di ibu kota Iran. Ancaman ini sontak memicu kepanikan, ribuan warga Teheran dilaporkan berbondong-bondong mencari tempat perlindungan di masjid, stasiun kereta bawah tanah, hingga gedung pemerintahan.

Parlemen Iran Masih Bertahan di NPT, Namun Tekanan Faksi Keras Menguat

Di tengah situasi mencekam tersebut, media Pemerintah Iran melaporkan bahwa hingga saat ini parlemen Iran belum mengambil keputusan resmi untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Padahal, tekanan dari kelompok garis keras di parlemen dan militer terus meningkat, terutama pasca-serangan yang berhasil menghancurkan sebagian gedung Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran—sebuah simbol diplomasi yang selama ini menjadi tameng bagi Iran dalam menghadapi tekanan internasional.

Pihak Kementerian Luar Negeri Iran sendiri mengonfirmasi bahwa sebagian besar struktur gedung mengalami kerusakan akibat serangan udara, namun menegaskan bahwa mereka masih tetap menjalankan aktivitas diplomatik meski dalam kondisi darurat.

Reaksi Internasional: Kekhawatiran Mundurnya Iran dari NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir)

Serangan Israel kali ini tidak hanya mengguncang stabilitas politik dalam negeri Iran, tetapi juga mengundang keprihatinan dari masyarakat internasional. Banyak negara, termasuk anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menyerukan agar Iran menahan diri dan tidak mengambil langkah ekstrem seperti mundur dari NPT—perjanjian yang selama ini menjadi benteng terakhir untuk mencegah perlombaan senjata nuklir di kawasan.

Analis keamanan regional memperingatkan, jika Iran benar-benar keluar dari NPT, maka potensi eskalasi militer dan proliferasi senjata nuklir akan meningkat tajam, membuka risiko konflik terbuka yang jauh lebih luas di Timur Tengah.

Situasi Terbaru di Teheran: Keamanan Diperketat, Warga dalam Ketakutan

Hingga Senin malam 16 Juni, pasukan keamanan Iran terlihat memperketat penjagaan di sekitar fasilitas militer, instalasi pemerintah, dan objek vital negara lainnya. Penerbangan sipil menuju dan dari Teheran untuk sementara waktu dihentikan, sementara rumah sakit utama disiagakan untuk menerima korban potensial akibat serangan susulan.

Wartawan internasional yang masih berada di Teheran melaporkan suasana kota yang jauh dari normal. Jalan-jalan utama sepi, toko-toko tutup, dan arus lalu lintas terhenti akibat kepanikan massal. Pemerintah Iran mengumumkan status darurat terbatas dan mengimbau warga untuk tetap tenang sembari menunggu perkembangan situasi.

Kesimpulan: Titik Balik Krisis Timur Tengah

Serangan Israel ke markas elit Al-Quds di Teheran pada 16 Juni ini dinilai sebagai salah satu eskalasi paling berbahaya dalam konflik Iran-Israel dalam satu dekade terakhir. Dengan ancaman bom karpet yang terus menggantung di udara dan ketidakpastian sikap Iran terkait NPT, dunia kini menunggu dengan waspada: akankah konfrontasi ini menjadi awal dari krisis yang jauh lebih besar di Timur Tengah, atau masih ada ruang diplomasi yang bisa dimanfaatkan untuk menahan laju perang?

Ali Shadmani, Panglima Tertinggi Iran dan Ajudan Dekat Khamenei, Tewas dalam Serangan Israel

EtIndonesia. Militer Israel mengatakan pada hari Selasa (17/6) bahwa mereka telah menewaskan komandan militer tertinggi Iran, Ali Shadmani, dalam serangan semalam, menyebutnya sebagai tokoh yang paling dekat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan setelah “kesempatan tiba-tiba semalam, (angkatan udara Israel) menyerang pusat komando yang dikelola staf di jantung Kota Teheran dan menewaskan Ali Shadmani, Kepala Staf masa perang, komandan militer paling senior, dan tokoh yang paling dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei”.

Militer Israel mengatakan Shadmani telah memimpin Korps Garda Revolusi Islam dan angkatan bersenjata Iran.(yn)

Edisi Khusus : “Di Balik Kekacauan LA: Operasi Siluman PKT Hancurkan Amerika dari Dalam!”

EtIndonesia. Kerusuhan yang baru-baru ini meletus di Los Angeles bukan sekadar aksi protes biasa. Video viral yang menampilkan demonstran mengibarkan bendera palu arit khas Partai Komunis menandai adanya campur tangan kekuatan asing. Peristiwa ini langsung mendapat perhatian dunia dan menjadi sorotan utama lembaga keamanan Amerika Serikat.

FBI telah mengonfirmasi tengah menyelidiki aliran dana di balik kerusuhan, sementara laporan investigasi New York Post mengungkap nama Neville Roy Singham, miliarder teknologi asal AS yang kini bermukim di Shanghai, sebagai salah satu penyandang dana utama bagi kelompok-kelompok radikal yang terlibat. Kongres AS pun langsung turun tangan dengan menjadwalkan pemanggilan saksi dan penyelidikan resmi.

Namun, bagaimana sesungguhnya cara kerja Partai Komunis Tiongkok (PKT) merusak tatanan masyarakat Amerika Serikat? Berikut pemaparan analisis mendalam berdasarkan investigasi dan data terbuka.

Demonstrasi dan Peran Dana Asing: Akar Radikalisme di Kampus Amerika

Musim semi 2024 menyaksikan ledakan aksi pro-Palestina di berbagai kampus ternama Amerika Serikat. Aksi-aksi ini mengacaukan kehidupan akademis: perkuliahan terganggu, gedung-gedung diduduki, fasilitas dirusak, bahkan mahasiswa keturunan Yahudi mengalami intimidasi dan ancaman.

Ketika Kepolisian New York membongkar barikade di Hamilton Hall, Universitas Columbia, mereka menemukan demonstran dilengkapi peralatan canggih: rantai industri, masker gas, pelindung telinga, kacamata anti-ledak, palu, pisau, dan tali pengikat. Data penangkapan menunjukkan, sekitar 25% pelaku bukan mahasiswa. Di City University of New York, angkanya bahkan mencapai 60%.

Investigasi menguak benang merah: banyak organisasi “akar rumput” yang ternyata menerima sumber dana dari Neville Roy Singham. Singham dikenal sebagai mantan penasihat Huawei—perusahaan teknologi raksasa Tiongkok yang dituding sebagai alat spionase PKT dan kini masuk daftar hitam sejumlah negara Barat. 

Sejak 2019, Singham semakin aktif dalam jaringan propaganda PKT, bahkan tercatat menghadiri konferensi strategis di Shanghai dan dipanggil otoritas India atas dugaan pendanaan serta penyebaran narasi pro-komunis di media miliknya, Newsclick.

Menurut laporan Institute for Network Propaganda, jaringan Singham secara sistematis menyalurkan dana dan narasi pro-komunis ke Amerika Serikat sejak 2017, termasuk untuk mendukung aksi-aksi radikal di kampus. Setidaknya tiga dari tujuh organisasi kunci penggerak aksi pro-Palestina di kampus didanai langsung olehnya.

Pusat Infiltrasi: Jaringan Front Persatuan PKT (UFWD)

Sejak era 1930-an, PKT sudah membentuk Departemen Kerja Front Persatuan (United Front Work Department/UFWD) sebagai “mesin” perluasan pengaruh ke luar negeri. Tugas utama UFWD adalah membangun jejaring dengan kelompok agama, minoritas, partai politik lain, pebisnis, intelektual, hingga komunitas diaspora Tionghoa di seluruh dunia.

Dokumen internal UFWD menyebut, misi mereka mencakup:

  • Merekrut, membina, dan memanfaatkan kader dari kelompok sasaran.
  • Melawan kekuatan yang dianggap “anti-negara” seperti Dalai Lama dan kelompok separatis.
  • Menyatukan “Tanah Air Tiongkok” dengan membangun jaringan di Hong Kong, Makau, Taiwan, dan komunitas diaspora.
  • Memantau aktivitas warga Tionghoa luar negeri, menjadikan mereka agen penyebar pengaruh PKT.

Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mengidentifikasi, UFWD secara aktif mengekspor model politik PKT ke partai-partai luar negeri, perusahaan multinasional, dan komunitas diaspora—memecah belah kohesi sosial, memperuncing isu rasial, mengintervensi politik, melemahkan kredibilitas media, dan mendorong transfer teknologi ilegal.

Karena beroperasi lewat organisasi “tidak berbahaya” seperti asosiasi budaya, UFWD sulit dikenali. Laporan Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok tahun 2022 merekomendasikan agar seluruh afiliasi PKT dan UFWD didaftarkan secara resmi di AS demi memantau aktivitas dan mengidentifikasi pola pendanaan serta infiltrasi.

Dana Kerusuhan, Membeli Elite, Spionase, dan Kontrol Media

a. Pendanaan Kerusuhan

Publik AS sudah lama mencurigai adanya aliran dana PKT dalam kerusuhan berskala nasional. Saat gelombang Black Lives Matter (BLM) meletus pada 2020, aksi protes berubah menjadi kerusuhan massal dengan kerugian asuransi terbesar sepanjang sejarah Amerika (10-20 miliar dolar AS).

Alicia Garza, pendiri BLM, mendirikan Black Futures Lab yang diduga menerima donasi melalui Chinese Progressive Association (CPA)—kelompok sayap kiri pro-PKT yang berfokus pada propaganda revolusi Tiongkok dan kolaborasi dengan organisasi pro-komunis di AS. CPA di Boston bahkan mengadakan upacara pengibaran bendera bintang limat PKT bersama pejabat PKT.

Pada KTT APEC 2023 di San Francisco, Washington Post mencatat 35 organisasi diaspora Tionghoa pro-PKT dikerahkan oleh Konsulat Tiongkok untuk membendung demonstrasi anti-komunis, termasuk melakukan aksi kekerasan.

Bukti percakapan WeChat yang didapat Washington Post menegaskan, Konsulat Tiongkok di Los Angeles membiayai logistik dan konsumsi demonstran ke San Francisco.

b. Membeli Elite: Politik dan Akademisi

UFWD aktif membina elite luar negeri, terutama dengan insentif materi. Presiden ITIF, Robert Atkinson, dalam sidang Kongres 2024 menyatakan, “hampir semua elite AS dari bisnis, politik, hingga akademisi jadi target UFWD.”

Newsweek mengungkap, antara 1990-2023 lebih dari 1 juta dolar dana kampanye politisi New York terhubung dengan jaringan UFWD. Anggota Kongres Grace Meng, misalnya, menerima lebih dari 270 ribu dolar dari jaringan ini, bahkan salah satu donaturnya sempat dipenjara karena keterlibatan dalam “Operasi Fox Hunt” PKT.

Kasus Charles Lieber, profesor Harvard, menjadi contoh mencolok. Ia menerima jutaan dolar dari PKT melalui program “Thousand Talents”—mendapat gaji tinggi, dana riset besar, namun menyembunyikan semuanya dari otoritas AS. Lieber akhirnya divonis bersalah atas enam tuduhan federal, namun tetap aktif sebagai profesor tamu di Tiongkok.

c. Spionase

Spionase dijalankan lewat berbagai program, terutama lewat “Thousand Talents”. Contohnya:

  • You Xiaorong (2021): dihukum 14 tahun penjara karena mencuri resep polimer dari Coca-Cola dan mendirikan perusahaan di Tiongkok, rugikan AS hingga 120 juta dolar.
  • Zheng Xiaoqing (2022): dihukum dua tahun karena mencuri desain turbin General Electric.

Banyak pula “Perhimpunan Mahasiswa dan Cendekiawan Tionghoa” (CSSA) di kampus-kampus luar negeri yang ternyata aktif memantau, menekan, dan melaporkan rekan sesama mahasiswa ke Kementerian Keamanan Negara PKT. Beberapa bahkan melakukan infiltrasi politik dan operasi rahasia.

Kasus Fang Fang di Cal State East Bay jadi peringatan: sebagai ketua CSSA, ia dilaporkan menjalin hubungan seksual dengan pejabat AS dan dicurigai melakukan pengumpulan intelijen, sebelum akhirnya melarikan diri ke Tiongkok saat terendus FBI.

d. Pengendalian Media

Misi utama UFWD adalah menyebarkan propaganda PKT lewat media. Mereka mengendalikan China News Service yang menyalurkan narasi ke komunitas Tionghoa dunia, termasuk media di Amerika (Qiao Bao) dan Australia (Pacific Media Group).

Kasus terbaru, Hong Qianqian, putri pejabat UFWD, menulis serangkaian artikel di The New York Times yang meniru narasi PKT, menyudutkan kelompok Falun Gong dengan teknik “straw man” tanpa memberikan ruang klarifikasi.

Lebih jauh, individu yang sempat masuk daftar pengawasan FBI sebagai calon pelaku kekerasan kampus, diduga menjadi narasumber dan pengarah isu ke Hong Qianqian. Interaksi intens mereka menimbulkan kekhawatiran akan potensi munculnya aksi kekerasan baru terhadap kelompok Falun Gong.

Tanggapan dan Upaya Amerika Serikat

Gelombang peringatan kini datang dari para pejabat tinggi AS. Menlu AS Marco Rubio menegaskan, “Kita tidak boleh menutup mata terhadap ancaman ini.” Ketua Komite Khusus DPR untuk PKT, John Moolenaar, bahkan menyebut, “Pengaruh PKT sudah menembus puncak pemerintahan negara bagian.”

Kebijakan tegas mulai diterapkan. Pada 28 Mei 2024, Senator Rubio mengusulkan pencabutan visa bagi mahasiswa Tiongkok yang terafiliasi PKT atau belajar di bidang sensitif. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pun mencabut akreditasi Harvard University untuk program pertukaran pelajar, lantaran kekhawatiran keterkaitan dengan PKT.

Dalam sidang konfirmasi Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menyatakan: “PKT menganggap Amerika sedang menurun dan Tiongkok bangkit. Jika kita tak berubah, layanan publik dan keamanan nasional Amerika akan bergantung pada izin PKT.”

Ancaman yang Tak Lagi Tersembunyi

Laporan-laporan di atas memperlihatkan bagaimana operasi infiltrasi PKT bekerja secara sistemik—mulai dari pendanaan kerusuhan, pembelian elite politik dan akademik, operasi spionase, hingga kontrol media dan opini publik. 

Ancaman ini bukan sekadar isapan jempol, melainkan tantangan nyata yang kini menuntut respons serius dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan Amerika Serikat.

Amerika Serikat dihadapkan pada persimpangan penting: apakah akan membiarkan infiltrasi ini terus berlangsung, atau bangkit dengan kebijakan baru yang tegas demi menjaga integritas demokrasi, keamanan nasional, dan masa depan masyarakatnya. (***)

Heboh Jet Tempur J-20 Bisa Terbang Vertikal, Media Prancis Bongkar Propaganda Tiongkok

EtIndonesia. Upaya propaganda terbaru dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) terkait kehebatan jet tempur siluman J-20 mendadak jadi bahan perbincangan panas, tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional. Klaim sensasional bahwa J-20 mampu melakukan lepas landas secara vertikal—tanpa landasan pacu—telah dipatahkan secara telak oleh sejumlah analis dan media terkemuka dari Eropa.

Viral di Media Sosial Tiongkok, Dibagikan Pejabat PKT

Kontroversi ini bermula dari viralnya sebuah video di platform Kuaishou, media sosial populer di Tiongkok. Video tersebut menampilkan jet tempur siluman J-20 yang diduga mampu lepas landas secara vertikal di fasilitas militer Chengdu, tanpa membutuhkan runway sama sekali. Tayangan ini langsung menuai ratusan ribu penonton dan tak butuh waktu lama untuk tersebar luas—bahkan ikut dibagikan oleh pejabat PKT, salah satunya Konsul Jenderal Tiongkok untuk Belfast, Zhang Meifang.

Dalam narasi yang disebarkan, jet tempur J-20 digambarkan sebagai simbol supremasi militer dan kemajuan teknologi Tiongkok, serta diyakini siap menandingi atau bahkan melampaui jet tempur generasi kelima buatan Amerika Serikat seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II.

Dibantah Keras Media Prancis: Video Hanya Hasil Animasi AI

Namun, fakta di lapangan ternyata jauh dari narasi yang dibangun. Pada 13 Juni, sejumlah media besar Prancis, termasuk saluran televisi nasional, secara gamblang membantah keaslian video tersebut. Dalam sebuah segmen khusus yang ditayangkan pada prime time, reporter teknologi militer Prancis menegaskan bahwa video yang viral itu merupakan hasil animasi kecerdasan buatan (AI) semata—bukan rekaman uji coba nyata.

Laporan investigatif mereka menemukan beberapa kejanggalan yang tidak bisa dibantah secara ilmiah. Salah satu sorotan utama adalah ketidakhadiran efek fisika pada video tersebut: tidak terlihat aliran panas, guncangan udara, atau gelombang api di bawah pesawat, padahal pada peluncuran vertikal asli—seperti yang dilakukan jet tempur VSTOL (Vertical/Short Take-Off and Landing) Amerika Serikat—efek semacam ini sangat kentara dan mustahil dihilangkan.

Komentar Pakar dan Pilot Senior: “Ini Mustahil”

Pernyataan lebih tegas datang dari seorang pilot tempur kawakan yang diwawancara langsung oleh televisi Prancis. Dia menyoroti dua keganjilan utama pada video:

  1. Jarak antar pesawat terlalu dekat
    Dalam rekaman, J-20 terlihat “lepas landas” di sebelah pesawat lain yang berjarak sangat dekat—padahal prosedur peluncuran vertikal membutuhkan ruang kosong yang sangat luas karena risiko gelombang panas dan turbulensi yang ekstrim.
  2. Tidak Ada Teknologi di J-20 untuk VTOL
    Pilot tersebut juga menyebutkan bahwa sejak dua tahun lalu, video resmi PKT sendiri sudah memperlihatkan spesifikasi teknis J-20 yang tidak mendukung sistem lepas landas vertikal. Tidak ada data, baik publik maupun bocoran intelijen, yang menunjukkan J-20 dilengkapi sistem seperti lift-fan atau nozzle vektor dorong serupa F-35B.

Jika J-20 benar-benar bisa lepas landas secara vertikal, itu akan jadi lompatan teknologi terbesar abad ini. Tapi kenyataannya, Tiongkok masih sangat bergantung pada desain konvensional dan belum pernah memperlihatkan sistem VTOL pada jet siluman mereka. Video itu jelas palsu—dan para profesional tahu betul perbedaannya,” ungkapnya.

Motif di Balik Propaganda: Persaingan Global dan Efek Psikologis

Para analis militer meyakini, narasi ini sengaja diangkat untuk membangun citra keunggulan teknologi militer Tiongkok di tengah kompetisi sengit dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Dengan merekayasa kehebatan J-20, PKT berharap bisa memengaruhi opini publik domestik serta menanamkan ketakutan pada rival geopolitik di kawasan Asia-Pasifik.

Namun, penggunaan animasi AI dan penyebaran video palsu justru menjadi bumerang. Pengamat pertahanan dari Lembaga Studi Strategi Prancis menyebut:  “Setiap kali propaganda seperti ini terbongkar, kredibilitas militer Tiongkok di mata dunia makin tercoreng. Alih-alih meningkatkan citra, justru memicu gelombang skeptisisme internasional.

Dampak: Waspada Fenomena Disinformasi Global

Kasus J-20 ini kembali menjadi peringatan penting akan masifnya gelombang disinformasi digital, terutama di era AI dan media sosial. Pakar teknologi digital menegaskan, kecanggihan teknologi manipulasi gambar dan video harus diimbangi dengan literasi digital yang kuat, agar publik tidak mudah terjebak narasi palsu.

Sampai berita ini diturunkan, pihak militer Tiongkok belum memberikan tanggapan resmi terhadap bantahan dan kritikan yang beredar di media internasional. Namun, kalangan profesional dunia pertahanan sepakat bahwa “lepas landas vertikal J-20” masih sebatas ilusi di dunia maya, bukan di langit nyata.

Taiwan Excellence Happy Run Kembali Meriahkan Jakarta di Tahun ke-10 Penyelenggaraannya

0

5.000 Peserta Terdaftar dalam 30 Menit, Interaksi di Lokasi Berlangsung Meriah

EtIndonesia. Taiwan Excellence Happy Run 2025, yang diselenggarakan oleh International Trade Administration (TITA), Ministry of Economic Affairs, dan dilaksanakan oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA), kembali digelar dengan penuh kemeriahan di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Minggu (15/6/2025), menandai peringatan 10 tahun penyelenggaraannya.

Dikutip dari siaran persnya, acara ini kembali menorehkan pencapaian gemilang dengan 5.000 kuota pendaftaran yang terisi penuh hanya dalam 30 menit, menegaskan popularitas acara yang terus meningkat serta kuatnya eksistensi merek Taiwan Excellence di Indonesia.

Satu Dekade Persahabatan dan Kolaborasi antara Indonesia dan Taiwan

Bruce Hung, Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) di Indonesia, turut hadir dalam acara tersebut dan memuji kegiatan acara ini.

“Sejak tahun 2014, Taiwan Excellence Happy Run telah menjadi lebih dari sekadar ajang lari—ini adalah simbol persahabatan Taiwan-Indonesia dan sebuah platform untuk menampilkan inovasi Taiwan dalam bidang kesehatan, keberlanjutan, dan gaya hidup,” ujarnya.

Feng-Chi Hsiao, Direktur Kantor Cabang TAITRA “Taiwan Trade Center di Jakarta”, menyatakan, “Tahun ke-10 ini merepresentasikan satu dekade keterlibatan mendalam dengan masyarakat Indonesia. Kami berharap acara ini terus menjadi jembatan yang menghubungkan merek-merek Taiwan dengan konsumen lokal.”

Menambah kemeriahan dan interaksi, maskot Taiwan Excellence, Fu Bear, menyambut para pelari dan pengunjung, sekaligus mempromosikan kampanye global “Go Healthy with Taiwan”.

Inisiatif Hijau Cermin Dedikasi Taiwan Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Untuk pertama kalinya, Taiwan Excellence bermitra dengan Greeneration Foundation dari Indonesia untuk mempromosikan keberlanjutan melalui Seminar Lingkungan dan Lokakarya Kerajinan Daur Ulang, yang mengedukasi para peserta tentang daur ulang plastik dan gaya hidup sadar lingkungan.

Fu Bear turut bergabung dalam lokakarya untuk berinteraksi dengan para peserta, menyoroti dedikasi Taiwan terhadap keberlanjutan.

Sebagai wujud nyata kepedulian sosial, Taiwan Excellence dan Bank CTBC berkolaborasi lebih jauh dengan Greeneration Foundation untuk mendukung pelestarian lingkungan melalui penerapan manajemen sampah yang berkelanjutan.

Menanggapi meningkatnya volume sampah di Indonesia, kolaborasi ini menjadi sebuah langkah konkret untuk menjawab tantangan lingkungan, melindungi ekosistem, serta menjaga keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Sebagai simbolisasi dari komitmen ini, Taiwan Excellence, Bank CTBC, dan Greeneration Foundation melakukan seremoni pembuatan Eco Roster yang inovatif, terbuat dari bahan daur ulang sampah plastik.

Menampilkan Inovasi dan Pengalaman Budaya

Paviliun Taiwan Excellence menampilkan lebih dari 40 produk peraih penghargaan dari 10 merek Taiwan, termasuk Acer, Delta Electronics, PX, Victor, Tokuyo, Aromase, Ta-Da Chair, Thermaltake, MSI dan SHRD.

Kategori produk yang ditampilkan meliputi elektronik konsumen, teknologi kesehatan, peralatan olahraga, dan produk gaya hidup pintar.

Banyak pengunjung menyatakan minat yang besar untuk mencoba atau membeli produk-produk Taiwan setelah merasakannya secara langsung.

Acara ini juga menghadirkan stan dari Taipei Economic and Trade Office dan Taiwan Tourism Administration, serta area kuliner khas dan pengalaman budaya Taiwan, yang memberikan pengunjung gambaran holistik tentang gaya hidup, inovasi, dan keramahan Taiwan. Para sponsor utama seperti STARLUX Airlines, bersama dengan EVA Air, China Airlines, dan CTBC Bank, memainkan peran kunci dalam mendukung acara ini dan memperkuat kehadiran Taiwan di pasar Indonesia.

Pada tahun 2025, Taiwan Excellence Happy Run tidak hanya mencetak rekor pendaftaran dalam hitungan menit, tetapi juga berhasil menyampaikan nilai merek “Best Made in Taiwan” melalui interaksi multifaset di bidang olahraga, amal, perlindungan lingkungan, dan pertukaran budaya.  Taiwan Excellence dapat terus berkolaborasi dengan Indonesia di masa depan untuk memperkenalkan lebih banyak inovasi dan energi berkelanjutan kepada masyarakat lokal. (***)

Edisi Khusus: Drama Kudeta Senyap: Keluarga Jiang Zemin Ditangkap, Zeng Qinghong Kini Tahanan Rumah!

EtIndonesia. Politik Tiongkok kembali diguncang oleh kabar besar yang menandai babak baru dalam pertarungan elite Partai Komunis Tiongkok (PKT). Pada 13 Juni, Du Wen—mantan pejabat senior Mongolia Dalam yang kini vokal di media sosial—membocorkan sebuah informasi eksklusif: Fei Dongbin, Direktur Biro Kereta Api Nasional Tiongkok, bersama seluruh keluarganya, dikabarkan telah ditangkap oleh otoritas keamanan. Tak hanya itu, identitas Fei Dongbin disebut-sebut berkaitan langsung dengan keluarga besar mendiang Jiang Zemin, tokoh kunci “kelompok Jiang” yang telah mewarnai peta kekuasaan Tiongkok selama tiga dekade terakhir.

Penangkapan Fei Dongbin: Simbol Tumbangnya Kelompok Jiang

Menurut sumber yang diungkapkan Du Wen dalam siaran videonya, Fei Dongbin adalah suami dari keponakan perempuan Jiang Zemin, yakni Wang Yeping. Penangkapan ini tak hanya menimpa Fei Dongbin, melainkan juga menyeret seluruh keluarga Wang Yeping ke dalam pusaran kasus. Peristiwa ini dianggap sebagai sinyal politik yang sangat kuat: “Kelompok Jiang”—yang selama puluhan tahun berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam tubuh PKT—kini benar-benar di ujung tanduk.

Dalam tradisi politik Tiongkok, dikenal pepatah lama: “Memukul anjing harus lihat siapa tuannya.” 

Tumbangnya Fei Dongbin, tokoh yang memiliki hubungan darah dengan keluarga besar Jiang Zemin, dipandang sebagai indikator bahwa kekuasaan kelompok Jiang telah benar-benar ambruk. Banyak analis menilai, penangkapan ini bukan sekadar kasus korupsi atau penyalahgunaan jabatan, melainkan bagian dari gelombang bersih-bersih politik yang dilakukan oleh faksi rival yang kini menguasai puncak kekuasaan di Beijing.

Sejumlah pengamat mengingatkan, Fei Dongbin dan beberapa pejabat lain yang turut terseret kasus ini memiliki riwayat panjang di Mongolia Dalam. Bahkan, menurut Du Wen, banyak dari mereka pernah bersama-sama menjalani masa tugas, dan sebagian anak buah Fei Dongbin pernah satu penjara dengan Du Wen ketika terjadi pergeseran kekuasaan di wilayah tersebut.

Dampak Politik: Xi Jinping dan Ancaman Perpecahan Elite

Situasi di puncak PKT kian memanas, terutama di tengah rumor yang menyebut posisi Xi Jinping sendiri tengah digoyang dari dalam. Tumbangnya kelompok Jiang, yang selama ini menjadi “oposisi internal” terhadap kepemimpinan Xi, justru beriringan dengan kabar tentang perombakan besar-besaran di jajaran elite partai. Beberapa kalangan menilai, langkah tegas terhadap keluarga dan loyalis Jiang Zemin bukan sekadar memperkuat posisi Xi, tetapi juga bisa mempercepat fragmentasi di tubuh partai.

Kehadiran Xi Jinping yang begitu dominan selama satu dekade terakhir—diperkuat lewat kampanye antikorupsi dan sentralisasi kekuasaan—telah membuat faksi-faksi lama, seperti kelompok Jiang dan Zeng Qinghong, kehilangan banyak pengaruh. Namun, kekuatan Xi juga mulai mendapat tantangan serius, terutama dari kelompok sesepuh dan elite partai yang tidak puas dengan arah kebijakan dan gaya kepemimpinannya yang otoriter.

Zeng Qinghong Ditahan, Jaringan Loyalis Dihabisi

Dalam perkembangan terkait, Cai Shengkui—mantan jurnalis senior yang kini aktif sebagai kolumnis independen di Amerika Serikat—mengutip sumber di Beijing bahwa Zeng Qinghong, mantan Wakil Presiden Tiongkok yang sangat berpengaruh, kini sudah ditempatkan dalam tahanan rumah. Cai menilai, langkah ini adalah konsekuensi logis setelah sebagian besar loyalis Zeng Qinghong ditangkap atau dipecat dari jabatannya selama beberapa bulan terakhir.

Menurut Cai: “Jika jaringan pendukung Zeng telah diberantas satu per satu, tinggal menunggu waktu hingga Zeng sendiri dijerat.” 

Keterangan Cai didukung oleh sejumlah pengamat politik Tiongkok yang kerap membocorkan informasi terkait dinamika di tubuh PKT—dan prediksi mereka terbukti akurat dalam beberapa kasus besar sebelumnya.

Zeng Qinghong bukan sosok sembarangan. Dia dikenal sebagai “otak strategi” kelompok Jiang dan pernah menjadi sosok kunci yang mendorong naiknya Xi Jinping ke puncak kekuasaan pada Kongres PKT ke-18. Namun, seiring waktu, hubungan keduanya memburuk dan kini, Zeng Qinghong justru menjadi simbol “perlawanan diam-diam” terhadap otoritarianisme Xi.

Misteri di Balik Ketidakhadiran di Acara Kenegaraan

Ketegangan di puncak kekuasaan Tiongkok semakin kentara saat peringatan 120 tahun kelahiran Chen Yun, tokoh revolusioner yang juga mentor generasi elite PKT, berlangsung beberapa waktu lalu. Tidak satu pun anggota keluarga besar Jiang Zemin atau Zeng Qinghong yang hadir dalam acara tersebut. Pengamat politik menilai, absennya mereka adalah pertanda jelas bahwa kelompok Jiang benar-benar sudah disingkirkan dari lingkaran elite.

Sejak wafatnya Jiang Zemin pada akhir 2022, tongkat kepemimpinan informal kelompok Jiang secara de facto dipegang oleh Zeng Qinghong. Namun, dengan status Zeng yang kini dalam tahanan rumah, dan hampir semua loyalis utamanya sudah diproses hukum, posisi kelompok ini secara politik dan struktural benar-benar lumpuh.

Analisis Para Pengamat: PKT Masuki Babak Krisis Baru

Chen Pokong, pengamat politik yang juga mantan dosen universitas di Tiongkok, menilai bahwa situasi saat ini bisa menjadi awal dari krisis yang lebih besar di tubuh Partai Komunis. 

“Penahanan Zeng Qinghong bukan hanya simbol runtuhnya satu faksi, tetapi juga menandakan semakin rapuhnya konsensus internal partai. Jika Xi Jinping gagal mengelola transisi kekuasaan ini, Tiongkok berpotensi menghadapi instabilitas politik terbesar sejak era reformasi,” ujar Chen.

Krisis di puncak elite PKT, menurut Chen, tidak lagi sekadar rivalitas antar-individu, melainkan sudah masuk tahap fragmentasi di antara kelompok sesepuh partai yang selama ini menjadi penopang stabilitas politik. Sinyal-sinyal retaknya solidaritas di lingkaran dalam partai kini makin jelas terbaca oleh dunia internasional.

Penutup: Tiongkok di Ambang Perubahan Besar

Dalam lanskap politik Tiongkok yang sangat tertutup, penangkapan tokoh-tokoh penting keluarga Jiang Zemin serta penahanan rumah Zeng Qinghong menjadi alarm keras bagi semua elite PKT. Perombakan dan pembersihan besar-besaran ini berpotensi mengubah wajah kepemimpinan partai sekaligus memicu instabilitas baru.

Meski pemerintahan Xi Jinping saat ini tampak masih kokoh, rentetan peristiwa ini menandai babak baru dalam sejarah politik Tiongkok—babak yang penuh ketidakpastian dan siap memunculkan kejutan berikutnya di panggung kekuasaan dunia.

Tak Ada Ampun! Serangan Rudal Israel-Iran Bikin Kota Porak-poranda, Korban Terus Bertambah

EtIndonesia.  Ketegangan di Timur Tengah kembali mencapai puncaknya setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah wilayah strategis di Iran pada Senin (16/6) malam. Serangan ini dibalas Iran dengan meluncurkan gelombang roket ke berbagai kota di Israel, memicu eskalasi konflik yang menimbulkan kekhawatiran dunia internasional akan pecahnya perang terbuka di kawasan.

Rangkaian Serangan Balasan

Pada 16 Juni, tepat pukul 20.00 waktu setempat, sirene peringatan meraung-raung di berbagai kota utama di Iran dan Israel. Pemerintah Israel sebelumnya telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada warganya, meminta mereka segera berlindung di bunker, tempat perlindungan bawah tanah, dan fasilitas darurat. Di pihak Iran, pemerintah setempat membuka akses ke masjid-masjid, stasiun metro, hingga sekolah sebagai tempat evakuasi dan perlindungan sementara bagi rakyat sipil yang panik.

Klaim dan Tuduhan Saling Serang

Militer Israel mengklaim telah berhasil menghancurkan sejumlah fasilitas militer dan nuklir vital milik Iran, termasuk pusat komando, depo senjata, dan lokasi pengembangan nuklir yang selama ini menjadi target pengawasan internasional. Dalam pernyataan resminya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menuding Iran telah melakukan serangan brutal terhadap warga sipil, perempuan, dan anak-anak di wilayah Israel. 

Netanyahu memperingatkan: “Iran akan membayar harga yang sangat mahal atas pembantaian warga sipil ini.”

Di sisi lain, Pemerintah Iran menegaskan bahwa serangan balasan mereka ditujukan pada sasaran militer sebagai respons atas agresi Israel yang menurut mereka telah melanggar kedaulatan dan menyebabkan korban jiwa besar di kalangan rakyat Iran.

Korban Jiwa Terus Bertambah

Menurut data yang dirilis Kementerian Kesehatan Iran, sejak rangkaian serangan dimulai pada 13 Juni hingga 16 Juni, sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang mengalami luka-luka akibat rentetan serangan udara dan rudal Israel ke sejumlah kota besar Iran, termasuk Teheran, Isfahan, dan Shiraz. Banyak korban dilaporkan merupakan warga sipil yang terjebak di area permukiman padat atau lokasi umum.

Sementara itu, otoritas Israel menyampaikan bahwa gelombang serangan rudal dan drone Iran pada malam 16 Juni telah menewaskan sedikitnya 10 orang. Dengan demikian, jumlah korban jiwa di pihak Israel sejak Iran memulai serangan balasan pada 13 Juni kini tercatat mencapai 13 orang, terdiri dari warga sipil dan sejumlah petugas keamanan.

Kerusakan Infrastruktur dan Respons Internasional

Serangan udara dan rudal yang saling dilancarkan kedua negara juga menimbulkan kerusakan luas pada infrastruktur penting, mulai dari jaringan listrik, jalur transportasi, hingga fasilitas kesehatan. Di beberapa kota di Iran, jaringan internet dan komunikasi sempat terganggu akibat gelombang serangan elektronik yang diduga turut dilakukan oleh Israel sebagai bagian dari strategi tempur.

Komunitas internasional, termasuk PBB dan negara-negara Uni Eropa, segera mengeluarkan pernyataan keprihatinan mendalam serta menyerukan gencatan senjata segera guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok secara terpisah juga mendesak kedua negara menahan diri dan membuka jalur dialog demi menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar.

Situasi di Lapangan: Rakyat Hidup dalam Ketakutan

Suasana mencekam melanda kedua negara. Di Israel, banyak warga memilih tetap berada di bunker meski situasi sudah dinyatakan aman oleh otoritas beberapa jam setelah serangan. Sementara di Iran, antrean panjang terlihat di depan apotek dan rumah sakit, dengan banyak warga mencari perlindungan sekaligus berupaya mendapatkan pertolongan medis.

Media-media lokal dan internasional menyiarkan tayangan kepanikan di jalan-jalan kota: lampu padam, suara ledakan terdengar bertubi-tubi, dan warga berlomba-lomba menyelamatkan diri bersama keluarga mereka. Laporan saksi mata menyebutkan, sejumlah sekolah yang dijadikan tempat perlindungan sementara kini sudah kelebihan kapasitas dan kekurangan pasokan makanan serta air bersih.

Pernyataan Pejabat dan Ancaman Perang Lebih Besar

Ketegangan juga semakin diperparah dengan saling ancam antara pemimpin kedua negara. Netanyahu kembali menegaskan bahwa Israel siap melancarkan aksi militer lanjutan jika Iran tidak segera menghentikan serangan roket dan rudal. Sebaliknya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan bahwa “setiap agresi Israel akan dibalas dengan kekuatan berlipat ganda.”

Sejumlah analis militer memperkirakan, jika situasi tidak segera mereda, Timur Tengah akan menghadapi risiko konflik regional yang jauh lebih luas, dengan kemungkinan keterlibatan negara-negara lain di kawasan.

Kesimpulan:

Situasi Israel-Iran kini berada di titik kritis dengan korban jiwa dan luka-luka terus bertambah, serta kerusakan infrastruktur semakin meluas. Ancaman perang yang lebih besar semakin nyata, sementara dunia menanti dengan cemas apakah kedua pihak akan memilih jalan diplomasi atau perang terbuka.

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz: Satu Gerakan Kecil Bisa Melumpuhkan Energi Dunia!

EtIndonesia. Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam setelah serangan udara yang dilakukan Israel pada 13 Juni terhadap fasilitas nuklir Iran. Tindakan ini memicu respons keras dari Teheran. Tidak hanya sekadar retorika, Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) secara terbuka menyatakan tengah mempertimbangkan opsi untuk menutup Selat Hormuz—jalur strategis bagi suplai energi dunia. Peringatan ini langsung mengguncang pasar global dan memicu kekhawatiran di kalangan pakar geopolitik, terutama di Eropa.

Ancaman Penutupan Selat Hormuz: Bom Waktu di Tengah Laut

Dalam sebuah pernyataan tegas, Komandan senior IRGC, Mohammad Reza Naqdi, menegaskan bahwa penutupan Selat Hormuz kini berada di atas meja sebagai langkah balasan menyeluruh terhadap serangan Israel dan tekanan Barat. 

“Kami siap mengambil keputusan apa pun yang diperlukan untuk membela kedaulatan negara,” ujar Kosari, salah satu komandan IRGC lainnya, kepada media Iran.

Pengumuman ini langsung menjadi perhatian dunia internasional. Para pakar memperingatkan, jika ancaman Iran benar-benar diwujudkan, dunia akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius—mulai dari lonjakan harga minyak mentah, ancaman krisis energi di Eropa, hingga kemungkinan pecahnya konflik militer baru di kawasan Teluk Persia.

Mengapa Selat Hormuz Sangat Vital?

Selat Hormuz, meski hanya selebar kurang dari 40 kilometer pada titik tersempitnya, adalah jalur maritim paling vital di dunia untuk perdagangan energi. Setiap harinya, sekitar 20% dari total ekspor minyak dunia dan sebagian besar gas alam cair melewati selat ini. Negara-negara seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab sangat bergantung pada jalur ini untuk mengirimkan minyak dan gas ke pasar global, termasuk ke Eropa.

Bagi Eropa, Selat Hormuz adalah “urat nadi energi”. Negara-negara di benua biru sangat bergantung pada suplai energi murah dan stabil dari kawasan Timur Tengah. Jika jalur ini terhenti, Eropa akan langsung menghadapi kekurangan pasokan dan kenaikan harga energi yang tak terkendali.

Iran dan Kapabilitas Militer di Selat Hormuz

Iran selama bertahun-tahun telah membangun kemampuan militer di kawasan Teluk Persia. Armada kapal perang, rudal jarak pendek dan menengah, drone laut, serta pasukan elit IRGC telah berulang kali menggelar latihan militer di sekitar selat ini. Para analis meyakini, Iran tidak hanya mampu menyerang kapal tanker minyak, tetapi juga pipa-pipa minyak bawah laut dan pelabuhan-pelabuhan penting di kawasan Teluk.

Berbagai alat dan teknologi canggih, mulai dari drone hingga rudal anti-kapal, dapat digunakan Iran untuk melumpuhkan navigasi kapal atau merusak radar pelayaran. Akibatnya, seluruh jalur transportasi laut di Selat Hormuz bisa lumpuh total hanya dalam hitungan jam jika konflik benar-benar pecah.

Empat Ancaman Utama bagi Eropa Jika Selat Hormuz Ditutup

Para analis dan lembaga riset energi memperingatkan setidaknya empat ancaman besar yang akan menghantam Eropa jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz:

  1. Krisis Energi Parah:
    Ketergantungan Eropa terhadap minyak dan gas alam cair dari Timur Tengah sangat tinggi. Jika Selat Hormuz ditutup, pasokan energi ke Eropa akan terputus atau minimal terganggu berat, memicu lonjakan harga minyak dan gas di pasar global. Efek domino akan langsung dirasakan oleh industri dan konsumen di seluruh Eropa.
  2. Tekanan Ekonomi dan Gejolak Pasar:
    Lonjakan harga energi akan memicu inflasi tinggi, meningkatkan biaya produksi pada sektor manufaktur, transportasi, hingga pertanian. Harga barang konsumsi melonjak dan daya beli masyarakat menurun. Tidak hanya itu, ketidakpastian ini juga bisa menimbulkan gejolak di pasar saham, memukul nilai tukar mata uang dan investasi.
  3. Risiko Konflik Militer Regional:
    Penutupan Selat Hormuz dapat memaksa Amerika Serikat, Uni Eropa, serta negara-negara Teluk Arab untuk merespons secara militer. Negara seperti Prancis dan Inggris yang memiliki armada laut di kawasan bisa langsung terlibat dalam konflik bersenjata, memperbesar risiko perang regional yang bisa meluas ke seluruh dunia.
  4. Gangguan Serius pada Perdagangan Global:
    Selat Hormuz bukan hanya jalur energi, tapi juga jalur utama perdagangan global. Jika selat ini tidak dapat dilalui, pengiriman bahan baku industri dan barang konsumsi ke Eropa dan Asia akan terhambat parah. Rantai pasok global hancur, biaya logistik dan asuransi pelayaran melonjak, harga barang naik, dan keterlambatan pengiriman menjadi tak terhindarkan.

Dunia dalam Ketidakpastian: Aroma Perang Kian Menguat

Sampai hari ini, situasi di kawasan Teluk tetap sangat dinamis dan penuh ketidakpastian. Negosiasi antara negara-negara besar masih berjalan alot, sementara pergerakan militer semakin intens di sekitar perairan Selat Hormuz. Negara-negara Eropa kini dalam posisi siaga penuh, melakukan koordinasi diplomatik serta persiapan darurat untuk menghadapi potensi krisis energi dan ekonomi.

Pengamat politik dan ekonomi global menilai, ancaman penutupan Selat Hormuz bukan lagi isapan jempol. Ini adalah “bom waktu” yang kapan saja bisa meledak dan mengubah peta geopolitik dunia.

Eropa dan dunia kini menanti langkah selanjutnya dari Iran dan respons komunitas internasional. Satu hal yang pasti: jika Selat Hormuz ditutup, dunia akan merasakan dampaknya secara langsung dan menyeluruh—dari harga energi yang melonjak, ekonomi yang terguncang, hingga potensi pecahnya konflik militer besar-besaran di kawasan yang telah lama menjadi episentrum ketegangan global.

Penerbangan Kargo dari Tiongkok Dialihkan Menuju Iran, Memicu Spekulasi Hubungan PKT dengan Iran

EtIndonesia– Sebuah pesawat kargo yang dioperasikan oleh Cargolux, maskapai asal Luksemburg yang sebagian sahamnya dimiliki oleh perusahaan Tiongkok, dilaporkan menyimpang dari rute penerbangan yang dijadwalkan dari Tiongkok menuju Luksemburg dan justru mengarah ke Iran. Peristiwa ini memicu spekulasi tentang adanya jembatan udara antara partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Teheran di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Pesawat dengan nomor penerbangan CV9736 milik Cargolux Airlines International lepas landas dari Zhengzhou, Tiongkok, pada 15 Juni, dengan tujuan akhir Luksemburg, menurut data dari situs pelacakan penerbangan Flightradar24.

 Namun, rekaman rute menunjukkan bahwa pesawat tiba-tiba berbelok tajam ke arah wilayah udara Iran sebelum akhirnya menghilang dari radar publik setelah mematikan transpondernya di atas wilayah Turkmenistan—negara yang berbatasan langsung dengan Iran dan dikenal sebagai sekutu dekat Teheran.

Data tambahan dari FlightAware menunjukkan bahwa pesawat tersebut sempat mendarat di Turkmenbashi, Turkmenistan, sebelum melanjutkan penerbangan ke Luksemburg. Sementara itu, catatan dari AirNavRadar turut mencatat pesawat tersebut melintasi wilayah udara Turkmenistan sebelum tak lagi terdeteksi.

Menanggapi beragam spekulasi yang berkembang di media sosial, pihak Cargolux membantah keras bahwa pesawatnya memasuki wilayah udara Iran. Dalam pernyataan resmi, maskapai tersebut menyalahkan data yang disebutnya “tidak akurat” dari platform pelacakan penerbangan publik.

“Kami menyadari adanya informasi dan pernyataan yang beredar di media sosial terkait dugaan penggunaan wilayah udara Iran oleh penerbangan Cargolux, berdasarkan data dari aplikasi publik,” demikian pernyataan Cargolux. “Kami ingin menegaskan secara tegas bahwa tidak ada satu pun penerbangan kami yang menggunakan wilayah udara Iran.”

Cargolux menambahkan bahwa sistem pelacakan internal mereka menyediakan data waktu nyata yang membuktikan bahwa tidak ada penerbangan yang memasuki wilayah udara Iran, dan menyebut semua klaim yang menyatakan sebaliknya sebagai “tidak berdasar sama sekali”.

The Epoch Times telah menghubungi Cargolux untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut terkait rute dan perhentian penerbangan CV9736.

Sebagai informasi, Henan Civil Aviation Development and Investment Co. Ltd (HNCA), perusahaan milik pemerintah provinsi Henan, Tiongkok, membeli 35 persen saham Cargolux pada tahun 2014. Kesepakatan itu juga menjadikan Zhengzhou sebagai hub kedua Cargolux setelah Luksemburg.

Di sisi lain, laporan mengenai kedekatan antara Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan rezim Iran kian sering mencuat. Sejumlah analis memperingatkan terbentuknya poros Tiongkok–Iran–Rusia yang menantang kepentingan Amerika Serikat di kawasan dan dunia.

“Sebagian dari kedekatan itu berkaitan dengan ketergantungan ekonomi Tiongkok terhadap minyak Iran. Tapi Tiongkok juga menjadi bagian dari poros anti-Barat yang mencakup Iran dan Rusia di bawah Vladimir Putin,” ujar Clare Lopez, mantan pejabat CIA dan eks Direktur Eksekutif Komite Kebijakan Iran, dalam wawancara pada 2023.

Beberapa pakar menilai bahwa Iran sejak lama mengincar jaminan keamanan dari Tiongkok, khususnya untuk menghadapi potensi dampak negatif akibat dukungannya terhadap berbagai kelompok proksi anti-Barat di Timur Tengah. Sebagian lainnya menyebut bahwa Beijing memanfaatkan Iran sebagai agen destabilisasi kawasan guna mendukung ambisi jangka panjangnya menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai kekuatan hegemonik global.

Joseph Humire, Direktur Eksekutif Center for a Secure Free Society, dalam program American Thought Leaders tahun 2024 mengatakan bahwa diplomasi Tiongkok dengan negara-negara seperti Iran bertujuan menjadikan suatu kawasan “semakin tidak ramah terhadap kehadiran Amerika Serikat.”

“Koneksi Sino-Iran, dalam banyak hal, justru lebih berbahaya dibandingkan hubungan Tiongkok-Rusia, yang justru lebih sering dibicarakan dalam wacana hubungan internasional,” ujar Humire.

Insiden penerbangan ini terjadi di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah. Pasukan Israel pekan lalu melancarkan kampanye udara besar-besaran—berkode ‘Rising Lion’—yang menargetkan fasilitas nuklir dan situs militer Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rentetan serangan misil dan drone ke berbagai target di Israel.

Militer Israel pada Senin menyatakan telah menghancurkan 120 peluncur misil permukaan-ke-permukaan Iran yang digunakan untuk menyerang wilayahnya, serta telah mencapai supremasi udara penuh di atas langit Teheran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Operasi Rising Lion bisa saja berujung pada perubahan rezim di Iran, meskipun itu bukan tujuan utama mereka.

“Kami siap melakukan apa pun untuk mencapai dua tujuan utama kami—menghilangkan dua ancaman eksistensial, yaitu ancaman nuklir dan ancaman misil balistik,” kata Netanyahu kepada Fox News. Ia menambahkan bahwa Israel berupaya “melindungi dunia dari rezim yang membakar ini.”

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran mengklaim sedikitnya 224 orang tewas di negara itu sejak Jumat, termasuk beberapa pejabat militer berpangkat tinggi.

Dari Minggu malam hingga Senin pagi, Iran meluncurkan gelombang misil ke kota-kota Israel, termasuk Tel Aviv dan Petah Tikva. Serangan itu mendorong Israel mengaktifkan sistem pertahanan udara berlapis, termasuk Iron Dome.

Menjelang fajar, sejumlah ledakan terdengar di Tel Aviv—diduga akibat sistem pertahanan yang berhasil menghancurkan proyektil yang masuk. Di Petah Tikva, otoritas setempat melaporkan bahwa satu misil menghantam bangunan tempat tinggal, menghancurkan kaca jendela dan merusak dinding, meskipun tidak ada laporan korban jiwa sejauh ini. (asr)

Chris Summers berkontribusi dalam laporan ini.

Sumber : Theepochtimes.com

Trump Tinggalkan KTT G7 Lebih Awal untuk Fokus pada Timur Tengah

Keputusan Trump muncul setelah ia menyerukan evakuasi segera dari Teheran saat Iran dan Israel terus saling melancarkan serangan udara.

EtIndonesia. CALGARY, Kanada — Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan meninggalkan Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Tujuh (KTT) G7 lebih awal dari yang dijadwalkan dan memilih untuk kembali ke Washington. Hal demikian disampaikan Gedung Putih pada Senin (9/6/2025).

“Presiden Trump menjalani hari yang luar biasa di G7, bahkan menandatangani kesepakatan dagang besar dengan Inggris dan Perdana Menteri Keir Starmer. Banyak hal telah dicapai, tetapi karena situasi di Timur Tengah, Presiden Trump akan pulang malam ini setelah makan malam bersama para Kepala Negara,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt dalam pernyataan di platform media sosial X.

Trump mengatakan kepada wartawan setelah sesi foto bersama para pemimpin G7: “Saya harus kembali.”

“Kalian mungkin melihat apa yang saya lihat, dan saya harus kembali secepat mungkin,” ujarnya.

Keputusan mendadak Trump untuk meninggalkan KTT ini mengingatkan pada masa jabatan pertamanya, ketika ia juga meninggalkan KTT G7 di Charlevoix, Kanada, pada 2018 lebih awal. Pertemuan saat itu berakhir dengan ketegangan akibat perselisihan dagang, dan Trump menolak untuk mendukung komunike bersama. Kali ini, Gedung Putih menyebut meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sebagai alasan kepulangannya lebih awal.

Trump memuji kemajuan yang dicapai dalam KTT G7 pada Senin, menyatakan bahwa para pemimpin “telah menyelesaikan banyak hal.”

“Saya berharap bisa tinggal hingga besok, tapi mereka mengerti,” ujar Trump kepada wartawan.

Perdana Menteri Kanada Mark Carney berterima kasih atas kehadiran Trump dan mengatakan kepada wartawan bahwa ia sepenuhnya memahami keputusan presiden untuk pergi lebih awal.

Setelah sesi foto bersama, Trump mengikuti makan malam dengan para pemimpin dunia lainnya sebelum terbang kembali ke Washington.

Sebelumnya, Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Iran melalui unggahan di Truth Social dan menyerukan evakuasi segera dari Teheran, di tengah saling serang antara Iran dan Israel.

“Iran seharusnya menandatangani ‘kesepakatan’ yang saya suruh mereka tandatangani. Betapa memalukan dan sia-sianya nyawa manusia. Singkatnya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR. Saya sudah katakan berulang kali! Semua orang harus segera mengungsi dari Teheran!” tulis Trump pada 16 Juni.

Pada hari pertama pertemuan G7, negara-negara anggota mengusulkan pernyataan bersama yang menyerukan deeskalasi dalam konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran.

Trump memberikan komentar mengenai Iran di sela-sela KTT G7 usai pertemuan bilateralnya dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

Ketika ditanya apakah ia mendukung seruan deeskalasi, Trump menjawab, “Kesepakatan akan ditandatangani, dan saya rasa Iran bodoh jika tidak menandatanganinya.”

Saat ditekan mengenai apakah Amerika Serikat akan menghindari keterlibatan militer, Trump menghindari pertanyaan tersebut.

“Segera setelah saya meninggalkan tempat ini, kami akan melakukan sesuatu. Tapi saya harus pergi dari sini. Saya punya, kalian tahu, komitmen. Banyak sekali komitmen,” ujar Trump.

Saat ditanya tentang apakah ia mendukung perubahan rezim di Iran, Trump kembali menegaskan tujuannya yang utama: “Saya ingin tidak ada senjata nuklir di Iran, dan kami sedang berada di jalur yang tepat untuk memastikan itu tidak terjadi.”

Beberapa media Israel melaporkan bahwa jet tempur AS turut ambil bagian dalam serangan udara ke Iran. Gedung Putih membantah laporan tersebut.

“Itu tidak benar. Pasukan Amerika Serikat mempertahankan posisi defensif mereka, dan hal itu belum berubah. Kami akan membela kepentingan Amerika,” kata Alex Pfeiffer, Wakil Direktur Komunikasi Utama Gedung Putih, di X.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS juga mengonfirmasi bahwa Menteri Luar Negeri Marco Rubio akan pulang ke Washington bersama Trump. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com