GREGORY JANTZ
Setiap minggu di klinik kesehatan jiwa yang saya pimpin, saya mendengar orang mengatakan hal-hal seperti ini:
“Saya mengenal banyak orang, tetapi saya tidak merasa benar-benar terhubung dengan siapa pun.”
“Saya berharap saya merasa dekat dengan seseorang — hanya satu saja — tetapi saya tidak memilikinya.”
“Sejujurnya, aku sering merasa kesepian.”
Di antara banyak krisis yang saat ini dihadapi masyarakat kita, inilah salah satu hal yang sering diabaikan yang seharusnya tidak boleh diabaikan yakni: Jutaan orang merasa sangat kesepian, terisolasi, dan terputus dari orang lain. Dan kurangnya koneksi dengan orang lain berkontribusi secara signifikan terhadap masalah kesehatan mental dan fisik yang ditunjukkan dengan berbagai cara berbahaya yang tak terhitung jumlahnya.
Karena hubungan yang dekat sangat penting untuk kesehatan kita, para ahli yang peduli telah membunyikan alarm bahwa kesepian kronis telah mencapai tingkat epidemi dalam masyarakat modern. Laporan skala besar tahun 2020 oleh perusahaan layanan kesehatan Cigna menunjukkan bahwa epidemi kesepian di Amerika semakin parah, dengan 3 dari 5 orang dewasa ( 61 persen ) melaporkan bahwa mereka merasa kesepian, meningkat 7 persen dari tahun 2018. Studi tersebut juga menemukan bahwa 1 dari 4 orang Amerika “jarang” atau “tidak pernah” merasa bahwa ada orang yang memahami mereka.
Studi lain yang diterbitkan pada Februari 2021 oleh proyek Making Caring Common Universitas Harvard melaporkan bahwa 36 persen responden melaporkan “sering” atau “hampir sepanjang waktu atau sepanjang waktu” merasakan kesepian yang serius. Dalam laporan ini, para peneliti menunjukkan jangkauan isolasi yang luas:
“Di antara responden survei kami, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat kesepian berdasarkan ras atau etnis, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan, agama, atau perkotaan. Sejumlah besar responden survei di kedua partai politik menderita kesepian, meskipun responden Demokrat lebih cenderung melaporkan kesepian (40 persen) daripada Republik ( 29 persen ).
Apakah Kesepian Itu
Kesepian tidak hanya berarti kurangnya teman. Orang-orang dengan banyak teman masih bisa merasa terpisah secara sosial, sama seperti mereka yang memiliki sedikit teman mungkin jarang atau tidak pernah merasakan perpisahan.
Demikian pula, menyendiri tidak selalu berarti kesepian, juga tidak selalu berarti negatif. Beberapa orang, terutama introvert, menikmati waktu sendiri dan sangat nyaman dengan kesendiriannya. Bahkan ekstrovert menginginkan “me time” atau “waktu yang diluangkan hanya untuk diri sendiri“ untuk berefleksi dan mengisi ulang.
Kesepian itu berbeda. Saat kita kesepian, kita merasa terputus atau terasing dari orang lain dan tidak memiliki siapa pun yang dapat kita ajak berkomunikasi dengan tulus. Bahkan saat kita dikelilingi oleh orang lain, kita masih bisa merasa sendirian jika kita tidak memiliki hubungan emosional dengan mereka.
Kita semua membutuhkan orang yang dapat kita ajak berbagi pikiran dan perasaan terdalam kita: orang yang akan tertawa bersama kita di saat-saat gembira dan menangis bersama kita di saat-saat menyakitkan. Orang- orang yang dapat diajak berbagi bersama menjalani kehidupan sehari-hari—melalui semua suka dan duka.
Harga Suatu Kesepian yang Mahal
Bahkan sebelum gangguan sosial terkait COVID-19, para peneliti secara luas memandang kesepian dan isolasi sebagai epidemi dengan implikasi kesehatan yang serius. Meskipun mengukur perasaan bisa bersifat subyektif, melacak efek dari emosi tersebut tidaklah demikian.
Banyak penelitian mendukung kesimpulan bahwa kesepian berkontribusi pada risiko kesehatan seperti:
• Depresi dan kecemasan
• Gangguan penyalahgunaan obat-obatan
• Pikiran untuk bunuh diri
• Penurunan kognitif
• Obesitas
• Masalah kardiovaskular
• Gangguan tidur
• Kematian prematur
Laporan dari Harvard menggemakan keterkaitan ini, mengutip bukti yang mendukung klaim bahwa “kurangnya hubungan sosial membawa risiko kesehatan yang sama, jika tidak lebih besar, seperti merokok berat, minum, dan obesitas.”
Terhubung dengan orang lain sangat meningkatkan kesehatan kita—secara fisik, emosional, mental, dan spiritual. Lusinan penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang memiliki hubungan yang menyenangkan akan merasa lebih bahagia, memiliki sedikit masalah kesehatan, dan hidup lebih lama.
Emma Seppala, direktur sains dari Stanford Center for Compassion and Altruism Research and Education, menulis: “Penelitian menunjukkan [orang-orang yang memiliki hubungan kuat dengan orang lain] juga memiliki harga diri yang lebih tinggi, empati yang lebih besar terhadap orang lain, lebih percaya dan kooperatif dan, sebagai akibatnya, orang lain lebih terbuka untuk mempercayai dan bekerja sama dengan mereka. Dengan kata lain, keter- hubungan sosial menghasilkan lingkaran umpan balik positif dari kesejahteraan sosial, emosional, dan fisik.”
Isolasi dan kesepian adalah masalah serius dengan konsekuensi yang nyata dan seringkali menghancurkan, seperti dalam kasus peningkatan risiko bunuh diri. Konsekuensinya sangat memengaruhi setiap orang di masyarakat kita dengan satu atau berbagai cara lain dan tidak boleh dianggap enteng.
7 Langkah Menuju Rasa Terkoneksi
Jika semua berita buruk diatas menakutkan, berikut adalah kabar baiknya: Ini adalah masalah yang memiliki solusi, penyakit dengan obat yang dapat dicapai. Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi kesepian dan merasakan kekuatan terkoneksi. Mungkin Anda, seperti banyak orang, tidak memiliki siapa pun dalam hidup Anda yang dapat Anda sebut sebagai teman dekat dan akrab. Atau mungkin Anda memiliki sejumlah hubungan tidak akrab yang ingin Anda perdalam menjadi sesuatu yang lebih otentik. Apa pun situasi Anda, berikut ide-ide untuk memulai hubungan baru atau memperdalam hubungan yang sudah ada:
Dorong diri Anda ke depan. Setiap hubungan yang bermakna dimulai dengan satu orang mengambil inisiatif dan mengambil risiko. Ini berarti lebih memilih keberanian daripada kehati-hatian. Dalam hal memperdalam hubungan, kita semua memiliki alasan untuk ragu-ragu. Mungkin Anda pernah mengalami hal tidak nyaman sebelumnya dan belajar menghindari risiko. Mungkin Anda dilumpuhkan oleh seribu pertanyaan “bagaimana-seandainya” yang menakutkan. Ingat ini: Setiap persahabatan yang akrab dimulai dengan satu orang yang hanya menyapa tetangga atau mengundang rekan kerja bertemu untuk minum kopi bersama.
Tempatkan diri Anda di perusahaan dengan berbagai tipe orang. Bisa berupa kelompok gereja, proyek komunitas, klub buku, atau kelas olahraga. Tapi pilih sesuatu kegiatan untuk bergabung, dan segera lakukan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Jangan takut mengambil langkah besar karena Anda tidak dapat melewati jurang dalam dua lompatan kecil”. Itu adalah tantangan yang sama yang Anda hadapi dalam mendekatkan diri dengan orang lain. Anda tidak dapat belajar berenang dengan membaca buku tentang berenang, dan Anda tidak akan pernah mencapai kedekatan dengan orang lain kecuali Anda memilih untuk bergabung.
Pelajari seninya. Koneksi terjadi ketika dua orang saling terhubung dan jujur satu sama lain. Ini berarti menjadi diri Anda yang sebenarnya, tidak memiliki dorongan untuk bermain-main atau berpura-pura untuk mengesankan seseorang. Berbagi pikiran dan perasaan yang menyenangkan akan terjadi secara perlahan saat kepercayaan mulai tumbuh. Dengan kata lain, aspek keakraban dari kehidupan kita harus dipupuk dengan bijaksana bukan dibuang dengan tergesa-gesa.
Saat Anda bersama orang lain, fokuslah padanya. Kita hampir selalu dibombardir oleh gangguan, mengalihkan perhatian kita dari orang- orang yang bersama kita. Berusahalah untuk fokus sepenuhnya dalam percakapan dan hubungan Anda. Jadilah pendengar yang aktif, lakukan kontak mata, dan berikan perhatian penuh kepada orang tersebut. Memberi perhatian dan fokus sepenuhnya adalah cara penting untuk memastikan koneksi dalam situasi apa pun.
Tunjukkan rasa hormat setiap saat. Saling menghormati adalah inti dari suatu hubungan yang akrab. Hal itu menganugerahkan martabat, kehormatan, dan nilai tinggi bagi penerimanya. Bagian dari menunjukkan rasa hormat berarti menghargai perbedaan. Pandangan orang tentang dunia dan cara hidup di dalamnya mungkin tidak sama dengan pandangan Anda karena pengalaman hidup, temperamen, kepribadian, pola asuh, dan akses ke pendidikan. Ketika Anda menerima, Anda tidak menghakimi. Saat Anda berhenti menilai, orang akan menanggapi Anda dan terhubung dengan Anda.
Membantu orang lain merasa baik tentang diri mereka sendiri. Psikolog telah mengidentifikasi rahasia untuk menjalin hubungan yang erat: Perasaan kita terhadap orang lain sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang itu membuat kita merasakan diri kita sendiri.
Beberapa orang mungkin mengatakan prinsip ini terdengar egois dan egosentris, tetapi ini adalah fakta dasar dari sifat manusia dan dapat menjadi kekuatan positif yang kuat. Orang yang merasakan hubungan paling dekat adalah orang yang saling mendukung, memuji, dan menguatkan.
Dukung tujuan dan impian orang lain. Setiap orang memiliki aspirasi yang ingin mereka wujudkan. Ini mungkin tujuan yang berhubungan dengan kesehatan seperti menurunkan berat badan atau tujuan karir seperti memulai bisnis. Ini bisa menjadi tujuan keluarga yang berkaitan dengan anak-anak atau orang tua atau bahkan impian lama untuk menulis buku, mengunjungi negeri asing, atau berlari maraton.
Dengan mendengarkan, menawarkan dorongan, bertukar pikiran bersama, atau membantu melakukan penelitian, Anda mengkomunikasikan pesan penting: “Mimpi dan ambisi Anda penting bagi saya, sepenting bagi Anda.”
Gregory Jantz, Ph.D., adalah pendiri dan direktur klinik kesehatan mental The Center: A Place of Hope di Edmonds, Wash. Dia adalah penulis “Healing Depression for Life,” “The Anxiety Reset,” dan banyak lagi buku-buku lain. Temukan Jantz di APlaceOfHope.com.