Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Takut Dieksekusi, Pemimpin Baru Hamas Beli Asuransi Jiwa Bernilai Tinggi! Militer Israel Kembali Gempur Markas Hizbullah

EtIndonesia. Israel kembali melancarkan operasi militer di Jalur Gaza untuk menekan kelompok Hamas dan memaksa mereka kembali ke meja perundingan terkait pembebasan sandera. Di saat yang sama, militer Israel juga bersiap untuk menggencarkan serangan ke markas Hizbullah di Lebanon, bahkan telah mengeluarkan peringatan evakuasi bagi warga sipil di sekitar markas tersebut guna mencegah korban non-militer.

Di sisi kemanusiaan, Israel juga terus memperluas titik distribusi bantuan di wilayah Gaza untuk menjamin kebutuhan dasar warga tetap terpenuhi.

Akun X bernama “Perang Israel” mengungkapkan bahwa sejak pemimpin tertinggi Hamas sebelumnya, Yahya Sinwar, dan adiknya tewas akibat serangan Israel, posisi kepemimpinan Hamas sempat kosong. Kini, meski telah terpilih seorang pemimpin baru, Hamas sangat khawatir akan terulangnya “pembunuhan tertarget” oleh militer Israel. Sebagai tindakan antisipasi, pimpinan baru Hamas dilaporkan telah membeli asuransi jiwa dengan nilai sangat tinggi demi mengurangi risiko kerugian besar jika dia menjadi target berikutnya.

Di sisi lain, Israel kembali menyerang markas Hizbullah di Lebanon. Akun “Perang Israel” melaporkan bahwa Israel mendapatkan informasi dari Suriah terkait penyitaan satu kelompok besar senjata ilegal yang diduga akan diselundupkan ke Hizbullah melalui wilayah Suriah.

Sebagai tindak lanjut, militer Israel segera meluncurkan serangan udara ke wilayah pinggiran ibu kota Lebanon, Beirut, yang diketahui sebagai basis utama Hizbullah. Sebelum serangan, militer Israel juga mengimbau warga sipil di sekitar lokasi tersebut untuk segera mengungsi, demi menghindari jatuhnya korban sipil akibat operasi militer.

Meski begitu, serangan militer Israel terhadap sisa-sisa kekuatan Hamas terus berlanjut. Bahkan, menurut laporan dari “Perang Israel”, pihak militer Israel telah mulai memasok senjata kepada kelompok bersenjata Palestina yang anti-Hamas, meminta mereka bekerja sama dalam menggempur sisa-sisa kekuatan kelompok tersebut.

Dalam laporan lain, dinas intelijen dalam negeri Israel (Shin Bet) menyatakan telah menemukan jenazah dua sandera berkewarganegaraan Amerika Serikat yang sebelumnya diculik oleh Hamas dan membawa pulang jasad mereka ke Israel. Saat ini, Hamas masih diyakini menahan 56 warga Israel, namun Shin Bet memperkirakan jumlah sandera yang masih hidup kemungkinan tinggal di bawah 10 orang.

Untuk mengatasi krisis kemanusiaan akibat konflik, militer Israel baru-baru ini membuka dua pos distribusi makanan tambahan di Rafah. Warga Palestina yang mendengar informasi tersebut segera memadati lokasi demi mendapatkan bantuan pangan. Namun menurut pengamatan “Perang Israel”, kekurangan bantuan kemanusiaan di Gaza bukan hanya disebabkan oleh serangan militer Israel, melainkan juga karena kelompok Hamas terus-menerus menjarah truk bantuan dari organisasi kemanusiaan yang masuk ke wilayah Gaza. (jhn/yn)

Setelah Guru Biologi Itu Mengakhiri Hidupnya, Murid Ini Bertemu dengannya Kembali


EtIndonesia. Kisah ini dibagikan oleh seorang pengguna internet yang kini telah dewasa dan memilih untuk tetap anonim. Dia menuturkan sebuah pengalaman pribadi yang sampai hari ini masih terasa berat di hatinya. Tokoh utama dalam kisah ini adalah guru biologinya saat dia duduk di kelas 9—yang dia sebut sebagai Pak R.

Pak R adalah seorang guru yang sangat berdedikasi. Dia mampu mengubah pelajaran biologi yang rumit menjadi sesuatu yang hidup dan menarik. Setelah kelas usai, sang murid ini sering memilih tinggal lebih lama untuk mengobrol dengan Pak R, membahas berbagai topik sains dan pengetahuan unik lainnya.

Namun, meski tekun dalam mengajar, reputasi Pak R di kalangan siswa tidak terlalu baik. Dia dikenal suka bercerita tentang masa lalunya yang penuh prestasi dan pengalaman hebat. Tapi seiring waktu, semakin banyak siswa menyadari bahwa banyak dari cerita itu tidak konsisten—ada bagian-bagian yang tampak dilebih-lebihkan, bahkan mengada-ada. Lambat laun, Pak R menjadi sosok yang dihindari. Dia menjadi orang yang “terpinggirkan” di lingkungan sekolah; tak banyak siswa yang mau mendekat, bahkan beberapa sengaja menjauh.

Lalu, hari itu pun tiba

Pagi itu tampak biasa saja. Sang murid terlambat sekitar sepuluh menit dan buru-buru naik lift menuju kelas di lantai lima. Di dalam lift sudah ada beberapa siswa yang lebih muda. Tak lama, Pak R masuk dan berdiri tepat di sampingnya.

Saat pintu lift tertutup dan mulai naik, sesuatu yang aneh terjadi: semua anak di dalam lift membalikkan badan, membelakangi Pak R, seakan mereka sengaja menghindari keberadaannya.

Tiba-tiba, Pak R bertanya padanya: “Hari ini bagaimana? Pelajaran apa yang kamu punya?” 

Meski agak terkejut, murid itu menjawab dengan biasa saja—“Hari ini baik, hanya saja saya sedikit terlambat.”

Pak R tersenyum, lalu memberi semangat: “Teruslah belajar dengan rajin, dan jalani hidupmu ke depan dengan semangat.”

Semuanya tampak seperti percakapan biasa. Hingga lift berhenti di lantai lima, dan murid itu melangkah ke kelas.

Saat dia masuk, suasana kelas sangat berbeda. Ramai, penuh bisik-bisik panik. 

Seseorang berbisik: “Kamu dengar belum? Pak R bunuh diri. Katanya dia terjun dari lantai enam kemarin…”

Deg.

Dunia seakan berhenti. Murid itu baru saja berbicara dengan Pak R—di dalam lift. Baru saja.

Beberapa saat kemudian, wali kelas masuk dan secara resmi mengonfirmasi kabar tersebut. Hatinya hancur. Dia tidak bisa memproses apa yang baru saja dia alami. Ketika dia menceritakan pengalaman lift itu ke teman-temannya, tak ada yang percaya. Sebagian malah tertawa, menuduhnya mengada-ada.

Namun, bertahun-tahun telah berlalu, dan dia masih mengingat dengan jelas ekspresi Pak R saat itu—senyum hangatnya, kata-kata semangatnya, dan tatapan yang penuh ketenangan. Apakah dia salah mengingat waktu? Ataukah, itu benar-benar adalah jiwa sang guru yang kembali untuk berpamitan—kepada satu-satunya murid yang benar-benar pernah mendengarkannya?

Salah seorang warganet membalas kisah ini, mengatakan:

“Dalam pengalaman saya memahami fenomena supranatural, terutama dalam kasus bunuh diri, sangat mungkin jiwa seseorang tertinggal di tempat terakhir dia menghembuskan napas. Bisa jadi dia tidak pernah benar-benar meninggalkan lantai itu. Dan mungkin, kamu adalah salah satu dari sedikit siswa yang memberinya harapan bahwa mendidik masih layak diperjuangkan. Itulah sebabnya dia memilih menampakkan diri padamu—sebelum fajar menyingsing.”

Tokoh utama dalam kisah ini mengaku bahwa dia sendiri tak yakin apakah yang dia temui adalah arwah. Tapi satu hal yang pasti, Pak R adalah seorang guru yang terluka oleh pengabaian, dipinggirkan dalam kesendirian, dan akhirnya memilih mengakhiri hidup. Namun sebelum pergi, dia memberikan pelajaran terakhir kepada satu murid—bukan tentang biologi, tapi tentang rasa hormat, kebaikan, dan bahwa hidup itu berharga dan harus dihargai.

Dan mungkin, itulah pelajaran paling penting yang ingin Pak R tinggalkan untuk dunia.(jhn/yn)

Nilai Pasar Tesla Lenyap 1.500 Miliar Dolar, Konflik Trump dan Elon Musk Guncang Pasar Global

EtIndonesia. Konflik mendadak antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan orang terkaya di dunia, Elon Musk, yang terjadi pada tanggal 5 Juni, langsung memicu kekhawatiran bahwa aliansi politik antara keduanya telah retak. Ketegangan ini pun menimbulkan efek domino yang mengguncang pasar keuangan global.

Menurut laporan Associated Press (AP), setelah pernyataan publik dari kedua tokoh tersebut, saham perusahaan mobil listrik milik Musk, Tesla, anjlok lebih dari 14% pada 6 Juni. Penurunan itu menyebabkan nilai pasar Tesla menyusut sebesar 150 miliar dolar AS hanya dalam satu hari—angka yang setara dengan nilai akuisisi perusahaan sebesar Starbucks ditambah ratusan perusahaan besar AS lainnya. Sebuah kejatuhan yang sangat mengejutkan.

Trump: Hentikan Bantuan Pemerintah untuk Elon

Dalam unggahan di media sosial pribadinya, Truth Social, Trump menulis: “Jika ingin memangkas puluhan miliar dolar anggaran negara, cara termudah adalah dengan menghentikan subsidi dan kontrak pemerintah untuk Elon. Saya selalu heran mengapa Biden belum melakukan itu.”

Meski tidak menyebut nama langsung, jelas pernyataan Trump mengacu pada dua perusahaan utama milik Musk: Tesla dan perusahaan antariksa SpaceX.

Elon Musk tak tinggal diam. Dia membalas dengan pernyataan keras: “Tanpa dukungan saya, Trump tak akan pernah kembali ke Gedung Putih.”

Pernyataan ini menjadikan konflik antara bisnis dan politik semakin terbuka, dan eskalasinya langsung menimbulkan efek kejut bernilai ratusan miliar dolar di pasar.

Investor Cemas: Regulasi Trump Bisa Hambat Masa Depan Tesla

Saat ini, Tesla tengah menghadapi perlambatan penjualan kendaraan listrik global. Harapan utama perusahaan bertumpu pada proyek taksi otonom tanpa sopir (Robotaxi) sebagai pendorong pertumbuhan berikutnya. Musk sebelumnya mengumumkan bahwa Tesla akan memulai uji coba Robotaxi pada bulan Juni di Austin, Texas—pengumuman yang sempat mendorong saham Tesla naik selama delapan pekan berturut-turut.

Namun, anjloknya harga saham pada 6 Juni menunjukkan bahwa kepercayaan pasar terhadap proyek Robotaxi mulai goyah. Para investor khawatir bahwa pemerintahan Trump mungkin akan menerapkan regulasi ketat terhadap teknologi mobil otonom, yang berpotensi menghambat atau bahkan menghentikan peluncurannya.

Analis dari Wedbush Securities, Dan Ives, mengatakan: “Target jangka panjang Robotaxi adalah untuk diterapkan di 20 hingga 25 kota pada tahun depan. Namun jika regulasi dipersulit, jadwal tersebut bisa tertunda.”

Ives, yang selama ini dikenal sebagai pendukung optimis Tesla, mengakui bahwa kini pasar sedang dilanda keraguan: “Para investor khawatir bahwa Trump tidak lagi menjadi presiden yang bersahabat dengan teknologi.”

SpaceX dan Starlink Juga Terancam?

Bukan hanya Tesla yang menjadi sasaran. Trump tampaknya juga mengarahkan potensi sanksinya pada SpaceX. Perusahaan antariksa milik Musk itu saat ini adalah mitra utama NASA, menangani transportasi astronot dan logistik ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, serta bertanggung jawab dalam pengembangan roket pendarat bulan—proyek dengan nilai kontrak mencapai puluhan miliar dolar AS.

Selain itu, jaringan satelit milik SpaceX, Starlink, juga pernah menjalin kerja sama dengan pemerintahan Trump. Bahkan pada kunjungan Trump ke Timur Tengah bulan lalu, Musk mengumumkan bahwa Pemerintah Arab Saudi telah menyetujui penggunaan Starlink untuk komunikasi udara dan maritim, menunjukkan bahwa hubungan keduanya sebelumnya cukup erat.

Dari Euforia ke Kekacauan

Dukungan politik terhadap Musk sempat membawa Tesla pada puncak kejayaan. Setelah kemenangan Trump dalam pemilu November 2023, saham Tesla melonjak drastis. Investor ramai-ramai membeli saham perusahaan, dan dalam waktu beberapa minggu, nilai pasar Tesla meningkat lebih dari 450 miliar dolar AS. Pada 17 Desember 2023, saham Tesla bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Namun, euforia itu tak bertahan lama. Musk mendirikan sebuah badan baru bernama Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency – DOGE), yang mempromosikan pemangkasan belanja federal secara besar-besaran. Langkah ini memicu kontroversi, mempengaruhi citra Tesla, dan memperuncing ketegangan antara Musk dan Gedung Putih. Kini, konflik tersebut mencapai titik kritis.

Kekayaan Musk Ambruk 20 Miliar Dolar dalam Sehari

Akibat merosotnya saham Tesla, kekayaan pribadi Elon Musk sebagai pemegang saham mayoritas juga turun sekitar 20 miliar dolar AS hanya dalam satu hari. Ini adalah salah satu kerugian pribadi terbesar yang tercatat dalam sejarah pasar modal. (jhn/yn)

Warga Tiongkok Bawa Patogen Berbahaya – FBI Peringatkan: PKT Mengincar Rantai Pangan AS

Pada 3 Juni, Departemen Kehakiman AS secara resmi mendakwa dua warga negara Tiongkok karena menyelundupkan patogen biologis berbahaya ke Amerika Serikat. Direktur FBI, Kash Patel, memperingatkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) terus mengirim agen untuk menyusup ke lembaga penelitian AS, dengan tujuan mengincar rantai pasokan pangan dan mengancam ekonomi serta nyawa warga AS

EtIndonesia. Direktur FBI, Kash Patel, mengatakan kepada Fox News pada Rabu (4/6) bahwa dua warga negara Tiongkok didakwa menyelundupkan “patogen biologis berbahaya” ke dalam AS. Kasus ini menunjukkan bahwa rantai pasokan pangan Amerika Serikat menghadapi ancaman serius terhadap keamanan nasional.

Dalam pernyataannya, Patel menyebut: “Kasus ini menjadi peringatan bahwa PKT terus mengirim agen dan peneliti untuk menyusup ke lembaga-lembaga kita, menargetkan rantai pasokan pangan kita – hal ini berpotensi menghantam perekonomian dan mengancam nyawa rakyat Amerika. Menyelundupkan patogen yang diketahui sebagai senjata potensial untuk terorisme pertanian tidak hanya ilegal, tetapi juga ancaman langsung terhadap keamanan nasional.”

Jaksa federal untuk Distrik Timur Michigan pada  Selasa  (3/6) mengumumkan bahwa seorang peneliti di Universitas Michigan, Jian Yunqing (33 tahun), warga negara Tiongkok, dan pacarnya Liu Zunyong (34 tahun), telah didakwa secara pidana. Tuduhan terhadap mereka termasuk konspirasi, penyelundupan barang, pernyataan palsu, dan penipuan visa.

Pasangan ini dituduh menyelundupkan patogen bernama Fusarium graminearum, yang diklasifikasikan sebagai “senjata potensial untuk serangan terorisme pertanian”. Patogen ini tidak hanya dapat merusak pertumbuhan tanaman, menyebabkan kerugian ekonomi global miliaran dolar setiap tahun, tetapi juga menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan ternak dan manusia.

Menurut rincian kasus yang diungkap FBI, Jian Yunqing menggunakan visa pelajar F1 palsu untuk masuk ke AS, dan pada Agustus 2022, di bawah arahan Liu Zunyong, dia menyelundupkan patogen Fusarium graminearum yang disembunyikan di dalam sepatunya.

Jian Yunqing diketahui sebagai anggota Partai Komunis Tiongkok dan memiliki gelar doktor di bidang patologi tanaman dari Universitas Zhejiang.

Christian Whiton, mantan penasihat senior kebijakan luar negeri Presiden Trump, mengatakan kepada Fox News bahwa kasus ini memberikan sudut pandang baru terhadap aktivitas spionase PKT yang merusak ekonomi AS. Ia menegaskan bahwa PKT tidak pernah berhenti melakukan tindakan agresif. (hui)

Laporan oleh Fu Yu untuk NTD Television.

India Tak Diundang ke KTT G7, Modi Dipermalukan: Dua Insiden Ini Dinilai Sebagai “Penghinaan Sistemik” 

EtIndonesia. Kanada sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan digelar bulan ini, telah mengundang sejumlah negara non-anggota seperti Ukraina, Australia, Brasil, dan Afrika Selatan. Namun, India—yang sejak tahun 2019 hampir selalu hadir dan bahkan membanggakan diri sebagai negara dengan “pengaruh global yang kian menguat”—secara mengejutkan kali ini tidak termasuk dalam daftar undangan.

Sejak tahun 2019, India secara de facto telah menjadi “tamu tetap” dalam pertemuan G7, meskipun bukan anggota resmi. Pemerintahan Modi bahkan menjadikan partisipasi itu sebagai simbol pengakuan atas “kebangkitan India” di panggung dunia. Maka dari itu, tidak diundangnya India pada pertemuan G7 tahun 2025 kali ini, bagaikan tamparan keras di muka. Banyak pihak menilai, keputusan Kanada tidak semata-mata bersifat prosedural, melainkan memiliki makna politik yang lebih dalam.

Pada tahun 2023, seorang tokoh agama Sikh berkewarganegaraan Kanada, Hardeep Singh Nijjar, tewas ditembak dalam sebuah aksi pembunuhan di Vancouver. Sejak itu, hubungan bilateral antara Kanada dan India memburuk drastis. Pemerintah Kanada secara terbuka menuduh agen intelijen India terlibat dalam serangkaian aksi kriminal, termasuk pembunuhan dan pembakaran, serta menekan diaspora India di Kanada agar menjadi mata-mata. Situasi ini memunculkan krisis diplomatik serius, hingga menyebabkan kedua negara saling mengusir diplomat.

Dalam konteks tersebut, keputusan Kanada untuk tidak mengundang India ke KTT G7 dapat dimaknai sebagai bentuk “penghinaan sistemik” — yakni secara terbuka mencoret India dari “lingkaran dalam” negara-negara inti di panggung global.

Lebih jauh lagi, di internal politik India—khususnya di kalangan elite New Delhi—muncul suara-suara nyaris paranoid yang menyebut bahwa semua ini bermula dari sebuah pesawat tempur: J-10CE buatan Tiongkok.

Awal Mei lalu, konflik udara kembali pecah antara India dan Pakistan. Angkatan Udara Pakistan untuk pertama kalinya mengerahkan jet tempur J-10CE buatan Tiongkok dalam operasi tempur nyata. Dalam waktu singkat, jet ini berhasil menghancurkan sejumlah pesawat utama milik India, termasuk jet tempur canggih buatan Prancis seperti Rafale. Hasil ini bukan hanya memukul semangat tempur AU India dari segi taktis, tapi juga menghancurkan citra strategis India sebagai “penguasa langit Asia Selatan”.

Setelah kekalahan dalam pertempuran udara tersebut, Kementerian Luar Negeri India berupaya meredakan citra buruk dengan mengirim tim diplomatik ke berbagai negara, berusaha memperbaiki persepsi global. Namun sayangnya, tanggapan dari dunia internasional sangat dingin. Bahkan beredar kabar bahwa beberapa negara menolak memberikan sambutan dengan protokol tinggi. Pertempuran udara itu tak hanya menjatuhkan pesawat-pesawat India, tapi juga merobek tabir terakhir dari strategi “belanja senjata global” yang selama ini dijalankan India.

Penolakan undangan G7 terhadap Modi kemudian memicu kegaduhan di media domestik India. Beberapa suara bahkan secara terang-terangan menyatakan: “Kalau saja Rafale kita tidak dijatuhkan oleh J-10CE, mana mungkin Barat memandang rendah India seperti ini?”

Walau terdengar agak berlebihan, sentimen tersebut mencerminkan kecemasan yang mendalam: India mulai kehilangan tempatnya di hati dunia Barat.

Namun sejatinya, konflik India-Pakistan hanyalah pemicu kecil. Yang benar-benar membuat negara-negara G7 ragu adalah sikap strategis India yang plin-plan, retorika besar tanpa tindakan nyata. Selama ini, India cenderung memainkan peran ambigu antara blok Barat dan negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok, menjadikan para sekutu Barat merasa tidak bisa mengandalkan India sebagai mitra strategis sejati.(jhn/yn)

Trump dan Xi Berbicara Lewat Telepon, Xi Undang Trump ke Tiongkok – Laporan Media Resmi Partai Mengandung Makna Terselubung

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (5 Juni) pagi,  mengumumkan melalui media sosial bahwa ia telah melakukan pembicaraan telepon dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ini adalah percakapan pertama mereka sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Trump mengungkapkan sebagian topik pembicaraan dan perkembangan selanjutnya, serta menyatakan bahwa pemimpin PKT telah mengundang dia dan istrinya untuk berkunjung ke Tiongkok, undangan yang disambut Trump dengan senang hati. Namun, laporan dari media resmi PKT menampilkan versi berbeda, dan makna di baliknya mengundang perhatian.

EtIndonesia. Pada Kamis  (5 Juni) pagi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menulis di media sosial bahwa ia baru saja melakukan percakapan telepon dengan pemimpin PKT. Isi pembicaraan mereka hampir sepenuhnya berfokus pada isu perdagangan, tanpa membahas masalah Rusia, Ukraina, atau Iran.

“Soal isi pembicaraan, itu sepenuhnya akan dikembangkan lewat negosiasi di tingkat kerja, termasuk isu tarif, penyelesaian perang di Ukraina, atau situasi di Timur Tengah. Banyak hal bisa dibicarakan lewat tim teknis lebih dulu,” ujar Wu Jialong, analis senior politik dan ekonomi asal Taiwan. 

“Masalahnya adalah, apakah Xi Jinping masih memegang kendali? Karena itu baik AS maupun Rusia sama-sama sedang menguji dan mencoba memahami situasi terkini – apa yang sebenarnya terjadi di Beijing. Inilah makna sebenarnya di balik pembicaraan telepon ini,” lanjutnya. 

Sementara itu, media resmi PKT menampilkan laporan dengan versi yang berbeda.

Pada pukul 20:50 malam waktu Beijing, situs web Xinhua merilis laporan singkat hanya dalam beberapa kata, tanpa menyebut isi percakapan atau gelar pemimpin partai, terlihat sangat canggung dan kurang hormat. Beberapa menit kemudian, Xinhua mengeluarkan versi lanjutan yang hanya menambahkan waktu pembicaraan dan jabatan Xi, serta menekankan bahwa itu adalah percakapan “atas permintaan” pihak AS.

Wu Jialong menambahkan: “Ada banyak rumor bahwa Xi Jinping mungkin telah kehilangan kekuasaan, dan bahwa ada masalah di Beijing. Baik Trump maupun Putin ingin memahami apa yang terjadi di kalangan elit PKT. Jadi, Trump terus menyatakan ingin berbicara dengan Xi, yang pada dasarnya memaksa PKT untuk membuka kartu, untuk menunjukkan apakah Xi masih merupakan sosok yang bisa diajak berurusan. Itu sebabnya Presiden Belarus Lukashenko datang ke Beijing – sebenarnya untuk menyelidiki situasi.”

Shen Mingshi, peneliti di Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan: “Setelah Trump menekankan dalam pernyataannya bahwa Xi Jinping sangat keras kepala dan sulit diajak komunikasi, lalu muncul laporan dari Xinhua seperti itu – ini menimbulkan kesan adanya perebutan kekuasaan internal di PKT.” 

Ia menambahkan : “Jika benar Xi sebelumnya berada di Henan dan tidak muncul di depan umum, tetapi tetap harus bertemu langsung dengan Presiden Belarus, meski dengan status yang diturunkan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa di bawah tekanan dari para sesepuh partai, Xi dipaksa untuk berbicara dengan Trump. Karena itu hanya panggilan telepon dan sifatnya untuk menyampaikan niat baik, maka tidak menyentuh isi yang substansial.”

Trump juga menyatakan bahwa pemimpin PKT telah mengundang dirinya dan istri untuk berkunjung ke Tiongkok, dan ia menyambut undangan tersebut dengan senang hati. Ia juga menyebut bahwa tim perdagangan AS-Tiongkok akan segera mengadakan pertemuan di lokasi yang belum ditentukan, dan informasi mengenai jadwal serta lokasi akan diumumkan kepada media dalam waktu dekat.

Namun, banyak pihak meyakini bahwa saat ini, di tengah krisis internal dan eksternal yang melanda PKT, terutama ketidakstabilan politik di Zhongnanhai, kemungkinan besar perundingan perdagangan dengan AS hanyalah taktik untuk mengulur waktu.

Wu Jialong kembali menegaskan: “Saat ini belum terlihat adanya pembahasan isu-isu substansial. Yang terdengar hanyalah keluhan dari pihak AS, dan mungkin beberapa pernyataan agresif dari pihak Tiongkok, tetapi itu semua belum mencapai tahap pembicaraan resmi. Apakah kedua belah pihak bisa saling membangun kepercayaan dan mencapai titik temu yang membuka peluang baru – terus terang, untuk saat ini belum ada tanda-tandanya.” (Hui)

Laporan oleh Han Fei dan kontributor Luo Ya untuk NTD Television.

10 Pola Pikir Orang Miskin yang Menghambat Kesuksesan — Cek, Apakah Kamu Punya Salah Satunya?


EtIndonesia. Ketika kita berbicara soal pola pikir kelimpahan (abundance mindset) dan pola pikir kemiskinan (poverty mindset), sebenarnya kita sedang membahas cara berpikir, perilaku, dan kebiasaan yang secara tidak sadar memengaruhi arah hidup kita. Cara hidup yang tertanam dalam diri kita ini bisa menjadi jembatan menuju kesuksesan—atau justru menjadi batu sandungan yang tak kita sadari.

Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 99% orang memiliki pola pikir kelangkaan (scarcity mindset)—mereka percaya bahwa sumber daya terbatas dan persaingan sangat ketat. Pola pikir ini sering kali menjadi “prediksi yang terpenuhi dengan sendirinya,” membuat kita hanya fokus pada kekurangan, hingga akhirnya benar-benar merasa terjebak. Sebaliknya, hanya 1% orang yang hidup dengan pola abundance mindset, yaitu mereka yang percaya bahwa hidup penuh dengan peluang dan kemungkinan tak terbatas.

Yang perlu diwaspadai adalah: kebiasaan sehari-hari kita tanpa kita sadari bisa menumbuhkan pola pikir miskin. Berikut ini adalah 10 kebiasaan umum yang tampaknya sepele, tapi sebenarnya sangat berbahaya bagi kesuksesan kita:

1. Banyak Mengeluh, Tapi Tak Bertindak

Orang dengan pola pikir miskin cenderung terus-menerus mengeluhkan keadaan, tetapi tidak berusaha untuk mengubahnya. Mereka memandang masalah bukan sebagai tantangan yang harus diatasi, melainkan sebagai penghalang. Mengeluh memang mudah, tapi tidak menyelesaikan apa pun.

Abundance mindset: Hadapi masalah, ambil tindakan. Orang sukses bersikap proaktif, bertanggung jawab atas hidupnya, dan selalu mencari solusi.

2. Menunggu Momen yang “Sempurna”

Menunda-nunda karena ingin semua kondisi sempurna adalah salah satu ciri umum pola pikir miskin. Namun dalam kenyataan, momen sempurna hampir tidak pernah datang. Semakin lama menunggu, semakin banyak peluang yang terlewatkan.

Abundance mindset: Orang sukses paham bahwa pertumbuhan sering kali datang dari ketidakpastian. Mereka bertindak dulu, belajar sambil jalan, dan percaya bahwa perbaikan akan datang seiring waktu.

3. Menyalahkan Keadaan atau Orang Lain

Pola pikir miskin gemar menyalahkan hal-hal eksternal: ekonomi, orangtua, lingkungan, atau nasib buruk. Tapi dengan begitu, kita menyerahkan kendali hidup kepada orang lain.

Abundance mindset: Ambil tanggung jawab penuh. Orang sukses tidak mencari kambing hitam, tapi fokus memperbaiki diri dan situasi.

4. Terlalu Nyaman di Zona Aman

Berada di zona nyaman memang enak, tapi bisa sangat merugikan dalam jangka panjang. Tanpa tantangan, kita berhenti bertumbuh.

Abundance mindset: Orang sukses berani keluar dari zona nyaman. Mereka tahu bahwa tantangan adalah gerbang menuju pertumbuhan, dan kegagalan adalah bagian dari proses.

5. Fokus pada Masalah, Bukan Solusi

Orang dengan pola pikir miskin hanya melihat hambatan dan sisi negatif. Mereka mengeluh tentang kesulitan, tapi tidak mencari jalan keluar.

Abundance mindset: Mereka fokus pada “bagaimana cara mengatasi ini.” Mereka menyusun rencana, mencari bantuan, dan tetap bergerak maju.

6. Gaya Hidup “Nikmati Sekarang, Tanggung Nanti”

Kebiasaan mengutamakan kesenangan jangka pendek seperti belanja impulsif dan menunda pekerjaan justru merugikan masa depan.

Abundance mindset: Mereka mengutamakan hasil jangka panjang. Mereka tahu menahan diri dan berdisiplin sekarang akan membawa hasil yang jauh lebih besar di masa depan.

7. Suka Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menumbuhkan iri hati dan rasa tidak cukup. Lama-kelamaan, ini menggerogoti kepercayaan diri.

Abundance mindset: Fokus pada perjalanan diri sendiri. Mereka menghargai kemajuan kecil, dan mampu memberi selamat atas keberhasilan orang lain tanpa merasa terancam.

8. Minimnya pola pikir

Orang yang berpola pikir miskin percaya bahwa dunia ini kekurangan: kekurangan uang, peluang, keberuntungan. Mereka takut berbagi karena takut kehilangan.

Abundance mindset: Mereka percaya bahwa rezeki dan kesempatan ada untuk semua orang. Mereka terbuka, senang berkolaborasi, dan tidak pelit berbagi ilmu maupun bantuan.

9. Enggan Mengembangkan Diri

Orang dengan pola pikir miskin mengira mereka sudah cukup tahu, atau merasa malas belajar hal baru. Hasilnya, mereka berhenti bertumbuh.

Abundance mindset: Selalu belajar. Mereka membaca, ikut pelatihan, dan mencari mentor. Mereka tahu bahwa investasi terbaik adalah investasi pada diri sendiri.

10. Takut Gagal

Ketakutan akan kegagalan membuat banyak orang tidak pernah mencoba hal baru. Mereka terlalu takut salah, hingga akhirnya tidak melangkah sama sekali.

Abundance mindset: Mereka memandang kegagalan sebagai bagian penting dari proses belajar. Mereka tahu bahwa setiap jatuh akan membuat mereka semakin kuat.

Kesimpulan:

Setiap keputusan kecil dan kebiasaan yang kita jalani sehari-hari, perlahan membentuk pola pikir kita. Tapi kamu punya kuasa untuk mengubahnya. Begitu kamu menyadari bahwa pola-pola pikir ini menghambat kesuksesanmu, kamu bisa mulai melakukan perubahan.

Kamu tak perlu langsung jadi sempurna. Mulailah dari satu kebiasaan kecil: berhenti mengeluh, berani melangkah, atau mulai membaca satu buku pengembangan diri. Perlahan, perubahan kecil itu akan menuntunmu pada perubahan besar—menuju hidup yang lebih berlimpah, bertumbuh, dan tangguh. (jhn/yn)

Jam Tangan Emas yang Hilang dalam Kecelakaan Kapal di Danau Michigan 165 Tahun Lalu Kembali ke Rumah

EtIndonesia. Ketika Kapal Uap Lady Elgin tenggelam di Danau Michigan pada tahun 1860, jurnalis dan politikus Inggris Herbert Ingram tenggelam di laut dalam, tetapi 165 tahun kemudian jam sakunya telah kembali ke rumah.

Kapal uap itu tenggelam dengan cepat pada tanggal 8 September 1860, ketika bertabrakan dengan sekunar selama badai di lepas pantai Winnetka, Illinois, menewaskan lebih dari 300 orang, dengan banyak yang tidak dapat mencapai sekoci penyelamat sebelum kapal itu tenggelam.

Ingram dan putranya sama-sama meninggal dalam kecelakaan itu dengan jam tangan emasnya ikut tenggelam bersama mereka.

Setelah tenggelam, jasad Ingram ditemukan, dan dia dikembalikan ke Inggris, dan dimakamkan di kampung halamannya di Boston di Lincolnshire.

Jam saku itu ditemukan oleh penyelam pada tahun 1992, tetapi tetap berada di AS hingga bulan Mei ini, ketika diberikan kepada seorang sejarawan untuk diperiksa.

“Kembali pada tahun 1992, ketika tim saya mendokumentasikan sisa-sisa Lady Elgin yang tersebar di lebih dari satu mil dasar danau, penyelam lain sedang mengunjungi lokasi tersebut,” Valerie Van Heest, salah satu pendiri Michigan Shipwreck Research Association yang menulis “Lost on the Lady Elgin,” mengatakan kepada FOX 17. “Lokasinya telah bocor, dan tiga penyelam yang baru saya ketahui, menemukan sebuah jam saku. Sebuah jam saku emas, sebuah penemuan yang luar biasa.”

Dia menambahkan bahwa Ingram adalah “anggota Parlemen. Dia juga pendiri London Illustrated News, yang merupakan pertama kalinya sebuah surat kabar mencetak gambar di koran. Jadi dia benar-benar pendiri jurnalisme bergambar.”

Van Heest mengatakan kepada BBC News bahwa dia segera menyadari bahwa jam tangan itu “tidak seharusnya berada di Amerika. Jam tangan itu seharusnya berada di Boston, Inggris, tempat asal Herbert Ingram, tempat patungnya masih berdiri.”

Para ahli mengatakan jam tangan itu tetap dalam kondisi yang relatif baik saat berada di dasar danau karena lingkungan danau yang dingin dan rendah oksigen, menurut majalah People.

Ingram dirayakan sebagai “putra kesayangan” Kota Lincolnshire tempat dia dilahirkan dan dimakamkan serta tempat patungnya berdiri.

Van Fleet membeli jam tangan itu, lalu menyumbangkannya ke Museum Boston Guildhall, yang kebetulan sedang menyelenggarakan pameran tentang Ingram saat itu.

“Mereka tidak memiliki artefak fisik apa pun, dan di sini saya tidak hanya menawarkan artefak, tetapi juga jam tangan pribadi Herbert Ingram,” kata Van Heest. “Itu adalah kejadian yang luar biasa dan tak terduga.”

Anggota Dewan Sarah Sharpe, dari Dewan Kota Boston mengatakan kepada BBC: “Fakta bahwa bagian kecil dirinya ini kembali ke kampung halamannya untuk dipamerkan benar-benar istimewa dan penting.”

Museum merayakan kembalinya jam tangan itu pada tanggal 24 Mei, menyebutnya sebagai “hari yang tak terlupakan.”

“Hari ini, Boston berkumpul untuk mengenang kehidupan dan warisan Herbert Ingram — jurnalis, reformis, dan salah satu tokoh paling berpengaruh di kota kami — saat jam tangan emasnya yang telah lama hilang, yang ditemukan dari bangkai kapal Lady Elgin, secara resmi dikembalikan ke rumah,” tulis museum di Facebook. “Dari penghormatan pribadi di makamnya, hingga serah terima seremonial di Ingram Memorial, hingga kisah-kisah hebat yang dibagikan di Boston Guildhall — setiap momen dipenuhi dengan refleksi, kebanggaan, dan kekaguman.”

Museum menambahkan: “Terima kasih kepada semua orang yang bergabung dengan kami hari ini — secara langsung dan dalam semangat. Sejarah Boston masih hidup dan terus berjalan.”(yn)

Sumber: nypost

Penumpang Tertangkap Mencoba Menyelundupkan Tas Berisi Ular Berbisa Melalui Bea Cukai

EtIndonesia. Sebuah tas berisi makhluk-makhluk dari mimpi buruk Anda dihentikan oleh bea cukai internasional di Mumbai, India, selama akhir pekan, yang berujung pada penangkapan.

Petugas bea cukai Mumbai mengatakan mereka menyita tas berisi ular berbisa pada hari Minggu (1/6) dari seorang penumpang yang datang dari Thailand.

Pemeriksaan lebih dekat pada tas tersebut mengungkap tiga ular berbisa ekor laba-laba, lima kura-kura daun Asia, dan 44 ular berbisa Indonesia.

Foto-foto menunjukkan reptil yang diselundupkan setelah ditemukan, termasuk nampan berisi kura-kura dan seember ular berbisa biru dan hijau.

Menurut Australian Geographic, ular berbisa dapat ditemukan dalam warna biru dan hijau di Kepulauan Sunda Kecil di Indonesia.

Ular berbisa biru termasuk spesies yang paling langka, menurut outlet tersebut.

Ini bukan pertama – atau terakhir – petugas bea cukai di India berkeliaran di alam liar.

Foto-foto yang diambil oleh bea cukai Mumbai menunjukkan sebagian besar barang bukti berupa narkoba dan emas, tetapi pada bulan Februari, petugas juga berhasil menghentikan penyelundupan lima Siamang Gibbon.

Menurut International Union for Conservation of Nature, monyet-monyet tersebut merupakan spesies yang terancam punah.(yn)

Sumber: nypost

Perjalanan Paksa dan Pengawasan: Serangan Preemptif Beijing terhadap Peringatan Tragedi Tiananmen

Para pembangkang di seluruh Tiongkok  ditempatkan di bawah pengawasan atau diperingatkan untuk tetap diam menjelang peringatan 36 tahun Pembantaian Lapangan Tiananmen oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT)

EtIndonesia. Menjelang peringatan ke-36 Pembantaian Lapangan Tiananmen, otoritas  Tiongkok yang dikuasai Partai Komunis kembali memperketat cengkeramannya terhadap suara-suara pembangkangan.

Dalam peristiwa pembantaian yang terjadi pada 4 Juni 1989 itu, pasukan Tiongkok secara brutal menumpas gerakan pro-demokrasi yang dipimpin mahasiswa, mengakibatkan ribuan orang tewas dan terluka. Hingga kini, otoritas tetap sangat sensitif terhadap segala bentuk peringatan publik atas tragedi tersebut.

Seorang warga Beijing, Mr. Wang—yang merupakan teman dekat seorang pembangkang terkemuka—mengatakan kepada The Epoch Times bahwa tokoh-tokoh penting di ibu kota telah berada dalam pengawasan ketat oleh polisi keamanan negara.

Lapangan Tiananmen saat peristiwa 4 Juni 1989 (sumber: internet)

Menurut Wang, yang nama lengkapnya tidak disebutkan karena alasan keamanan, pada 30 Mei, jurnalis senior dan tokoh dissiden Gao Yu dibawa pergi oleh aparat keamanan negara dengan dalih “perjalanan”.

Beberapa tokoh lain, termasuk pengacara hak asasi manusia Mo Shaoping—yang dikenal luas karena membela para dissiden dan mendorong reformasi hukum; Pu Zhiqiang—pengacara hak sipil yang dikenal karena pembelaannya terhadap kebebasan berbicara dan keterlibatannya dalam kasus-kasus sensitif; serta penulis Lao Gui—pengamat vokal dan esais yang kerap menulis kritik terhadap politik dan masyarakat Tiongkok, juga dilaporkan telah dikenai tahanan rumah.

“Pembatasan ini diperkirakan akan terus berlaku hingga setelah 4 Juni,” ujar Wang.

‘Perjalanan’ untuk Suara-suara Pembangkang

Istilah “perjalanan paksa,” sebagaimana dijelaskan oleh para dissiden Tiongkok, mengacu pada taktik umum yang digunakan oleh otoritas selama periode-periode politik sensitif, seperti Sidang Tahunan Dua Sesi atau peringatan Pembantaian Tiananmen. Di bawah kedok wisata, polisi membawa para aktivis keluar dari rumah mereka untuk mengisolasi mereka, mencegah kontak dengan media, atau partisipasi dalam kegiatan peringatan.

Gao telah berulang kali menjadi sasaran “perjalanan paksa” dalam beberapa tahun terakhir.

Wang mencatat bahwa, kemungkinan karena keterbatasan anggaran, tidak semua dissiden dipindahkan kali ini. Banyak yang hanya dipantau oleh polisi lokal atau petugas keamanan. Ia menyebut satu tokoh lain yang kini ditahan di rumahnya: aktivis demokrasi terkenal, Hu Jia.

Hu, seorang kritikus vokal terhadap Partai Komunis Tiongkok (PKT), dikenal secara internasional atas advokasinya terhadap demokrasi, perlindungan lingkungan, dan kesadaran HIV/AIDS. Pada 2008, ia menerima Penghargaan Sakharov dari Parlemen Eropa untuk Kebebasan Berpikir.

Jutaan orang Tiongkok datang ke Lapangan Tiananmen untuk mendukung protes mahasiswa pro-demokrasi di Beijing pada tahun 1989. (Courtesy of Ma Jian)

“Bagi orang-orang seperti mereka, bahkan pergi ke supermarket pun harus dikawal polisi. Petugas mengikuti ke mana pun mereka pergi. Sudah puluhan tahun sejak 4 Juni 1989, tetapi otoritas masih terus-menerus menargetkan suara-suara pembangkangan,” kata Wang.

Li Wei, seorang aktivis hak asasi manusia yang berbasis di Beijing dan dikenal karena keterlibatannya dalam Gerakan Warga Negara Baru—jaringan yang mendorong keadilan sosial dan reformasi hukum di Tiongkok—mengunggah video dari kamera pengawas rumahnya ke media sosial X pada 30 Mei. Rekaman tersebut menunjukkan beberapa kendaraan polisi terparkir di luar rumahnya, memperkuat keterangan Wang tentang peningkatan pengawasan terhadap para dissiden.

Wang menambahkan bahwa penahanan yang terus-menerus ini memberikan dampak serius terhadap kesehatan para dissiden lanjut usia.

Seorang pria berdiri sendirian untuk memblokir barisan tank yang menuju ke timur di Jalan Perdamaian Abadi Beijing selama pembantaian Lapangan Tiananmen pada 5 Juni 1989. (Jeff Widener/AP Photo)

“Gao Yu sudah lanjut usia dan dalam kondisi kesehatan yang buruk. Diperlakukan seperti ini berulang kali adalah bentuk penyiksaan,” katanya.

Gao, yang kini berusia 81 tahun, adalah mantan wakil pemimpin redaksi Economics Weekly dan terkenal karena laporan-laporannya yang kritis mengenai isu-isu politik dan ekonomi. Ia telah beberapa kali dipenjara atas pekerjaannya, yang paling menonjol adalah kasus tahun 2015 ketika ia dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara karena diduga membocorkan dokumen PKT kepada media asing.

Keberanian dan komitmennya terhadap kebebasan pers telah membuatnya diakui secara internasional.

Di Provinsi Guizhou, Tiongkok bagian barat daya, seorang Kristen bernama Mr. Huang, yang menolak memberikan nama lengkap karena takut dibalas, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa beberapa anggota kelompok Seminar Hak Asasi Manusia Guizhou telah dikenai tahanan rumah, dengan petugas polisi ditempatkan di depan rumah setidaknya empat anggota. Ia juga mengatakan bahwa pihak berwenang telah mengunjungi rumah-rumah untuk memberikan peringatan langsung agar tidak berbicara dengan media asing.

“Negara ini sedang mengalami krisis keuangan, tetapi masih saja tidak segan-segan menggunakan uang rakyat untuk menekan perbedaan pendapat,” katanya.

Hu Gang, seorang teman dari Ji Feng—dissiden yang berbasis di Guizhou—mengatakan kepada The Epoch Times pada 30 Mei bahwa Ji, yang saat ini berada di Yanjiao (sebuah kota di perbatasan Beijing–Hebei), telah menerima panggilan dari keamanan negara Guizhou yang memintanya untuk bersiap-siap menjalani “perjalanan,” meskipun tujuan akhirnya tidak disebutkan.

Ini berarti bahwa polisi akan membawanya pergi, merahasiakan keberadaannya, dan mengawasinya secara ketat dalam beberapa hari ke depan.

Ji adalah pemimpin mahasiswa di Universitas Guizhou selama protes pro-demokrasi tahun 1989 dan sejak saat itu terus menjadi kritikus vokal terhadap PKT.

Di Hefei, Provinsi Anhui di Tiongkok bagian timur, seorang pegiat hak lokal bernama Mr. Zhang, yang juga menolak menyebutkan nama lengkapnya demi keamanan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mantan jaksa Shen Liangqing, yang pernah ikut serta dalam protes 1989 dan beberapa kali dipenjara, baru-baru ini diperingatkan oleh polisi agar tidak berbicara kepada jurnalis asing.

“Mereka menyuruhnya ‘hati-hati dalam berbicara’ dan ‘jangan menonjolkan diri,’” ujar Zhang.

Sensor Daring

Sensor di dunia maya juga semakin ketat. Para pengguna internet melaporkan bahwa akun mereka ditangguhkan karena membagikan gambar-gambar peringatan, seperti lilin yang menyala sebagai simbol berkabung untuk para korban 4 Juni 1989. Ini menunjukkan bahwa pemerintah benar-benar tidak mentoleransi referensi apa pun terhadap Pembantaian Lapangan Tiananmen.

Analis politik Sun Li, yang berbasis di Beijing, mengatakan bahwa Pembantaian Lapangan Tiananmen tetap menjadi luka mendalam dalam sejarah politik modern Tiongkok.

“Setiap tahun, menjelang tanggal ini, otoritas memperketat kontrol. Ini mencerminkan kecemasan yang mendalam terhadap legitimasi politik dan stabilitas sosial mereka,” katanya kepada The Epoch Times. “Dengan terus menolak bertanggung jawab atau mengungkap kebenaran, negara justru semakin memicu kemarahan publik.”

Pembantaian Lapangan Tiananmen adalah respons Partai Komunis Tiongkok terhadap protes damai yang dipimpin mahasiswa, yang dikenal sebagai gerakan pro-demokrasi tahun 1989, yang menuntut pemberantasan korupsi. Protes ini berlangsung hampir dua bulan di Beijing dan berbagai kota lainnya di Tiongkok.

Pada 3 Juni malam hingga dini hari 4 Juni 1989, pasukan Tiongkok di Beijing melepaskan tembakan ke arah mahasiswa dan warga sipil yang tidak bersenjata. Meskipun rezim Tiongkok tidak pernah mengumumkan jumlah resmi korban, dokumen AS yang telah dideklasifikasi pada tahun 2014 memperkirakan sekitar 10.454 orang tewas dan sekitar 40.000 lainnya terluka. (asr)

Laporan ini turut disumbangkan oleh Shen Yue.

Sumber : Theepochtimes.com

Ilmuwan Tiongkok Ditangkap Karena Membawa Patogen “Senjata Biologis” ke AS

Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada Selasa (3/6/2025) mengumumkan bahwa seorang ilmuwan asal Tiongkok yang bekerja di Universitas Michigan, Jian Yunqing, didakwa karena menyelundupkan patogen biologis yang dikategorikan sebagai “senjata terorisme pertanian potensial” ke AS. Patogen tersebut dapat digunakan untuk menyerang tanaman pangan.

EtIndonesia. Dalam pernyataan resminya, Departemen Kehakiman AS menyebutkan bahwa Jian Yunqing, warga negara Tiongkok berusia 33 tahun, bersama pacarnya Liu Zunyong yang berusia 34 tahun, dituduh menyelundupkan patogen bernama Fusarium graminearum ke Amerika Serikat.

Menurut jurnal Food Security, Fusarium graminearum dapat merusak pertumbuhan gandum, jelai, jagung, dan padi, yang menyebabkan kerugian ekonomi global miliaran dolar setiap tahunnya. Selain itu, toksin yang dihasilkan oleh jamur ini bisa menyebabkan muntah-muntah, kerusakan hati, dan cacat reproduksi pada hewan ternak maupun manusia.

Selain tuduhan penyelundupan, Jian Yunqing dan Liu Zunyong juga didakwa dengan sejumlah kejahatan federal lainnya, termasuk berkonspirasi untuk menipu pemerintah AS, memberikan pernyataan palsu kepada penyelidik, serta melakukan penipuan visa.

Jian Yunqing diketahui sebagai anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan menurut jaksa, ia menerima dana penelitian dari yayasan yang didukung oleh pemerintah PKT untuk menjalani riset pasca-doktoral.

Pejabat Jaksa Federal Jerome Golden menyatakan dalam siaran pers: “Tindakan warga negara Tiongkok ini, termasuk seorang anggota Partai Komunis yang loyal, menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keamanan nasional. Kedua warga asing ini dituduh menyelundupkan jamur yang digambarkan sebagai ‘senjata potensial untuk terorisme pertanian’ ke jantung wilayah Amerika, dan tampaknya berniat memanfaatkan laboratorium Universitas Michigan untuk memajukan rencana mereka.” (Hui)

Laporan oleh Yu Liang dan Ai Yi untuk NTDTV

Memelihara Anjing Sejak Kecil Sapat Membuat Anak-anak Lebih sehat

EtIndonesia. Tepat ketika Anda berpikir anjing tidak akan bisa lebih baik lagi, sebuah penelitian baru menemukan bahwa memelihara anjing saat masih anak-anak dapat memberikan perlindungan yang luar biasa dari kondisi kulit yang mengganggu.

Manfaat yang sama tidak berlaku untuk memelihara kucing.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Allergy menemukan bahwa bayi yang terpapar anjing peliharaan pada tahun pertama kehidupannya cenderung tidak mengalami eksim jika mereka membawa varian DNA yang meningkatkan risiko mereka terhadap kondisi tersebut.

“Pertanyaan tersulit yang ditanyakan oleh orangtua di klinik adalah tentang mengapa anak mereka mengalami eksim dan bagaimana mereka dapat membantu,” kata Sara Brown, seorang dokter kulit di Institut Genetika dan Kanker Universitas Edinburgh, dalam siaran pers.

“Kita tahu bahwa susunan genetik memengaruhi risiko anak terkena eksim dan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa memelihara anjing dapat memberikan perlindungan, tetapi ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bagaimana hal ini dapat terjadi pada tingkat molekuler.”

Penelitian awal menunjukkan adanya hubungan antara eksim dan tujuh faktor gaya hidup, termasuk hewan peliharaan, saudara kandung, merokok, antibiotik, dan kebersihan.

Ketika mereka mencoba mengulangi temuan tersebut dengan kelompok yang jauh lebih besar — ​​255.000 — mereka menemukan perubahan yang mengejutkan.

Wilayah genetik yang terkait dengan peradangan diidentifikasi sebagai faktor yang meningkatkan risiko eksim — tetapi risiko ini menghilang pada orang yang memiliki anak anjing semasa kecil.

Uji laboratorium menunjukkan bahwa alergen dari anjing sebenarnya mengurangi peradangan pada sel kulit dengan gen berisiko.

Para ilmuwan menduga bahwa paparan terhadap berbagai macam mikroba di awal kehidupan, baik dari anjing atau saudara kandung yang lebih tua, dapat membantu “melatih” sistem kekebalan tubuh untuk bereaksi dengan tepat, bukan berlebihan — sebuah teori yang terkadang dijuluki “hipotesis kebersihan”.

“Penelitian ini menjelaskan mengapa beberapa anak mengalami eksim sebagai respons terhadap paparan lingkungan sementara yang lain tidak,” kata Marie Standl, seorang ahli epidemiologi di Helmholtz Munich di Jerman.

“Tidak semua tindakan pencegahan berhasil untuk semua orang — dan itulah mengapa studi gen-lingkungan sangat penting,” katanya. “Studi tersebut membantu kita bergerak menuju strategi pencegahan yang lebih personal dan efektif.”

Namun, perlu dicatat bahwa penelitian tersebut difokuskan pada cara mencegah eksim — bukan mengobatinya — karena bulu hewan peliharaan dapat membuat eksim semakin parah pada anak-anak yang sudah mengalaminya.

Ini bukanlah studi pertama yang menghubungkan kepemilikan anjing dengan manfaat kesehatan. Sebuah studi tahun 2019 dari Swedia menghubungkan memiliki anak anjing dengan peningkatan aktivitas fisik dan dukungan sosial, serta risiko kematian dini yang lebih rendah setelah serangan jantung atau stroke.

Dan tinjauan tahun 2022 tentang kepemilikan hewan peliharaan, penyakit jantung, dan hipertensi menemukan bahwa orang tua dan anak-anak tampaknya mengalami penurunan tekanan darah tinggi dengan hewan peliharaan. Selain itu, membelai anjing terbukti menurunkan hormon stres kortisol dan meningkatkan hormon oksitosin yang membuat merasa senang.(yn)

Sumber: nypost

Tarif Baja dan Aluminium AS akan Meningkat Hingga 50% pada  4 Juni, Mungkin Menargetkan PKT

Mulai Rabu (4 Juni), tarif impor baja dan aluminium ke Amerika Serikat dinaikkan dari 25% menjadi 50%, kecuali untuk Inggris. Meskipun kebijakan ini tampak menyasar Kanada dan Meksiko, target utamanya diyakini adalah partai komunis Tiongkok, untuk menghalangi praktik perdagangan tidak adil seperti dumping dan pengalihan asal produk.

EtIndonesia. Pada  Rabu, Amerika Serikat resmi menaikkan tarif impor untuk baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%.

Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif pada  Selasa (3 Juni), menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk melawan praktik dumping, melindungi kapasitas produksi dalam negeri, dan menjaga keamanan nasional.

Trump menyampaikan:  “Kenaikan tarif ini akan lebih efektif dalam menindak negara-negara yang terus membanjiri pasar AS dengan baja dan aluminium berlebih dengan harga murah, yang melemahkan daya saing industri dalam negeri. Ini akan membantu menjaga tingkat pemanfaatan kapasitas produksi, dan memastikan industri dapat berkembang secara berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan pertahanan nasional di masa depan.”

Perintah eksekutif tersebut menyebutkan bahwa Inggris dikecualikan dari kenaikan tarif ini, dan sementara ini tetap dikenai tarif 25%. Pengecualian ini diberikan untuk melaksanakan Perjanjian Kemakmuran Ekonomi AS-Inggris (Economic Prosperity Deal) yang ditandatangani pada 8 Mei.

Jika Inggris mematuhi ketentuan keamanan terkait “penghapusan rantai pasokan dari Tiongkok”, maka produk bajanya bisa mendapatkan tarif nol persen.

Namun, Kanada — yang merupakan pemasok baja terbesar bagi AS — tidak mendapat pengecualian.

Sementara itu, Meksiko, sebagai pemasok baja terbesar ketiga ke AS, menyatakan akan mengupayakan pembebasan dari tarif baru ini.

Target Utama: Praktik Tidak Adil Partai Komunis Tiongkok

Langkah tarif baja dan aluminium ini secara luas dipandang sebagai langkah untuk menargetkan praktik dumping dan manipulasi asal barang oleh Tiongkok.

Meski volume ekspor langsung baja dan aluminium dari Tiongkok ke AS tidak besar, karena pasar domestik Tiongkok sudah jenuh, Tiongkok membanjiri pasar luar negeri dengan produk baja dan aluminium murah. Produk-produk ini kemudian dialihkan melalui negara ketiga untuk menyamarkan asalnya, sehingga bisa masuk ke AS tanpa terkena tarif tinggi. (Hui)

Laporan oleh Li Mei dan Zhang Xiaoyu – NTD News

Mahasiswa Pria di Universitas Wuhan Mengamuk Menikam Banyak Orang di Kantin, Lalu Coba Mengakhiri Hidup

0

EtIndonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pembunuhan acak semakin sering terjadi di Tiongkok daratan. Pada 4 Juni, seorang mahasiswa pria di Universitas Wuhan melakukan serangan brutal di kantin kampus dengan menikam banyak orang secara acak, lalu mencoba bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri. Diduga, motifnya terkait dengan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi akhir studinya. Pemerintah Tiongkok telah menyensor pemberitaan ini, dan jumlah pasti korban luka maupun tewas belum dapat dikonfirmasi.

Kejadian Serangan di Kantin Kampus

Pada 4 Juni sore, berbagai video dan foto beredar di media sosial Tiongkok, memperlihatkan kejadian penikaman acak yang mengerikan di Kantin 4 Universitas Wuhan.

Pelaku adalah seorang mahasiswa pria berpakaian hitam yang membawa pisau.

Foto-foto menunjukkan bahwa di luar pintu kantin terdapat setidaknya tiga korban yang terluka – dua pria dan satu wanita – dengan luka tusukan di bagian leher dan tubuh mereka berlumuran darah.

Kronologi Menurut Saksi Mata

Menurut kesaksian saksi yang diunggah secara online, pelaku tiba-tiba masuk ke dalam kantin dan secara acak menikam orang-orang, terutama menyerang bagian leher. Beberapa mahasiswa kemudian menggunakan kursi untuk mencoba menghentikannya. Setelah itu, pelaku menggorok lehernya sendiri dalam upaya bunuh diri. Baik pelaku maupun korban-korban kemudian dibawa oleh pihak kepolisian.

Dugaan Motif: Skripsi yang Diblokir

Beredar pula tangkapan layar yang diyakini sebagai surat wasiat pelaku yang diunggah ke internet. Dalam surat tersebut, mahasiswa bermarga Zhu itu mengecam dosen penguji yang dinilainya dengan sengaja mempersulit kelulusan skripsinya. Ia menulis: “Hanya bisa pergi ke kantin dan menikam beberapa penonton beruntung untuk menemaniku pergi. Sudah malas bermain, waktunya ulang dari awal.” “Jika tidak bisa diselesaikan secara kolektif, maka satu-satunya cara adalah membunuh. Tidak ada yang lebih efektif dari sebilah pisau dapur.”

Seorang mahasiswa Universitas Wuhan yang diwawancarai oleh media Epoch Times menyatakan bahwa pelaku adalah mahasiswa tingkat akhir yang merasa frustasi karena skripsinya beberapa kali ditolak secara tidak adil oleh dosen penguji, meski sudah diperbaiki empat hingga lima kali oleh dosen pembimbingnya.

Pada  4 Juni pagi, dia diberitahu bahwa struktur skripsinya masih bermasalah dan perlu direvisi besar-besaran, padahal dua hari kemudian sudah jadwal sidang skripsi. Hal ini membuatnya stres berat dan akhirnya menyerang orang di kantin secara acak. Karena ia tidak tahu siapa dosen pengujinya, ia menyerang orang lain sebagai pelampiasan.

Mahasiswa tersebut juga mengatakan bahwa saat pelaku dibawa pergi setelah melukai dirinya sendiri, ia masih bernapas, tetapi belum diketahui apakah nyawanya dapat diselamatkan.

Ia menambahkan bahwa bukan karena skripsinya sulit, tetapi karena sistem penilaian dosen yang dinilai sengaja menyulitkan demi memenuhi target penolakan. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa pelaku lemah secara mental begitu saja.

Sensor Ketat dari Pemerintah

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari otoritas setempat di Wuhan mengenai insiden ini. Di media sosial Tiongkok seperti Weibo, seluruh informasi, video, dan foto yang berkaitan dengan kejadian ini telah disensor dan dihapus. (Hui)

Laporan oleh Shang Chuan – Editor: Lin Qing

Para Arkeolog Menemukan Makam Pejabat Mesir Kuno yang Belum Pernah Terlihat Sebelumnya

EtIndonesia. Beberapa makam pejabat tinggi Mesir Kuno baru-baru ini ditemukan oleh para arkeolog lokal, mengungkap sejarah peradaban masa lalu.

Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir mengumumkan penemuan tersebut dalam sebuah unggahan Facebook pada tanggal 26 Mei. Unggahan tersebut diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris.

Semua makam tersebut berasal dari era Kerajaan Baru, yang juga dikenal sebagai Kekaisaran Mesir. Makam-makam tersebut ditemukan di situs Draʻ Abu el-Naga di Tepi Barat Sungai Nil di Provinsi Luxor.

Mohamed Ismail Khaled, sekretaris jenderal Dewan Tertinggi Purbakala, mencatat bahwa nama dan gelar para almarhum semuanya telah diidentifikasi, berkat prasasti yang masih ada.

“Misi tersebut akan terus membersihkan dan mempelajari prasasti yang tersisa di makam untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pemiliknya dan untuk mempelajari serta menerbitkan temuan tersebut secara ilmiah,” tambahnya.

Makam pertama adalah milik seorang pria bernama Amenemopet dari Periode Ramses, yang berlangsung dari tahun 1292 hingga 1069 SM.

Dia bekerja di sebuah kuil yang didedikasikan untuk Amun, dewa Mesir yang sangat dihormati.

Sebagian besar hieroglif di makam Amenemopet telah dihancurkan, tetapi kementerian mencatat bahwa yang tersisa “menggambarkan adegan persembahan kurban, penggambaran prosesi perabotan pemakaman, dan adegan perjamuan.”

“Yang satu milik seseorang bernama ‘Paki,’ yang bekerja sebagai pengawas lumbung padi, dan yang lainnya milik seseorang bernama ‘Is,’ yang bekerja sebagai pengawas kuil Amun di Oasis, wali kota Oasis utara, dan seorang juru tulis,” pernyataan itu mencatat.

Makam Amenemopet juga terdiri dari halaman kecil dan pintu masuk dengan aula persegi.

Makam Paki dan Is juga memiliki halaman, selain terowongan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir Sherif Fathy mengatakan penemuan itu “meningkatkan posisi Mesir di peta pariwisata budaya global.”

“Makam-makam yang ditemukan ini adalah salah satu situs yang akan memberikan kontribusi signifikan untuk menarik lebih banyak pengunjung, terutama mereka yang merupakan penggemar wisata budaya, karena nilai peradaban dan kemanusiaannya yang khas,” katanya.

Penemuan itu menyusul beberapa penemuan menarik baru-baru ini di Mesir.

Makam Paki dan Is juga memiliki halaman, selain terowongan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pariwisata dan Purbakala Mesir Sherif Fathy mengatakan penemuan itu “meningkatkan posisi Mesir di peta pariwisata budaya global.”

“Makam-makam yang ditemukan ini adalah salah satu situs yang akan memberikan kontribusi signifikan untuk menarik lebih banyak pengunjung, terutama mereka yang merupakan penggemar wisata budaya, karena nilai peradaban dan kemanusiaannya yang khas,” katanya.

Penemuan itu menyusul beberapa penemuan menarik baru-baru ini di Mesir. Pada bulan April, seorang profesor dari University of Pennsylvania berbicara dengan Fox News Digital tentang penemuan makam firaun tak dikenal di dekat Abydos.

Pada awal bulan Mei, para pejabat mengumumkan penemuan benteng militer kuno yang berasal dari era Ptolemeus dan Romawi dalam sejarah Mesir.(yn)

Sumber: nypost