Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Trump Restui Pasukan Uighur di Suriah: Ancaman Baru Menghantui Beijing!

EtIndonesia. Konflik Suriah kembali menjadi pusat perhatian dunia internasional setelah kebijakan mengejutkan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun perang saudara, Washington secara resmi memberikan restu kepada rezim baru Suriah, dipimpin Presiden Ahmed al-Sharaa, untuk melakukan restrukturisasi total di bidang militer. Namun, keputusan paling kontroversial adalah terbentuknya Divisi Darat ke-84, pasukan baru yang sebagian besar diisi oleh relawan dari etnis Uighur, bekas petempur yang sebelumnya telah terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah di Suriah, termasuk perebutan Kota Aleppo.

Divisi Darat ke-84: Kombinasi Eks Pejuang Uighur dan Kelompok Ekstremis Asia Tengah

Divisi ini bukanlah unit biasa. Dengan kekuatan sekitar 3.500 personel, pasukan tersebut merupakan gabungan dari relawan Uighur dan berbagai kelompok ekstremis dari Asia Tengah yang selama ini berperan dalam konflik Suriah. Jejak mereka di Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, memperkuat reputasi mereka sebagai salah satu kelompok petempur paling militan di kawasan. Kini, dengan legitimasi politik dan militer dari rezim Sharaa, mereka mendapatkan tempat resmi di tubuh militer Suriah.

Kebijakan ini segera memicu gelombang reaksi keras di dunia internasional. Banyak yang menilai langkah Amerika ini menandai pergeseran besar dalam kebijakan luar negeri Washington terhadap Suriah—dari sanksi keras dan blokade internasional, kini berbalik arah dengan pencabutan sanksi, menyambut rezim baru, hingga memberi ruang bagi kelompok bersenjata Uighur untuk berkembang. Namun, Gedung Putih memberikan satu syarat utama: Suriah di bawah Ahmed al-Sharaa harus membersihkan seluruh milisi asing di wilayahnya.

Imbalan Politik dan Ekonomi: Kontrol Minyak dan Gas Suriah untuk Amerika

Sebagai bentuk balasan atas restu Amerika, rezim Ahmed al-Sharaa dikabarkan memberikan akses penuh kepada perusahaan-perusahaan Amerika dalam pengelolaan sumber daya minyak dan gas di Suriah. Langkah ini dianggap sebagai transaksi politik yang saling menguntungkan namun memicu reaksi negatif dari negara-negara besar lain, terutama Tiongkok.

Tiongkok Resah: Peringatan di Dewan Keamanan PBB

Tak butuh waktu lama bagi Beijing untuk menyatakan sikap. Di awal Juni, Wakil Tetap Tiongkok untuk PBB, Fu Cong, secara terbuka menyampaikan keprihatinan mendalam dalam sidang Dewan Keamanan. Beijing menyoroti secara khusus kebijakan Suriah yang merekrut kelompok ekstremis asing, terutama para anggota Kelompok Turkistan Timur (ETIM) atau Uighur Xinjiang. Menurut Tiongkok, kehadiran kelompok ini bukan hanya mengancam stabilitas Suriah, namun juga menimbulkan ancaman lintas batas bagi kawasan Asia Tengah, khususnya keamanan nasional Tiongkok sendiri.

Suriah: Transit dan Basis Baru Kelompok ETIM

Sejak lama, ETIM memang menjadikan Suriah sebagai basis transit dan tempat rekrutmen. Namun, sejak awal 2025, kelompok ini semakin mendapatkan perlindungan dan legitimasi, baik secara politik maupun militer dari pemerintah baru Suriah. Para ahli menilai, hal ini mengukuhkan posisi kelompok Uighur sebagai aktor penting di panggung konflik kawasan, sekaligus membuka peluang baru bagi jaringan ekstremis lintas negara.

Amerika dan Rusia Mundur, Suriah Masuk Zona Abu-abu

Di tengah perubahan besar ini, Amerika Serikat dan Rusia hampir bersamaan mengumumkan penarikan pasukan dari Suriah. Kedua negara hanya menyisakan beberapa pos militer di wilayah strategis. Kekosongan kekuasaan yang terjadi membuka peluang baru bagi kelompok-kelompok bersenjata lokal dan asing untuk memperkuat posisi mereka.

Respons Tiongkok: Perkuat Keamanan, Bangun Aliansi

Menyadari ancaman yang semakin nyata, Pemerintah Tiongkok merespons dengan memperketat pengamanan di wilayah perbatasan Xinjiang. Langkah-langkah yang diambil antara lain:

  • Meningkatkan sistem anti-terorisme dan memperkuat patroli di sepanjang perbatasan,
  • Membangun kemampuan intelijen dan sistem peringatan dini untuk mencegah infiltrasi kelompok ekstremis,
  • Mempererat koordinasi multilateral melalui forum-forum internasional seperti PBB dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) bersama Rusia dan Iran untuk mengatasi ancaman lintas batas secara bersama.

Para analis menilai, Tiongkok kini berada dalam posisi sulit, menghadapi tekanan politik dan ekonomi ganda—di luar negeri harus berhadapan dengan kebijakan negara-negara besar seperti Amerika, sementara di dalam negeri juga menghadapi kritik dan protes dari kelompok masyarakat sipil yang menyoroti masalah penindasan terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

Ancaman Langsung terhadap Beijing

Yang membuat Beijing semakin waspada, Divisi ke-84 berbasis Uighur ini secara terbuka pernah menyatakan keinginan untuk “kembali ke Tiongkok” dan membawa perlawanan bersenjata melawan pemerintah pusat. Bagi Partai Komunis Tiongkok, pernyataan ini menjadi peringatan nyata bahwa ancaman ekstremisme bersenjata dapat sewaktu-waktu masuk ke wilayah mereka sendiri—sebuah tantangan terbesar dalam satu dekade terakhir.

Kesimpulan:
Situasi terbaru di Suriah memperlihatkan pergeseran dramatis dalam peta geopolitik regional. Langkah Amerika Serikat memberi legitimasi kepada kelompok Uighur dan restrukturisasi militer Suriah di bawah Bashar al-Shara dinilai akan mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah dan Asia Tengah. Tiongkok, yang selama ini menaruh perhatian besar terhadap isu Xinjiang, kini dihadapkan pada ancaman baru yang nyata, baik secara politik, ekonomi, maupun keamanan nasional. Seluruh perkembangan ini diprediksi akan menjadi topik panas di berbagai forum internasional dalam waktu dekat.

Menghentikan Kebiasaan Ini Dapat Mengurangi Risiko Kanker Lambung

Penelitian terbaru menemukan bahwa kebiasaan menaburkan lebih banyak garam ke makanan saat makan secara signifikan meningkatkan risiko terkena kanker lambung

Ellen Wan

Natrium merupakan nutrisi penting bagi tubuh manusia, namun asupan garam yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan menaburkan lebih banyak garam ke makanan saat makan secara signifikan meningkatkan risiko terkena kanker lambung.

Studi  sebelumnya tentang risiko kanker lambung sebagian besar berfokus pada populasi Asia, yang dikenal karena konsumsi sayuran asin, ikan asin, dan saus tinggi garam. Studi terbaru ini, yang menggunakan data dari UK Biobank, mengungkapkan bahwa pola makan tinggi garam juga meningkatkan risiko kanker lambung pada populasi Barat.

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Gastric Cancer pada bulan April, melibatkan lebih dari 470.000 orang dewasa di Inggris dengan masa tindak lanjut rata-rata selama 10,9 tahun. Para peneliti menilai frekuensi penggunaan garam tambahan pada makanan dan hubungannya dengan risiko kanker lambung. Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah menggunakan garam tambahan di meja makan, individu yang sering menambahkan garam ke makanan memiliki risiko sekitar 40 persen lebih tinggi terkena kanker lambung.

Tilman Kühn, salah satu peneliti utama studi ini, menyatakan dalam siaran pers, “Dengan studi ini, kami ingin meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari konsumsi garam yang sangat tinggi dan memberikan dasar untuk langkah-langkah pencegahan kanker lambung.”

Kanker Lambung Semakin Banyak Ditemukan pada Usia Muda

Biasanya, risiko terkena kanker lambung meningkat seiring bertambahnya usia, dengan sekitar 60 persen orang Amerika yang didiagnosis menderita kanker lambung berusia di atas 64 tahun. Namun, studi terbaru menunjukkan tren peningkatan diagnosis kanker lambung pada orang dewasa di bawah usia 50 tahun. 

Pola makan tinggi garam yang lazim juga terbukti meningkatkan risiko kanker lambung, terutama pada orang muda yang mengonsumsi makanan olahan dan makanan siap saji tinggi garam dalam jumlah besar, sehingga semakin meningkatkan risikonya.

Menambahkan Garam Secara Sering Dapat Mengurangi Usia Harapan hidup.

Selain meningkatkan risiko kanker lambung, penggunaan garam meja juga dapat memengaruhi harapan hidup. Sebuah studi yang diterbitkan dalam European Heart Journal pada tahun 2022 mengikuti lebih dari 500.000 individu dari UK Biobank selama rata-rata sembilan tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang sering menambahkan garam ke makanannya memiliki konsentrasi natrium urin yang lebih tinggi, menandakan asupan natrium yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah menambahkan garam, perempuan dan laki-laki yang sering menambahkan garam diperkirakan memiliki harapan hidup yang lebih rendah masing-masing 1,5 tahun dan 2,28 tahun pada usia 50 tahun, serta memiliki risiko kematian dini sebelum usia 75 tahun yang lebih tinggi.

Hubungan antara Asupan Garam Berlebih dan Kematian akibat Penyakit Jantung

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), rata-rata orang Amerika mengonsumsi lebih dari 3.300 miligram natrium per hari (setara dengan sekitar 1,5 sendok teh), padahal jumlah yang direkomendasikan adalah kurang dari 2.300 miligram (sekitar 1 sendok teh). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan garam berlebih berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan di JAMA Network Open pada bulan Maret, para peneliti mengikuti lebih dari 64.000 orang dewasa di 12 negara bagian tenggara AS selama rata-rata 13,8 tahun. Para peneliti menemukan bahwa sekitar 80 persen individu berpenghasilan rendah melebihi batas asupan natrium harian yang direkomendasikan.

Setelah menyesuaikan dengan berbagai variabel yang mungkin memengaruhi hasil, para peneliti menemukan bahwa untuk setiap peningkatan 1.000 miligram natrium harian (sekitar setengah sendok teh), risiko kematian akibat semua jenis penyakit kardiovaskular meningkat sebesar 8 persen pada orang kulit putih dan 7 persen pada orang kulit hitam. Selain itu, risiko kematian akibat penyakit jantung koroner meningkat sebesar 13 persen pada kulit putih dan 8 persen pada kulit hitam.

Hindari Garam Berlebihan, Pilih Bahan Alami

Asupan garam berasal dari berbagai sumber, termasuk makanan seperti daging asap, ikan asap, acar, dan saus, serta camilan asin seperti keripik dan popcorn. Selain itu, garam juga ditambahkan saat memasak, dan sebagian orang masih menambahkan lebih banyak garam setelah makanan disajikan.

Banyak organisasi kesehatan merekomendasikan untuk menghindari konsumsi garam secara berlebihan. Hal ini dapat dilakukan dengan meminimalkan konsumsi makanan olahan tinggi garam dan mengurangi penggunaan garam meja. Selain itu, disarankan untuk menggunakan lebih banyak bahan alami dalam memasak guna meningkatkan cita rasa dan mengurangi ketergantungan pada garam. Berikut beberapa saran:

  • Gunakan buah dan sayur alami seperti lemon, apel, nanas, tomat, dan rhubarb untuk menambah keasaman pada hidangan Anda.
  • Tingkatkan rasa asli makanan dengan bahan alami beraroma kuat seperti ketumbar, bawang merah, daun bawang, seledri, dan peterseli.
  • Bumbu alami seperti daun bawang, jahe, bawang putih, lada, kayu manis, cengkeh, daun salam, dan thyme dapat menambah kedalaman rasa hidangan Anda.
  • Kurangi penggunaan garam dengan memilih metode memasak seperti mengukus atau memanggang, yang membantu mempertahankan nutrisi.

Jika makan di luar tidak dapat dihindari, mintalah restoran untuk mengurangi penggunaan garam sebisa mungkin. Misalnya, Anda bisa meminta sedikit saus saat memesan tumisan sayur. 

Selain itu, sebaiknya hindari hidangan yang dimasak dengan metode tinggi garam seperti diasap, diberi saus, atau dimasak lama dengan bumbu, untuk mengurangi asupan garam Anda. Sama seperti saat makan di rumah, cobalah untuk membatasi penggunaan garam dan kecap dari botol di atas meja agar tidak menambah asupan garam secara berlebihan. (asr)

Inilah Alasan Mengonsumsi Sayuran Rebus Merupakan Makanan Penting untuk Kesehatan

EtIndonesia. Sayuran rebus baik untuk kesehatan karena mempertahankan sebagian besar nilai gizinya sekaligus lebih mudah dicerna dan diserap. Merebus melembutkan serat dalam sayuran, membuatnya lebih lembut untuk sistem pencernaan, terutama bagi orang-orang dengan sensitivitas usus. Metode memasak ini tidak memerlukan minyak tambahan, mengurangi asupan kalori, dan mendukung kesehatan jantung. Jika dimasak dengan benar (tidak terlalu matang), sayuran mempertahankan antioksidan, vitamin, dan mineralnya sekaligus menghilangkan bakteri dan racun yang berbahaya. Sayuran rebus juga mendukung hidrasi, karena sering kali menahan air dari proses memasak.

Teruslah membaca karena kami membagikan daftar manfaat yang dapat Anda peroleh dari mengonsumsi sayuran rebus.

10 Alasan mengapa menambahkan sayuran rebus penting untuk kesehatan yang baik

  1. Pencernaan yang lebih mudah

Sayuran rebus lebih mudah dipecah karena proses merebus melembutkan serat dalam sayuran. Hal ini membuatnya ideal bagi orang-orang dengan masalah pencernaan seperti kembung, keasaman, atau IBS. Memasak mengurangi tekanan pada usus dan memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih lancar.

  1. Rendah kalori dan lemak

Merebus tidak memerlukan minyak atau ghee, sehingga menjadikannya metode memasak bebas lemak. Ini membantu menjaga asupan kalori tetap rendah, yang mendukung penurunan berat badan dan kesehatan jantung. Memasukkan sayuran rebus secara teratur dapat membantu mengelola kolesterol dan mempertahankan BMI yang sehat.

  1. Meningkatkan penyerapan nutrisi

Nutrisi tertentu, seperti beta-karoten dalam wortel dan likopen dalam tomat, menjadi lebih mudah diserap tubuh saat sayuran direbus. Merebus memecah dinding sel tanaman, sehingga tubuh lebih mudah mengekstrak dan menyerap nutrisi penting ini.

  1. Menghidrasi dan menenangkan

Sayuran rebus menahan air, sehingga menghidrasi secara alami dan ringan di perut. Terutama bermanfaat saat sakit atau di iklim panas, sayuran rebus mengisi kembali cairan sekaligus memberikan nutrisi yang lembut.

  1. Efek detoksifikasi

Merebus sayuran membantu menghilangkan pestisida, kotoran, dan bakteri yang ada di permukaan. Beberapa racun yang mungkin tersisa dari tanah atau penanganan dinetralkan selama proses perebusan, sehingga makanan lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi.

  1. Mendukung penurunan berat badan

Sayuran rebus yang kaya serat dan air dapat meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi kemungkinan makan berlebihan. Karena rendah lemak dan kalori, sayuran ini membantu menjaga defisit kalori tanpa mengurangi nutrisi.

  1. Pilihan yang baik untuk jantung

Sayuran rebus secara alami rendah sodium dan lemak jenuh, yang membantu menurunkan tekanan darah dan mendukung kesehatan kardiovaskular. Sayuran berdaun hijau seperti bayam atau sayuran seperti brokoli, jika direbus, dapat membantu mengelola kadar kolesterol.

  1. Menjaga antioksidan dalam sayuran tertentu

Meskipun beberapa vitamin dapat hilang dalam air, sayuran seperti wortel, bit, dan bayam mempertahankan atau bahkan meningkatkan antioksidan tertentu setelah direbus. Antioksidan ini membantu melawan stres oksidatif dan mengurangi risiko penyakit kronis.

  1. Membantu meningkatkan metabolisme

Konsumsi sayuran rebus seperti bayam, kacang-kacangan, dan brokoli secara teratur menyediakan vitamin B, magnesium, dan zat besi, nutrisi yang penting untuk menjaga metabolisme aktif. Metabolisme yang sehat sangat penting untuk energi dan manajemen berat badan.

  1. Praktis dan dapat disesuaikan

Sayuran rebus cepat disiapkan dan mudah dicampur ke dalam berbagai hidangan mulai dari sup dan salad hingga kari dan sandwich. Rasanya yang ringan memungkinkan penggunaan bumbu yang serbaguna dan kreatif, sehingga makanan sehat menjadi lebih berkelanjutan.

Memasukkan makanan ini ke dalam makanan Anda secara teratur membantu meningkatkan pola makan yang seimbang dan sehat, yang bergizi dan memuaskan.(yn)

Sumber: doctor.ndtv

Peneliti Wuhan Didakwa Selundupkan Bahan Biologis ke Laboratorium AS

Warga negara Tiongkok tersebut mengaku telah mengirim sekitar lima hingga sepuluh paket, namun beberapa diklaim hilang dalam pengiriman.

EtIndonesia. Jaksa federal Amerika Serikat mendakwa seorang warga negara Tiongkok atas tuduhan menyelundupkan bahan biologis ke Amerika Serikat dan memberikan keterangan palsu tentang rencana tersebut.

Han Chengxuan, kandidat PhD asal Wuhan, Tiongkok tengah, ditangkap saat mendarat di Bandara Metropolitan Detroit pada 8 Juni. Seorang agen FBI mengatakan pihak berwenang telah menyita empat paket berisi bahan biologis yang diduga dikirim Han kepada anggota laboratorium Universitas Michigan.

Han menjadi warga negara Tiongkok ketiga dalam satu minggu yang didakwa karena menyelundupkan bahan untuk riset biologis. Dua terdakwa sebelumnya dituduh menyelundupkan jamur yang mematikan tanaman dan termasuk seorang peneliti postdoktoral di bidang Molecular Plant-Microbe Interaction Universitas Michigan. Dalam dokumen dakwaan, disebutkan bahwa Han adalah anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang telah menunjukkan kesetiaan kepada partai.

Han mengaku telah mengirim sekitar lima hingga sepuluh paket, namun beberapa tidak sampai ke tujuan. Ia mengatakan kepada FBI bahwa para profesornya — baik di universitas Tiongkok maupun AS — serta para penerima, tidak mengetahui isi paket yang ia kirim, dan menyebutnya sebagai kejutan atau “kejutan manis,” menurut keterangan agen FBI.

Paket-paket tersebut tidak menyertakan dokumen resmi maupun izin yang diperlukan untuk mengimpor bahan terkait cacing gelang (roundworm), sebagaimana dicatat dalam dakwaan.

Paket-paket itu diduga dikirim kepada dua penerima: satu merupakan anggota aktif laboratorium, dan yang lain adalah staf atau dosen di Life Sciences Institute Universitas Michigan.

Pada awalnya, Han berbohong kepada petugas bea cukai di bandara mengenai isi paket, mengklaim bahwa isinya adalah gelas plastik dan sebuah buku, menurut dokumen pengadilan. Setelah didesak, ia mengaku bahwa paket-paket tersebut berisi cawan petri berisi media pertumbuhan cacing gelang serta plasmid — molekul DNA sirkular kecil — yang dimasukkan ke dalam amplop, ujar agen FBI.

Han, yang sedang menempuh studi di College of Life Science and Technology, Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, masuk ke AS dengan visa pertukaran pelajar (J1); ia memiliki surat tawaran sebagai peneliti tamu di laboratorium Universitas Michigan, menurut jaksa. Han mengatakan kepada FBI bahwa ia datang ke Universitas Michigan untuk meneliti cacing gelang selama satu tahun.

Ia menyatakan bahwa ia telah memproduksi plasmid menggunakan E. coli, kemudian mengisolasi dan menyuntikkannya ke dalam cacing gelang sebagai metode utama dalam penelitiannya. Agen FBI mencatat bahwa plasmid sering digunakan sebagai kendaraan untuk memasukkan modifikasi genetik ke dalam organisme seperti cacing gelang.

Dokumen imigrasi Han menunjukkan bahwa ia meneliti bagaimana hewan mendeteksi rangsangan sensorik seperti sentuhan, bahan kimia, dan cahaya, serta bagaimana sirkuit saraf memproses informasi tersebut menjadi perilaku, dan bagaimana gen dan obat-obatan memengaruhi proses tersebut, menurut dakwaan. Ia juga tercatat sebagai penulis bersama dua makalah penelitian tentang cacing gelang (C. elegans).

Permohonan visa J1 Han sempat ditolak oleh petugas konsuler AS pada 18 Maret karena ia kesulitan melakukan wawancara dalam bahasa Inggris — yang merupakan syarat utama untuk mendapatkan visa tersebut. Namun, sembilan hari kemudian ia berhasil memperoleh visa, setelah petugas mencatat bahwa ia berbicara dengan meyakinkan tentang latar belakang pendidikan, studi saat ini, dan rencana pasca-kuliah, menurut dokumen dakwaan.

Han mencoba menyamarkan isi paket dengan catatan tulisan tangan dan buku, termasuk satu catatan yang berbunyi: “Halo! Ini adalah surat menyenangkan dengan pola-pola menarik. Semoga kamu menikmati kesenangan di dalamnya,” menurut dokumen pengadilan.

Label pada catatan tersebut memuat istilah-istilah yang konsisten dengan riset cacing gelang, menurut dokumen tersebut. Han juga diduga mengatakan kepada petugas bea cukai bahwa ia membuat “permainan gambar” dalam buku itu dan bahwa penerima catatan akan menyusun urutan plasmid tersebut untuk kesenangan, meskipun setiap prosesnya memakan waktu sekitar seminggu, demikian isi dakwaan.

Han juga menghapus isi perangkat elektronik miliknya sebelum masuk ke Amerika Serikat. Ketika ditanya oleh agen federal, ia mengaku ingin “memulai dari awal.”

Jaksa AS untuk Distrik Timur Michigan, Jerome Gorgon, mengatakan bahwa dugaan penyelundupan dari universitas di Wuhan ini merupakan bagian dari “pola yang mengkhawatirkan dan mengancam keamanan nasional.”

“Wajib pajak Amerika tidak seharusnya mendanai operasi penyelundupan yang berbasis di RRT (Republik Rakyat Tiongkok) di salah satu institusi publik utama kita,” katanya dalam pernyataan resmi.

John Nowak, penjabat direktur operasi lapangan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, mengatakan bahwa tindakan yang dituduhkan ini merusak integritas lembaga riset AS.

“Pedoman untuk mengimpor bahan biologis ke AS untuk tujuan riset sangat ketat, namun jelas, dan tindakan seperti ini merusak pekerjaan sah para peneliti tamu lainnya,” katanya, seraya menambahkan bahwa lembaganya tidak akan mentolerir penyelundupan barang yang berpotensi berbahaya melalui pintu masuk Amerika Serikat. (asr)

Film ‘State Organs’ Menerima Humanitarian Award 2024 karena Menyoroti Penyiksaan yang Terus Berlangsung di Tiongkok

Film dokumenter ini dijadwalkan tayang perdana akhir Juni ini di Belanda, Swedia, dan Prancis.

EtIndonesia. Sebuah film dokumenter yang mengungkap kenyataan mengerikan tentang praktik pengambilan organ secara paksa di Tiongkok kembali meraih penghargaan, karena dinilai berhasil menyoroti pelanggaran hak asasi manusia luar biasa yang dilegalkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).

“State Organs: Unmasking Transplant Abuse in China” mengikuti perjalanan menyayat hati dua keluarga selama lebih dari 20 tahun saat mereka mencari anggota keluarga mereka yang hilang secara misterius di Tiongkok pada awal 2000-an. Dalam pencarian tersebut, mereka mengungkap kengerian operasi pengambilan organ yang dijalankan negara dan menargetkan orang-orang tak bersalah.

Film dokumenter ini, disutradarai oleh Raymond Zhang — peraih penghargaan Peabody — baru-baru ini mendapat pengakuan sebagai “Pencapaian Luar Biasa” untuk Humanitarian Award 2024 dari Accolade Global Film Competition, sebuah ajang kompetisi film virtual global yang didirikan pada tahun 2003.

Penghargaan ini diberikan setiap tahun kepada para pembuat film yang “berkomitmen untuk membawa perubahan positif di dunia” dan menceritakan kisah mereka dengan “kemampuan sinematik yang luar biasa,” menurut situs resmi Accolade.

“Setelah Perang Dunia II, orang-orang terus berkata, ‘Tidak akan terjadi lagi, tidak akan pernah lagi.’ Namun kini, hal itu terjadi lagi dan masih terus terjadi saat ini,” ujar Zhang dalam pernyataan tertanggal 7 Juni terkait penghargaan terbaru yang diterima filmnya.

“Perbedaannya adalah, hari ini, saat kita masih memiliki waktu untuk menghentikan bentuk baru genosida ini, kita masih punya kesempatan untuk mengubah arah sejarah yang sedang berlangsung.”

Ia menyatakan bahwa jika penonton dapat membagikan apa yang mereka lihat dan dengar dalam dokumenter ini kepada keluarga, teman, dan para pembuat kebijakan, “bersama-sama kita bisa mengubah Tiongkok menjadi negara yang lebih aman dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik.”

Pihak Accolade menyebut film ini sebagai “film dokumenter yang kuat” dan “kesaksian yang menggugah tentang martabat manusia serta pentingnya menghadapi kekejaman besar ini dengan segera.”

“Lewat wawancara yang intim, rekaman langka, dan alur cerita yang menggugah, film ini memberikan suara kepada mereka yang dibungkam dan dilupakan, serta menangkap rasa sakit, keteguhan, dan keberanian keluarga-keluarga yang berjuang demi keadilan,” tulis Accolade di situs webnya saat mengumumkan para pemenang Penghargaan Kemanusiaan.

Pengambilan organ secara paksa adalah praktik di mana organ tubuh seseorang diambil tanpa persetujuan mereka. Pada tahun 2019, panel independen Tribunal Tiongkok di London menyimpulkan bahwa rezim Tiongkok telah melakukan pengambilan organ dari para tahanan hati nurani selama bertahun-tahun “dalam skala besar,” dengan para praktisi Falun Gong sebagai korban utama.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah latihan spiritual yang terdiri dari gerakan meditasi dan ajaran yang berlandaskan prinsip Sejati, Baik, Sabar. Sebelum Partai Komunis Tiongkok melancarkan penganiayaan terhadap kelompok ini pada tahun 1999, Falun Gong sangat populer di Tiongkok, dengan perkiraan resmi menyebutkan bahwa setidaknya 70 juta orang telah mempraktikkannya sejak diperkenalkan ke publik oleh Master Li Hongzhi pada tahun 1992.

Penganiayaan terhadap Falun Gong masih terus berlangsung hingga hari ini. Menurut data dari Falun Dafa Information Center, jutaan orang telah ditahan di penjara, kamp kerja paksa, dan berbagai fasilitas lainnya; lebih dari 100.000 orang telah disiksa atau mengalami kekerasan selama dalam tahanan; dan ribuan meninggal dunia akibat penyiksaan.

“State Organs” sebelumnya telah memenangkan penghargaan Sutradara Terbaik dan Skor Musik Terbaik dalam kategori dokumenter panjang di Leo Awards 2023, serta Dokumenter Hak Asasi Manusia Terbaik di Manhattan Film Festival 2024. Pada Maret 2024, Accolade juga menganugerahkan film ini dengan Award of Excellence.

Sejak tahun lalu, film dokumenter ini mendapat sambutan positif dari penonton setelah ditayangkan di Taiwan, Jepang, Korea Selatan, San Francisco, dan New York City.

Evalyn Chen, seorang legislator dari Kota New Taipei, Taiwan, menyebut praktik pengambilan organ secara paksa oleh rezim Tiongkok sebagai “pembunuhan” dan “tantangan terhadap seluruh umat manusia,” usai menonton dokumenter ini dalam sebuah acara pemutaran di Taipei, menurut unggahan Facebook-nya pada 7 Juni.

Chen menyerukan agar warga Taiwan tidak bepergian ke Tiongkok untuk menjalani transplantasi organ.

“Demokrasi dan kebebasan Taiwan tidak boleh digunakan untuk memutihkan kejahatan rezim totaliter, dan pulau ini tidak boleh dijadikan gerbang bagi pasar gelap organ,” tulisnya.

Film dokumenter ini dijadwalkan tayang perdana akhir Juni ini di Belanda, Swedia, dan Prancis. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com 

Di Tengah Hubungan Baik Putin-Xi, Intelijen Rusia Waspada Terhadap “Musuh” Tiongkok

EtIndonesia. Sementara dunia melihat Presiden Rusia, Vladimir Putin dan mitranya dari Tiongkok, Xi Jinping sebagai sahabat yang tak tergoyahkan, dokumen internal yang bocor dari Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia mengungkap ketidakpercayaan Moskow yang semakin besar terhadap Beijing. Unit intelijen Rusia yang kuat menyebut Tiongkok sebagai “musuh” dalam dokumen perencanaan setebal delapan halaman yang diperoleh The New York Times.

Dokumen tersebut, yang ditulis oleh unit FSB yang sebelumnya tidak disebutkan namanya, dilaporkan memperingatkan bahwa Tiongkok merupakan ancaman serius bagi keamanan Rusia, dengan Beijing semakin berupaya merekrut mata-mata Rusia dan mendapatkan teknologi militer yang sensitif, terkadang dengan cara memikat “ilmuwan Rusia yang tidak puas”. Dokumen tersebut, yang dikutip oleh NYT, pertama kali diperoleh oleh Ares Leaks, sebuah kelompok kejahatan dunia maya, tetapi tidak mengatakan bagaimana cara melakukannya.

‘Tiongkok Memata-matai Senjata Barat’

Mengutip pernyataan para pejabat intelijen, NYT melaporkan bahwa Beijing memata-matai operasi militer Moskow di Ukraina untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang senjata dan peperangan Barat.

‘Klaim Wilayah Rusia’

Tiongkok, yang berbatasan darat dengan Rusia, mungkin berencana untuk mengklaim wilayah Rusia. Intelijen Rusia dilaporkan khawatir bahwa akademisi Tiongkok sedang mempersiapkan hal yang sama, khususnya di wilayah yang berpenduduk jarang dan penting secara strategis di dekat perbatasan bersama mereka.

Dokumen tersebut mengatakan bahwa agen intelijen Beijing melakukan spionase di Kutub Utara dengan menggunakan perusahaan pertambangan dan pusat penelitian universitas sebagai kedok.

Keakraban Rusia-Tiongkok

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, ikatan penting namun tidak jelas antara Moskow dengan Beijing telah mengubah keseimbangan kekuatan global. Moskow telah berhasil bertahan selama bertahun-tahun dari sanksi keuangan Barat setelah invasi tersebut, dan Beijing memiliki peran dalam keberhasilan tersebut.

Tiongkok adalah pelanggan terbesar minyak Rusia. Tiongkok juga memasok chip komputer penting, perangkat lunak, dan komponen militer ke Moskow. Setelah invasi, ketika perusahaan-perusahaan Barat meninggalkan Rusia, merek-merek Tiongkok menguasai pasar untuk menggantikan mereka. Kedua negara tetangga itu, yang sedang berjuang melawan geopolitik Barat, juga ingin membuat film bersama dan membangun pangkalan di bulan.

Program Kontraintelijen ‘Entente-4’

Namun, meskipun dekat, Rusia tetap berhati-hati dengan masa lalu Tiongkok yang penuh tipu daya. Hanya tiga hari sebelum invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, FSB menyetujui program kontraintelijen baru yang disebut “Entente-4”–nama yang dianggap sebagai ironi tajam, mengingat dukungan publik Moskow terhadap Beijing. Hal itu memungkiri tujuan sebenarnya dari inisiatif tersebut—untuk mencegah mata-mata Tiongkok merusak kepentingan Rusia.

Laporan tersebut mencatat bahwa sementara sebagian besar sumber daya spionase Rusia difokuskan pada Ukraina, FSB khawatir Tiongkok — yang berbagi lebih dari 4.000 mil perbatasannya– mungkin memanfaatkannya

“Sejak saat itu, menurut dokumen tersebut, FSB mengamati Tiongkok melakukan hal itu. Agen intelijen Tiongkok meningkatkan upaya untuk merekrut pejabat Rusia, pakar, jurnalis, dan pebisnis yang dekat dengan kekuasaan di Moskow,” kata laporan itu.

Untuk melawan ancaman yang semakin besar dari Tiongkok, FSB dilaporkan telah menginstruksikan petugasnya untuk mencegat “ancaman” dan “mencegah transfer informasi strategis penting ke Tiongkok.” Petugas juga telah diminta untuk melakukan pertemuan langsung dengan orang Rusia yang bekerja sama erat dengan Tiongkok dan memperingatkan mereka tentang niat Beijing untuk memanfaatkan Rusia dan memperoleh penelitian ilmiah tingkat lanjut, menurut dokumen tersebut.

FSB memerintahkan “pengumpulan informasi terus-menerus tentang pengguna” pada aplikasi perpesanan Tiongkok, WeChat. Itu termasuk meretas telepon target spionase dan menganalisis data dalam perangkat lunak khusus yang dimiliki oleh satu unit FSB, kata laporan itu.(yn)

Kita Telah Salah Menafsirkan Hukum Utama Fisika Selama Hampir 300 Tahun

EtIndonesia. Ketika Isaac Newton menuliskan hukum geraknya yang kini terkenal pada tahun 1687, dia hanya berharap kita akan membahasnya selama berabad-abad kemudian.

Dalam tulisannya dalam bahasa Latin, Newton menguraikan tiga prinsip universal yang menjelaskan bagaimana gerak benda diatur di Alam Semesta kita, yang sejak saat itu telah diterjemahkan, ditranskripsi, dibahas, dan diperdebatkan secara panjang lebar.

Namun menurut seorang filsuf bahasa dan matematika, kita mungkin telah menafsirkan kata-kata Newton yang tepat tentang hukum gerak pertamanya secara sedikit salah selama ini.

Filsuf Virginia Tech Daniel Hoek ingin “meluruskan masalah” setelah menemukan apa yang dia gambarkan sebagai “kesalahan penerjemahan yang ceroboh” dalam terjemahan bahasa Inggris asli tahun 1729 dari Principia Latin Newton.

Berdasarkan terjemahan ini, banyak akademisi dan guru sejak saat itu menafsirkan hukum inersia pertama Newton yang berarti sebuah benda akan terus bergerak dalam garis lurus atau tetap diam kecuali ada gaya luar yang mengganggu.

Ini adalah deskripsi yang berfungsi dengan baik sampai Anda menyadari bahwa gaya eksternal terus bekerja, sesuatu yang pasti akan dipertimbangkan Newton dalam kata-katanya.

Saat meninjau kembali arsip, Hoek menyadari bahwa parafrase umum ini menampilkan salah tafsir yang tidak diketahui publik hingga tahun 1999, ketika dua cendekiawan menemukan terjemahan dari satu kata Latin yang telah diabaikan: quatenus, yang berarti “sejauh”, bukan kecuali.

Bagi Hoek, ini membuat semua perbedaan. Alih-alih menggambarkan bagaimana sebuah benda mempertahankan momentumnya jika tidak ada gaya yang bekerja padanya, Hoek mengatakan bahwa pembacaan baru menunjukkan bahwa Newton bermaksud bahwa setiap perubahan momentum benda – setiap sentakan, kemiringan, belokan, dan percepatan – disebabkan oleh gaya eksternal.

“Dengan mengembalikan satu kata yang terlupakan itu [sejauh ini] ke tempatnya, [para sarjana itu] mengembalikan salah satu prinsip dasar fisika ke kemegahan aslinya,” jelas Hoek dalam sebuah posting blog yang menjelaskan temuannya, yang diterbitkan secara akademis dalam sebuah makalah penelitian tahun 2022.

Namun, koreksi yang sangat penting itu tidak pernah berhasil. Bahkan sekarang, koreksi itu mungkin sulit untuk mendapatkan daya tarik terhadap beban pengulangan selama berabad-abad.

“Beberapa orang menganggap bacaan saya terlalu liar dan tidak konvensional untuk dianggap serius,” kata Hoek. “Yang lain berpikir bahwa itu sangat jelas benar sehingga hampir tidak layak untuk diperdebatkan.”

Orang awam mungkin setuju bahwa itu terdengar seperti semantik. Dan Hoek mengakui bahwa penafsiran ulang itu tidak dan tidak akan mengubah fisika. Namun, dengan memeriksa dengan cermat tulisan-tulisan Newton sendiri, kita dapat mengklarifikasi apa yang dipikirkan oleh matematikawan perintis itu saat itu.

“Banyak tinta telah ditumpahkan pada pertanyaan untuk apa sebenarnya hukum inersia itu,” jelas Hoek, yang bingung sebagai seorang mahasiswa dengan apa yang dimaksud Newton.

Jika kita mengambil terjemahan yang berlaku, tentang benda-benda yang bergerak dalam garis lurus hingga suatu gaya memaksanya sebaliknya, maka muncul pertanyaan: mengapa Newton menulis hukum tentang benda-benda yang bebas dari gaya eksternal ketika hal semacam itu tidak ada di Alam Semesta kita; ketika gravitasi dan gesekan selalu ada?

“Inti dari hukum pertama adalah untuk menyimpulkan keberadaan gaya,” George Smith, seorang filsuf di Universitas Tufts dan seorang ahli dalam tulisan-tulisan Newton, mengatakan kepada wartawan Stephanie Pappas untuk Scientific American.

Faktanya, Newton memberikan tiga contoh konkret untuk menggambarkan hukum gerak pertamanya: yang paling berwawasan, menurut Hoek, adalah gasing yang berputar – yang seperti kita ketahui, melambat dalam spiral yang mengencang karena gesekan udara.

“Dengan memberikan contoh ini,” tulis Hoek, “Newton secara eksplisit menunjukkan kepada kita bagaimana Hukum Pertama, sebagaimana dia pahami, berlaku untuk benda-benda yang mengalami percepatan yang tunduk pada gaya – yaitu, berlaku untuk benda-benda di dunia nyata.”

Hoek mengatakan interpretasi yang direvisi ini membawa pulang salah satu ide Newton yang paling mendasar yang benar-benar revolusioner pada saat itu. Yaitu, planet, bintang, dan benda langit lainnya semuanya diatur oleh hukum fisika yang sama seperti benda-benda di Bumi.

“Setiap perubahan kecepatan dan setiap kemiringan arah,” renung Hoek – dari kawanan atom hingga galaksi yang berputar – “diatur oleh Hukum Pertama Newton.”

Membuat kita semua merasa sekali lagi terhubung dengan jangkauan terjauh ruang angkasa.

Makalah tersebut telah diterbitkan dalam Philosophy of Science.(yn)

Sumber: sciencealert

Thailand Catat 14.716 Kasus Baru Covid-19, Total Tahun 2025 Tembus 420.000 Kasus

EtIndonesia. Kasus penularan virus COVID-19 di Thailand menunjukkan peningkatan. Departemen Pengendalian Penyakit  Thailand pada  Senin (9/6/2025)  melaporkan 14.716 kasus baru Covid-19 dan sembilan kematian, sehingga jumlah total infeksi sejak 1 Januari 2025 mencapai 420.937 kasus dengan 112 kematian.

Media Thailand, The Nation merinci sejumlah kasus di provinsi yang mengalami peningkatan. Derah tersebut adalah Bangkok, Chonburi, Nonthaburi, Nakhon Ratchasima, dan Saraburi.

Dr. Panumas Yanawetsakul, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit  Thailand, pada Selasa (10/6/2025)  mengatakan bahwa infeksi saluran pernapasan — termasuk Covid-19 dan influenza — cenderung meningkat selama musim hujan.

Otoritas Kesehatan Thailand menyatakan infeksi saluran pernagasan umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan mudah menyebar melalui percikan air liur saat batuk atau bersin, kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, atau kontak dekat dengan individu yang terinfeksi. 

Panumas mengimbau kepada warga negaranya, khususnya kelompok berisiko tinggi — termasuk anak-anak kecil dan anggota “kelompok 608” (orang berusia 60 tahun ke atas, penderita salah satu dari tujuh penyakit kronis, dan wanita hamil lebih dari 12 minggu) — untuk memantau kesehatan mereka dengan cermat.

“Jika Anda mengalami gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, atau pilek, sebaiknya segera memakai masker, isolasi mandiri, dan mencari pertolongan medis,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa kelompok berisiko tinggi lebih rentan mengalami komplikasi serius atau bahkan meninggal jika terinfeksi,” katanya. (asr)

Sumber : The Nation

Program Pangan Dunia : Kelaparan Mengintai di Selatan Ibu Kota Sudan, Khartoum

EtIndonesia. Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa wilayah di sekitar selatan ibu kota Sudan, Khartoum, berisiko tinggi dilanda kelaparan, dan menyerukan tanggapan internasional segera.

Laurent Bukera, perwakilan WFP di Sudan dan direktur negara, mengatakan badan PBB itu telah menemukan tingkat kelaparan yang “parah” di Jabal Awliya, sebuah kota sekitar 40 kilometer (25 mil) di selatan Khartoum.

Bukera berbicara setelah kembali dari Negara Bagian Khartoum, tempat WFP membuka kantor baru di Omdurman, bagian dari Khartoum Raya.

“Kebutuhannya sangat besar,” katanya dalam jumpa pers di Jenewa, berbicara dari Port Sudan.

“Kami melihat kerusakan yang meluas, akses terbatas ke air, layanan kesehatan, dan listrik, serta wabah kolera. Di beberapa bagian kota, kehidupan kembali — tetapi banyak lingkungan yang masih terbengkalai, seperti kota hantu.

“Beberapa daerah di selatan kota berisiko tinggi dilanda kelaparan,” katanya.

“Masyarakat internasional harus bertindak sekarang — dengan meningkatkan pendanaan untuk menghentikan kelaparan di daerah yang paling parah dilanda dan berinvestasi dalam pemulihan Sudan.”

Tentara reguler Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter telah terkunci dalam pertempuran untuk memperebutkan kekuasaan sejak April 2023. RSF kehilangan kendali atas Khartoum pada bulan Maret.

Sekarang setelah WFP memiliki akses ke daerah tersebut dan dapat melakukan pengiriman bantuan secara teratur, badan tersebut mengatakan bahwa mereka melakukan segala yang dapat dilakukan untuk membawa penduduk setempat kembali dari ambang kelaparan.

Bukera mengatakan “tingkat kelaparan, kesengsaraan, dan keputusasaan” yang ditemukan di Jabal Awliya “parah, dan pada dasarnya mengonfirmasi risiko kelaparan”.

Perang tersebut telah menewaskan puluhan ribuan orang dan menciptakan krisis kelaparan dan pengungsian terbesar di dunia.

Bukera mengatakan bahwa dengan orang-orang yang diperkirakan akan kembali ke daerah yang rusak parah seperti Khartoum, tekanan pada sumber daya yang sudah sangat terbatas akan meningkat.

“WFP sangat prihatin, dan memenuhi kebutuhan dasar — terutama makanan — sangat penting dan mendesak,” katanya.

Kelaparan telah diumumkan di lima daerah di seluruh Sudan, termasuk tiga kamp pengungsian dekat El-Fasher di barat daya.

Hal itu hampir dipastikan terjadi di El-Fasher sendiri, di mana badan-badan bantuan mengatakan kurangnya akses ke data telah mencegah deklarasi kelaparan resmi.

Di seluruh negeri, hampir 25 juta orang menderita kerawanan pangan yang parah. (yn)

Masker Bionik, Penjarahan, dan Operasi Rahasia: Los Angeles Jadi Medan Perang Baru Amerika!

EtIndonesia. Kota Los Angeles kembali menjadi sorotan dunia setelah kerusuhan berkepanjangan yang tak kunjung reda. Presiden Donald Trump mengambil langkah ekstrem dengan menggandakan jumlah pasukan Garda Nasional di kota ini. Pada saat yang sama, jalanan Los Angeles masih dipenuhi api besar sisa aksi brutal para perusuh yang berlangsung hingga dini hari, menandakan betapa seriusnya eskalasi situasi di kota terbesar kedua di Amerika Serikat ini.

Penguatan Pasukan dan Penurunan Marinir AS

Pada 9 Juni, di tengah meningkatnya kekacauan dan kekerasan, Presiden Trump memutuskan untuk menaikkan jumlah personel Garda Nasional di Los Angeles dari 2.000 menjadi 4.000 orang. Ini menjadi salah satu mobilisasi terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Tak hanya itu, untuk pertama kalinya dalam krisis ini, 700 personel pasukan reguler Marinir AS juga dikerahkan secara darurat untuk membantu menjaga stabilitas dan keamanan kota. Sejumlah saksi mata melaporkan, setidaknya lebih dari 12 kendaraan militer penuh dengan Marinir terlihat meninggalkan pangkalan militer menuju pusat kerusuhan pada malam hari.

Langkah luar biasa ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat: “Mengapa harus mengerahkan pasukan reguler, padahal sudah ada ribuan Garda Nasional di lokasi?” 

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa situasi terus memburuk, dan kekuatan pengamanan yang ada tampaknya belum cukup untuk menahan laju kerusuhan dan aksi kriminal.

Gelombang Penjarahan Terorganisir

Sejak awal pecahnya kerusuhan, berbagai kelompok mulai memanfaatkan situasi dengan melakukan penjarahan di pusat kota. Toko Adidas menjadi salah satu korban pertama penjarahan massal. Ironisnya, para pelaku penjarahan secara terbuka membagikan aksi mereka di media sosial, bahkan mengklaim bahwa aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Imigrasi Amerika Serikat (ICE). Tak tanggung-tanggung, mereka mengancam akan terus melakukan kerusuhan selama ICE masih beroperasi di wilayah Los Angeles.

Direktur ICE, Tom Homan, yang dijuluki “Tsar Perbatasan”, secara tegas mengecam para perusuh dan kota-kota sanctuary di California yang dianggap memfasilitasi imigran ilegal. Homan menegaskan, operasi ICE di komunitas-komunitas Los Angeles dilakukan demi penegakan hukum dan keamanan nasional.

Tak lama berselang, Apple Store di pusat Los Angeles juga dijarah. Hampir seluruh pelaku terlihat mengenakan masker penutup wajah. Pola ini menandakan aksi penjarahan kali ini sangat terorganisir dan sulit diidentifikasi oleh aparat penegak hukum.

Fenomena Masker Bionik dalam Kerusuhan

Salah satu fenomena menarik dari kerusuhan kali ini adalah penggunaan masker bionik oleh para perusuh. Dari hasil pantauan media di lapangan, masker canggih bertuliskan “Bionic Shield” itu mampu melindungi pemakainya dari gas air mata dan menyamarkan identitas. Masker tersebut bahkan dibagikan secara massal dari truk-truk di tengah kerumunan, dengan harga pasar sekitar 60 dolar AS per buah, namun diberikan secara gratis kepada perusuh. Hal ini memunculkan dugaan kuat adanya sponsor dan organisasi besar di balik kerusuhan.

Respons Trump dan Penangkapan Para Pelaku

Menanggapi situasi yang semakin memburuk, Presiden Trump melalui akun media sosialnya menyatakan bahwa jika dia tidak mengerahkan pasukan ke Los Angeles selama tiga malam terakhir, kota yang indah tersebut sudah “menjadi abu” — merujuk pada sejarah kebakaran besar yang pernah melanda Los Angeles. Dia juga mengkritik keras gubernur dan wali kota Los Angeles atas lambannya penanganan kerusuhan dan rekonstruksi kota setelah bencana sebelumnya.

Upaya penegakan hukum mulai membuahkan hasil. FBI bergerak cepat setelah identitas salah satu perusuh yang melempar batu ke mobil petugas federal berhasil terungkap. Pelaku bernama Rayner, warga Compton, California, kini masuk daftar buronan. FBI menawarkan hadiah 50.000 dolar AS bagi siapa pun yang bisa membantu penangkapan Rayner. Otoritas federal menegaskan, penangkapan Rayner baru permulaan, dan penyelidikan akan terus berlanjut untuk membongkar jaringan perusuh di balik gelombang kerusuhan ini.

Landasan Hukum dan Preseden Sejarah

Langkah Presiden Trump untuk mengerahkan Garda Nasional dan Marinir ke Los Angeles memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang Pemberontakan AS. Langkah serupa pernah dilakukan pada tahun 1992 ketika kerusuhan besar pecah akibat vonis bebas empat polisi yang memukuli Rodney King, seorang warga kulit hitam. Saat itu, Presiden George Bush Sr. mengerahkan hampir 10.000 pasukan federal dan Garda Nasional untuk memulihkan ketertiban di Los Angeles. Kerusuhan tersebut menyebabkan 63 orang tewas, lebih dari 2.000 luka-luka, dan ribuan toko hancur, terutama milik komunitas Korea-Amerika. Komunitas Korea-Amerika bahkan membentuk pasukan bela diri untuk mempertahankan bisnis dan kehidupan mereka, sebuah kenangan pahit yang masih membekas hingga kini.

Bahkan pada tahun 1957, Presiden Eisenhower pernah mengerahkan Divisi Lintas Udara 101 untuk mengawal sembilan siswa kulit hitam masuk ke SMA Little Rock, Arkansas, guna menegakkan hukum federal di tengah gelombang segregasi rasial. Jadi, pengerahan pasukan federal bukanlah hal baru dalam sejarah Amerika Serikat.

Operasi Deportasi dan Ancaman Bioterorisme

Di tengah situasi kerusuhan, Presiden Trump menegaskan bahwa operasi deportasi besar-besaran oleh ICE terhadap imigran ilegal tidak akan dihentikan — bahkan diperluas ke berbagai kota besar lain di Amerika Serikat.

Sementara itu, FBI juga tengah sibuk menangani kasus penyelundupan materi biologi yang diduga terkait upaya infiltrasi Tiongkok ke laboratorium Amerika. Baru-baru ini, seorang mahasiswa doktoral asal Wuhan, Han Chengxuan, ditangkap di Detroit atas dugaan menyelundupkan materi biologis berbahaya (cacing gelang) ke laboratorium Universitas Michigan. Han mengirim empat paket dari Tiongkok ke AS dan terbukti berbohong kepada otoritas federal. Dua warga Tiongkok lainnya juga ditahan atas tuduhan serupa, meski belum diketahui apakah kasus-kasus ini saling terkait.

FBI menegaskan bahwa materi biologis yang dikirimkan sangat berbahaya dan berpotensi disalahgunakan untuk riset senjata biologi, mengingat trauma yang dialami Amerika akibat pandemi COVID-19 yang bermula dari Wuhan. Pemerintah AS kini mengintensifkan upaya penegakan hukum untuk mencegah segala bentuk ancaman bioterorisme dari luar negeri.

Penutup

Dengan mobilisasi besar-besaran pasukan, peningkatan operasi deportasi, hingga penangkapan pelaku kriminal dan upaya menanggulangi ancaman bioterorisme, Amerika Serikat menghadapi ujian berat dalam menjaga keamanan nasional dan supremasi hukum di tengah gempuran krisis sosial yang berlarut-larut.

Los Angeles kini berdiri di persimpangan jalan sejarahnya: apakah bisa segera pulih dan kembali menjadi kota yang damai dan dinamis, atau justru akan terjerumus dalam spiral kekacauan berkepanjangan? Waktu yang akan menjawab.

(Edisi Khusus): Sandera Politik dan Ilusi Kekuasaan: Beijing Bersiap Tanpa Xi Jinping?

EtIndonesia. Pada 10 Juni 2025, dunia internasional dikejutkan dengan sebuah fenomena langka di halaman utama People’s Daily, media resmi Partai Komunis Tiongkok (PKT). Wawancara eksklusif dengan Ren Zhengfei—pendiri dan CEO Huawei—dimuat besar-besaran. Ren menyatakan secara terbuka bahwa Huawei “tidak sehebat itu”, bahkan mengaku tertinggal satu generasi dan masih harus banyak berbenah.

Bukan hanya isi pernyataan yang mencuri perhatian, melainkan juga timing dan konteks kemunculannya. Dulu, pernyataan seperti ini bisa mengundang interogasi dari otoritas. Namun kini, justru dipajang di media nasional dengan tajuk mencolok: “Semakin Terbuka Negara, Semakin Mendorong Kami untuk Maju.”

Apa makna di balik narasi ini? Mengapa People’s Daily mengangkatnya ke halaman utama? Dan apa kaitannya dengan perkembangan geopolitik serta dinamika internal di Beijing? Laporan khusus ini mengurai lapis demi lapis drama di balik layar kekuasaan Tiongkok.

Propaganda Baru—“Surat Terbuka” untuk Trump atau Sinyal Krisis?

Sinkronisasi Narasi

Tidak lama sebelum wawancara Ren dipublikasikan, Presiden Trump di Washington secara terang-terangan menuntut keterbukaan dari Tiongkok: “We want to open up China.” Seolah menjawab langsung, keesokan harinya People’s Daily menyorot tema keterbukaan, kali ini bukan lewat pernyataan pejabat pemerintah, melainkan pengusaha.

Apakah ini murni wawancara eksklusif atau sebenarnya surat terbuka terselubung dari PKT kepada AS, yang “ditandatangani” Ren Zhengfei? Sebab, bagi Partai, membiarkan Ren bicara “lembut” di ranah publik jauh lebih elegan ketimbang mengakui kelemahan lewat pejabat negara.

Ren Zhengfei: Antara “Merendah” dan Menjaga Muka

Pernyataan Ren menjadi “topeng” baru: mengaku ketinggalan satu generasi, menepis kecemasan AS, namun tetap menegaskan bahwa Huawei masih punya potensi. Ini strategi komunikasi klasik: self-deprecation—merendahkan diri agar tak lagi dianggap ancaman utama, sembari menanti kelengahan lawan.

Pertarungan di London—Arena Negosiasi AS-Tiongkok

Pertemuan Puncak di Lancaster House

Pada hari yang sama, di Lancaster House, London,Inggris, dua delegasi ekonomi dari AS dan Tiongkok bertemu dalam atmosfer tegang. Delegasi AS dipimpin Menteri Keuangan, Scott Bessent dan Menteri Perdagangan, Howard Lutnick, dengan tim elit negosiator Gedung Putih. Sementara itu, kubu Tiongkok dipimpin Wakil Perdana Menteri, He Lifeng dan Menteri Perdagangan, Bao Wentao.

Trump tidak hadir secara fisik, tetapi tetap mengendalikan arah negosiasi dari Gedung Putih. 

“Maybe we won’t do anything, and they’ll kneel,” ucapnya, menegaskan bahwa Tiongkok kini ada di posisi defensif.

Fokus Negosiasi: Rare Earth dan Semikonduktor

Isu utama perundingan adalah logam tanah jarang dan chip semikonduktor. AS mendesak kelonggaran ekspor logam tanah jarang dari Tiongkok, sementara Tiongkok ingin pembatasan teknologi chip dicabut. Namun, AS kali ini mengisyaratkan, bahkan tanpa aksi frontal, Tiongkok pasti akan mengalah pada tekanan pasar.

Tiongkok kini mengubah strategi total: tak lagi mengedepankan slogan “mandiri teknologi”, tetapi memunculkan Ren Zhengfei untuk memberikan sinyal “kami lemah, jangan khawatirkan kami.”

Evolusi Propaganda dan Ilusi Kekuasaan

Pembalikan 180 Derajat dalam Narasi

Dua tahun lalu, saat Huawei meluncurkan Mate 60, propaganda “Tiongkok jauh di depan Amerika” menggema di seluruh negeri. Saat itu, Huawei diangkat menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan nasional.

Namun tahun 2025, narasi itu berbalik tajam. Kini, People’s Daily justru menampilkan pengakuan kelemahan. Ini adalah langkah sadar, bukan tanda menyerah, tetapi upaya menurunkan tensi dan mengelabui lawan—agar AS dan kapitalis global tetap mau berbisnis di Tiongkok.

Menghapus Jejak Xi dan Partai

Menariknya, dalam wawancara Ren Zhengfei, kata “Partai Komunis Tiongkok”, “Xi Jinping”, maupun “Sekretaris Jenderal” sengaja dihilangkan dari narasi utama. Hanya sekali, di ujung, disebut “negara di bawah kepemimpinan Partai”—itu pun sangat formal dan nyaris tanpa makna. Ini adalah manuver untuk mengaburkan wajah otoritas: agar tampak bahwa perubahan sudah dimulai, bahwa yang bicara bukan lagi politbiro, melainkan “warga sipil”.

Drama Politik—Kemunculan Xi Mingze dan Ilusi Jamuan Keluarga

Xi Mingze: Simbol atau Sandiwara?

Sementara Ren “merendah” di hadapan publik internasional, media Belarus mengabarkan kemunculan Xi Mingze—putri Xi Jinping yang selama ini seperti “bayangan”—dalam jamuan makan malam keluarga menyambut Presiden Lukashenko.

Narasi yang dibangun: Xi Jinping masih sehat dan memegang kendali, keluarganya tampil utuh dan harmonis. Namun, ketika ditelusuri, jamuan makan keluarga itu ternyata tidak pernah benar-benar terjadi. Rekaman hanya menunjukkan pertemuan formal pagi hari; tidak ada dokumentasi jamuan malam, dan kehadiran Xi Mingze pun tak pernah dikonfirmasi media resmi Tiongkok.

Opini dan Realitas: Pengaburan Fakta

Mengapa perlu sandiwara “jamuan keluarga”? Karena di saat bersamaan, di AS beredar kabar bahwa Xi Mingze tinggal di Amerika, bahkan masih dalam pengawasan otoritas AS. Ini adalah permainan opini untuk menutupi krisis internal di Zhongnanhai—seolah kekuasaan Xi masih kokoh, padahal justru sedang tergerus dari dalam.

Bocoran Intelijen—Xi Jinping Sudah Tersingkir?

Informasi Rahasia dari Rusia

Pada 9 Juni 2025, akun Telegram yang diklaim terafiliasi dengan intelijen luar negeri Rusia, SVR General, membocorkan bahwa Xi Jinping diduga mengalami serangan jantung beberapa waktu lalu dan dua kali kambuh di awal Juni. Lebih jauh, disebutkan bahwa elite PKT mulai menyiapkan transisi kekuasaan.

Moskow sendiri dikabarkan sudah “menghapus” Xi dari daftar mitra negosiasi dan mulai mencari figur pengganti untuk berurusan dengan Beijing.

Washington dan Moskow Sepakat: Era Xi Sudah Berakhir

Trump, bahkan tanpa tindakan nyata, kini merasa cukup percaya diri untuk mengatakan: “Biarkan mereka berubah sendiri.”

Amerika dan Rusia, meski berseberangan secara strategis, tampaknya sepakat—Tiongkok sedang memasuki fase baru tanpa kepastian siapa pemimpinnya.

Penutup—Akhir Ilusi, Awal Babak Baru

Era Xi Jinping telah selesai—bukan lewat pengumuman resmi, melainkan lewat penghapusan namanya dari narasi, media, dan percakapan diplomatik tingkat tinggi.

Kini, wajah-wajah “baru” seperti Ren Zhengfei dan Xi Mingze hanyalah topeng bagi sistem yang sedang berusaha bertahan di tengah badai perubahan global. Tiongkok tengah berupaya mempertahankan stabilitas dan kredibilitas, meski fondasi kekuasaan mereka sudah mulai runtuh dari dalam.

Wawancara di halaman utama People’s Daily, drama jamuan keluarga, hingga pembocoran data intelijen hanyalah potongan-potongan dari skenario besar untuk mengatur transisi kekuasaan tanpa kekacauan terbuka. Tapi satu hal pasti: dunia sedang menyaksikan babak baru sejarah Tiongkok, di mana ilusi tak lagi cukup untuk menutupi krisis nyata di jantung kekuasaan.

Greenpeace Indonesia Tuntut Perlindungan Permanen untuk Seluruh Ekosistem Raja Ampat

0

EtIndonesia. Pemerintah memutuskan mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) nikel yang beroperasi di wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya dikarenakan melanggar perlindungan lingkungan hidup. Meski demikian, Greenpeace Indonesia menuntut agar dilakukannya tindakan perlindungan secara permanen terhadap ekosistem Raja Ampat. 

Nama-nama perusahaan tersebut adalah PT Kawei Sejahtera Mining (Pulau Kawe), PT Anugerah Surya Pratama (Pulau Manuran), PT Mulia Raymond  Perkasa (Pulau Manyaifun dan Batang Pele), dan PT Nurham (Pulau Waigeo). 

“Pencabutan empat IUP ini menjadi setitik kabar baik dan salah satu langkah penting menuju perlindungan Raja Ampat secara penuh dan permanen dari industri nikel yang mengancam lingkungan hidup dan ruang-ruang hidup masyarakat,” kata Kepala Global Greenpeace untuk Kampanye Hutan Indonesia, Kiki Taufik dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (10/6/2025). 

Ia mengatakan, berbagai elemen masyarakat di Raja Ampat, termasuk masyarakat adat dan komunitas lokal yang tergabung dalam Aliansi Jaga Alam Raja Ampat, sudah bersuara dan berjuang mempertahankan Raja Ampat dari ancaman tambang nikel. 

Atas keputusan pemerintah terkait pencabutan IUP tersebut, Greenpeace Indonesia mengapresiasi keputusan ini. Akan tetapi, Greenpeace Indonesia menunggu surat keputusan resmi dari pemerintah yang bisa dilihat secara terbuka oleh publik. 

Selain itu, Greenpeace Indonesia tetap menuntut perlindungan penuh dan permanen untuk seluruh ekosistem Raja Ampat, dengan pencabutan semua izin pertambangan yang aktif maupun yang tidak aktif. 

“Terlebih ada preseden bahwa izin-izin yang sudah pernah dicabut lantas diterbitkan kembali, termasuk di Raja Ampat, karena adanya gugatan dari perusahaan,” kata Kiki. 

Greenpeace Indonesia mengajak publik untuk terus mengawasi langkah pemerintah dalam merestorasi wilayah-wilayah yang sudah dirusak oleh pertambangan agar dikembalikan ke fungsi ekologisnya. 

Kampanye #SaveRajaAmpat telah menjadi bukti nyata dan harapan bahwa ketika masyarakat terus bersuara dan bersatu, kita bisa mendesak dan menciptakan perubahan bersama-sama. Kami mengapresiasi publik yang sudah ikut bersuara lewat tagar #SaveRajaAmpat dan 60.000 lebih orang yang telah turut menandatangani petisi.

Selanjutnya, Greenpeace Indonesia mendesak pemerintah mengatasi konflik sosial yang muncul di tengah masyarakat karena keberadaan tambang, serta memastikan keselamatan dan keamanan masyarakat yang sebelumnya menyuarakan penolakan terhadap tambang nikel di kawasan Raja Ampat. 

Tak hanya itu, pemerintah perlu fokus pula membangun ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan berpihak pada masyarakat adat dan komunitas lokal, serta memastikan transisi yang berkeadilan dan jaminan atas pemenuhan hak-hak pekerja untuk masyarakat yang sebelumnya bekerja di sektor tambang.

Bukan hanya di Raja Ampat, izin tambang nikel di pulau-pulau kecil di wilayah lain di Indonesia timur telah menimbulkan kehancuran ekologis dan menyengsarakan hidup masyarakat adat dan lokal. Kami mendesak pemerintah untuk juga melakukan evaluasi menyeluruh terhadap izin-izin tambang tersebut. 

“Seluruh pembangunan di Indonesia, khususnya di Tanah Papua, harus tetap memastikan prinsip-prinsip kemanusiaan, keadilan, pelibatan publik secara bermakna, dan persetujuan atas dasar informasi di awal tanpa paksaan (padiatapa) jika menyangkut masyarakat adat dan komunitas lokal,” pungkas Kiki. (asr)

Pelanggaran Lingkungan Hidup, Pemerintah Cabut Empat Izin Perusahaan Tambang di Raja Ampat

0

EtIndonesia. Pemerintah memutuskan mencabut empat izin usaha pertambangan (IUP) nikel yang beroperasi di wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya. Keputusan ini diambil setelah keempat perusahaan, yaitu PT Anugerah Surya Pratama (ASP), PT Mulia Raymond Perkasa (MRP), PT Kawei Sejahtera Mining (KSM), PT Nurham dinilai melakukan pelanggaran terhadap ketentuan lingkungan hidup.

“Mempertimbangakan semua yang ada secara komprehensif, Bapak Presiden memutuskan bahwa empat IUP yang di luar PT GAG Nikel (izin) dicabut. Saya langsung melakukan langkah-langkah teknis berkoordinasi dengan Menteri Lingkungan Hidup (LH) maupun Kementerian Kehutanan,” tegas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers di Istana Negara Jakarta, Selasa (10/6/2025) dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM. 

Pencabutan IUP empat perusahaan tersebut merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto berdasarkan keputusan Rapat Terbatas (Ratas) serta hasil koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Daerah setempat, baik Gubenur Papua Barat Daya maupun Bupati Raja Ampat.

Selain mempertimbangkan hasil Ratas, pencabutan empat IUP nikel merupakan bagian proses panjang Pemerintah dalam mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2025 tentang Penertiban Kawasan Hutan dengan menjalankan kepatuhan terhadap prinsip keberlanjutan dan perlindungan lingkungan.

Salah satu dasar pertimbangan Presiden adalah upaya menjaga kawasan geowisata Raja Ampat sebagai salah satu prioritas utama, dengan tujuan menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati laut agar terus terjaga, sekaligus mengembangkan potensi wisata kelas dunia secara berkelanjutan.

“Setelah kita turun mengecek ke lapangan, kawasan-kawasan ini menurut kami harus kita lindungi dengan tetap memperhatikan biota laut dan juga ke arah konservasi. Bapak Presiden juga punya perhatian khusus untuk ini dan secara sungguh-sungguh untuk bagaimana menjadikan Raja Ampat tetap menjadi wisata dunia,” lanjut Bahlil.

Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen masyarakat yang sudah berkontribusi memberikan masukan dan informasi atas keberadaan tambang di kawasan konservasi Raja Ampat.

“Kami mewakili pemerintah tentu mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang terus memberikan masukan, memberikan informasi kepada pemerintah, terutama para pegiat-pegiat media sosial yang menyampaikan masukan dan kepedulian kepada pemerintah,” ujarnya.

Sebagai informasi, seluruh penerbitan perizinan 4 perusahaan pertambangan yang dicabut izinnya terbit sebelum penetapan Geopark Raja Ampat (Geopark ditetapkan 2017 oleh Pemerintah Republik Indonesia dan 2023 oleh UNESCO).

Dari kelima perizinan, hanya PT Gag Nikel yang perizinannya tidak dicabut. Sesuai arahan Presiden, seluruh aktivitas pertambangan PT Gag Nikel akan diawasi dengan ketat, mulai dari Amdal, reklamasi dan dipastikan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

“Walaupun Gag tidak kita dicabut, tetapi kita atas perintah Bapak Presiden, kita mengawasi khusus dalam implementasi nya, jadi amdal nya harus ketat, reklamasi nya harus ketat, tidak boleh merusak terumbu karang, jadi betul-betul kita akan awasi habis terkait dengan urusan (penambangan) di Raja Ampat,” jelas Bahlil. (esdm/asr)

(Edisi Khusus) Surat Wasiat Sang Raja: Benarkah Xi Jinping Sudah Siap Pergi Selamanya?

EtIndonesia. Awal Juni 2025 menjadi saksi peristiwa luar biasa di Beijing, ketika dunia elit politik Tiongkok diguncang kabar dramatis dari balik “meja makan malam ibu kota.” Sebuah malam yang seharusnya tenang, berubah menjadi ajang demonstrasi kekuatan militer secara terbuka dan tanpa kompromi. Di pusatnya berdiri satu nama: Jenderal Zhang Youxia, Wakil Ketua Komisi Militer Tiongkok, sosok veteran partai yang kini secara de facto memegang tongkat kekuasaan di negeri Tirai Bambu.

Pada malam 6 Juni 2025, tepat pukul 19: 00, seluruh kawasan “lingkar enam” Beijing—jantung politik dan administratif negara—mendadak berubah. Selama dua belas jam penuh, ribuan tentara berpatroli tanpa jeda, memadati setiap sudut strategis mulai dari Jalan Chang’an, sekitar Diaoyutai, hingga perimeter ketat Zhongnanhai—kompleks pemerintahan tertinggi Partai Komunis Tiongkok.

Setiap pos penjagaan sudah siaga, senjata dalam posisi siap tembak. Setiap persimpangan, dijaga rapat oleh aparat bersenjata tanpa memberi peluang sedikit pun. Di tengah ketegangan ini, Jenderal Zhang Youxia sendiri turun langsung ke jalan: berseragam penuh, pistol di pinggang, dan dikawal ketat. Video dirinya berpatroli menyebar diam-diam ke lingkaran elit, hingga akhirnya sampai ke puncak kekuasaan.

Tanda Kekuasaan Bergeser: Zhang vs Xi

Tak lama setelah video itu beredar, salah satu petinggi negara berkomentar lirih—dan pesimis—“Dia (Zhang) tiga tahun lebih tua dari saya, tapi tubuhnya tiga puluh tahun lebih bugar. Saya habis sudah…” 

Komentar ini langsung mengarah ke Xi Jinping, yang selama bertahun-tahun membanggakan stamina fisiknya, kini justru harus berhadapan dengan kenyataan pahit: kekuatan militer lebih menentukan daripada sekadar citra fisik atau sejarah kepemimpinan.

Tidak hanya sekadar perbandingan kemampuan fisik, tetapi juga simbolisasi: “Siapa yang memegang senjata, dia yang menang.”

Zhang Youxia, di usia 75 tahun, masih tampil bugar, sementara Xi, tiga tahun lebih muda, dikabarkan mengalami penurunan drastis: stroke, tidak bisa berdiri atau duduk lama, bahkan tampil di publik harus didukung tata rias tebal dan skenario pengamanan super ketat.

Malam 6 Juni 2025, patroli militer itu bukan sekadar pengamanan rutin, melainkan sinyal keras ke seluruh negeri: “Kami akan mengantarmu pergi dengan terhormat—jangan pernah bermimpi kembali berkuasa.” 

Dan benar, sejak pemakaman Xu Qiliang (Wakil Ketua Komisi Militer yang wafat 2 Juni), kekuatan militer Xi Jinping resmi dinyatakan “berakhir”.

Misteri Pemakaman dan Hilangnya Tokoh Kunci

Upacara perpisahan Xu Qiliang pada 8 Juni berlangsung megah di Babaoshan, dihadiri semua tokoh kunci partai dan mendapat pemberitaan luar biasa. Namun, fokus utama justru pada ketidakhadiran He Weidong, anggota politbiro, Wakil Ketua Komisi Militer, dan perwira aktif paling berpengaruh setelah Xu. Tidak hanya absen, bahkan karangan bunga pun tidak dikirimkan, sesuatu yang sangat tidak lazim dalam tradisi partai.

Sejak April 2025, He Weidong benar-benar menghilang: tidak pernah muncul di media, tidak bicara, tidak kunjungan, seolah-olah dilenyapkan dari sistem. 

Sumber internal militer menyebutkan: “Jika bahkan mengirim bunga pun tak bisa, hanya dua kemungkinan: sudah ditahan, atau sudah tiada.”

Struktur Komisi Militer Xi Jinping kini kosong—yang satu wafat, yang satu hilang.

Sinyal Kudeta Sunyi dari Media Resmi

Biasanya, kudeta militer atau transisi kekuasaan di Tiongkok selalu ditutupi, namun kali ini sinyal disampaikan dengan cara halus namun mematikan: melalui editorial Xinhua. 

Pada 6 Juni, Xinhua menerbitkan artikel “Penelitian Palsu Tak Bisa Selesaikan Masalah Nyata” yang sepintas mengkritik birokrasi, namun sebenarnya berisi sindiran keras terhadap kepemimpinan Xi: “Pejabat keluar rumah selalu dikawal, pidato hanya baca naskah, kunjungan hanya formalitas, rela jadi murid SD, baru membumi.”

Ini jelas sindiran pada Xi Jinping, yang dikenal paranoid, selalu dikawal ketat, dan tidak pernah tampil spontan di depan publik. Editorial semacam ini—yang menertawakan istilah “murid SD” (olok-olok publik untuk Xi)—baru pertama kali diucapkan Xinhua secara terbuka. Bagi pengamat politik, ini adalah pengumuman de facto bahwa sistem propaganda siap “membersihkan” sisa-sisa narasi Xi dari panggung kekuasaan.

Tiga Tembakan Awal: Roadmap Pembersihan Xi

Dalam waktu kurang dari tiga hari, tiga “tembakan politik” dilancarkan:

  1. Penangkapan Gao Yichen: Eks Wakil Menteri Keamanan Nasional, pengendali kelompok penindasan dan oposisi, ditangkap dengan tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Bukan sekadar pembersihan, tapi “pemutusan darah politik” terhadap jaringan loyalis Xi.
  2. Kembalinya Agenda Li Keqiang: Xinhua Jiangsu menyorot kembali “reformasi sisi penawaran”—istilah yang pernah dihapus era Xi—sebagai headline besar. Ini menandai rehabilitasi jalur ekonomi pra-Xi.
  3. Pencabutan Larangan Ekspor Rare Earth ke AS: Setelah tekanan diplomatik Amerika (termasuk “kartu visa Harvard” yang membuat panik anak pejabat), Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengalah, menghapus kebijakan konfrontatif era Xi.

Ketiganya—penangkapan, reformasi ekonomi, dan perubahan kebijakan luar negeri—adalah peta jalan sistematis untuk menghapus Xi dari sejarah. Agenda ini tidak lagi sekadar isu rumor, melainkan operasi nyata yang dijalankan terstruktur dari elite ke bawah.

Bocoran Intelijen, Surat Wasiat, dan Realitas Kesehatan Xi Jinping

Informasi eksklusif dari dinas intelijen Rusia yang bocor ke Kremlin menyebut, Xi Jinping mengalami serangan jantung pada malam 25-26 Mei, lalu kambuh dua kali di awal Juni. Fakta ini akhirnya digunakan sebagai justifikasi oleh kelompok anti-Xi: “Jika kamu sendiri sudah tak sanggup berdiri, harus menunggu negara kacau dulu baru kami mengambil alih?”

Tanda-tanda fisik Xi memang memburuk. Sejak akhir Mei, Xi hampir tak pernah tampil di publik. Video pendek dan kunjungan Lukashenko adalah upaya terakhir menjaga “citra stabilitas”. Dokter kepresidenan menyarankan Xi menghindari aktivitas berat, bahkan menyebut “dua kali rapat saja bisa berakibat fatal.”

Sumber menyebut, Xi sudah menyiapkan surat wasiat kepada politbiro—intinya:

  • Mohon keluarganya diperlakukan baik oleh partai dan militer,
  • Mohon tidak menyakiti keluarga setelah masa pembersihan.

Xi jelas paham risiko, mengingat sejarah pasca-Mao, di mana keluarga pemimpin lama tidak luput dari “balas dendam politik.” Kini, Xi tinggal menanti nasib, sembari berharap transisi berlangsung damai.

Zhang Youxia: “Kaisar Militer” dan Krisis Legitimasi

Dengan absennya Xi dan pembersihan lawan politik, Tiongkok kini berada di bawah kendali Zhang Youxia. Di balik layar sudah beredar draft “Triumvirat”: Wang Yang sebagai Sekretaris Jenderal (karakter kompromis, disukai para sesepuh), Hu Chunhua sebagai Perdana Menteri (teknokrat transisi, mengurusi ekonomi), dan Zhang Youxia sebagai Ketua Komisi Militer sekaligus pengendali keamanan.

Namun, kenyataannya, hanya satu sosok yang benar-benar berkuasa—Zhang Youxia. Julukan “Deng Xiaoping Baru” sudah mulai beredar di kalangan elit, tapi perbedaannya jelas: Zhang hanya menguasai militer, bukan birokrasi dan bukan rakyat.

Persoalannya, meski Zhang mampu menjaga stabilitas Zhongnanhai dan pusat kekuasaan, dia tidak memiliki legitimasi penuh untuk menyatukan negeri. Tidak seperti Deng, yang didukung kekuatan birokrasi sipil dan jaringan partai nasional, pemerintahan Zhang dikhawatirkan hanya mampu menunda krisis, bukan menyelamatkan negara. Jika pusat dianggap lemah, daerah-daerah kuat seperti Shanghai, Guangdong, Jiangsu, dan Sichuan bisa mulai bergerak sendiri, membentuk pusat kekuatan baru.

Menuju Perpecahan atau Kebangkitan Baru?

Mundurnya Xi Jinping bukan penutup, melainkan pembuka babak baru yang penuh ketidakpastian. Dengan sentralisasi kekuatan militer di tangan Zhang Youxia, namun tanpa legitimasi sipil dan dukungan partai yang solid, Tiongkok terancam masuk era “negara pusat lemah.” Ini adalah awal keretakan, bukan stabilitas. Para gubernur daerah mulai bertanya, “Kenapa harus patuh pada pusat, jika pusat sudah tak punya arti?”

Penutup: Sejarah Ditulis di Musim Semi Beijing

Musim semi 2025 akan tercatat sebagai awal keruntuhan tatanan Partai Komunis Tiongkok. Sejarah tidak lagi hanya tulisan, melainkan tragedi besar yang kini terjadi di depan mata dunia. Entah Tiongkok akan terjerumus dalam perpecahan internal atau mampu bangkit melalui reformasi, satu hal pasti: era Xi Jinping telah berakhir, dan kekuasaan sekarang berpindah ke tangan militer yang dingin dan tanpa kompromi.