oleh Li Ming
Media asing mengungkapkan bahwa otoritas Taiwan memesan ratusan rudal anti-kapal dari Amerika Serikat dalam rangka menambah kekuatan pertahanan maritim Taiwan. PKT yang baru saja menyelesaikan latihan militer tiga hari di sekitar Taiwan, langsung mengumumkan pada 18 April, bahwa mereka akan mengadakan “aktivitas militer besar” di Laut Kuning, yang mendapat sindiran dari media Taiwan.
Situasi di Selat Taiwan masih mencekam. Pada Senin (17 April), Bloomberg mengutip informasi dari orang yang mengetahui masalah tersebut mengungkapkan, bahwa Taiwan akan membeli sebanyak 400 rudal Harpoon berbasis darat dari AS untuk menjaga dari kemungkinan invasi militer Tiongkok ke Taiwan.
Bloomberg yang mengutip ucapan Rupert Hammond-Chambers, Presiden Asosiasi Bisnis AS-Taiwan memberitakan bahwa Taiwan sebelumnya telah membeli rudal anti-kapal Harpoon berbasis kapal induk yang diproduksi oleh Boeing, dan kali ini Komando Sistem Udara Angkatan Laut AS (Naval Air Systems Command) mewakili Taiwan untuk menandatangani kontrak dengan Boing pembelian ratusan rudal Harpoon berbasis darat.
Menurut Bloomberg, Kementerian Pertahanan AS telah menandatangani kontrak pembelian senjata senilai USD. 1,7 miliar dengan Boeing pada 7 April tahun ini, tetapi tidak menyebutkan Taiwan sebagai pembelinya. Namun, 1 orang dalam industri dan 3 orang dalam lainnya mengonfirmasi bahwa kontrak tersebut disiapkan untuk Taiwan.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Komite Layanan Bersenjata DPR AS (HASC) dapat membahas masalah percepatan penjualan senjata ke Taiwan dan pengiriman rudal Harpoon pada sidang dengar pendapat yang diadakan pada 18 April.
Laporan Deutsche Welle menyebutkan bahwa juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Martin Meiners menolak untuk mengkonfirmasi apakah Taiwan adalah pembeli rudal Harpoon yang disebutkan di atas, tetapi ia menanggapinya dengan mengatakan : “Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan industri untuk menyediakan peralatan pertahanan ke Taiwan secara tepat waktu.”
Selain itu, perlu disebutkan bahwa Amerika Serikat telah mengirim hampir 200 perwira militer ke Taiwan untuk memberikan pelatihan bagi Angkatan Darat dan Brigade Cadangan Taiwan.
Dalam jumpa pers rutin yang digelar Kementerian Pertahanan Nasional Republik Tiongkok pada Selasa (18 April), sejumlah wartawan media mempertanyakan kebenaran informasi tersebut, yang tidak disangkal oleh Sun Li-fang, juru bicara militer Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, tetapi mengatakan secara tersirat : “Kami sangat optimis tentang semua tindakan terkait dari negara-negara sekutu untuk meningkatkan kekuatan tempur militer Taiwan melalui metode pelatihan militer.”
Sun Li-fang mengatakan bahwa Taiwan akan bekerja sama dengan negara-negara sekutu untuk melaksanakan pekerjaan ini, dan akan terus memperdalam dan memperluas kerja sama di semua tingkatan, termasuk pelatihan militer. “Namun, perihal rincian khusus dari kerja sama pelatihan militer, kami tidak akan memberikan penjelasan terperinci sesuai dengan konsensus situasi.”
Pada hari yang sama, juru bicara Institut Amerika Serikat di Taiwan (AIT) saat menanggapi pertanyaan media mengatakan bahwa AS tidak mengomentari tindakan, kontak, atau pelatihan tertentu. Namun, sebagaimana yang ditekankan oleh juru bicara bahwa dukungan AS untuk Taiwan dan hubungan pertahanannya dengan Taiwan tentunya akan disesuaikan dengan ancaman yang dilakukan PKT terhadap Taiwan.
Asosiasi di Taiwan menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan dan kawasan.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia, Su Tzu-yun, cendekiawan Institut Riset Keamanan Pertahanan Nasional Taiwan, mengatakan bahwa AS mengirim pejabat militer ke Taiwan untuk mengimplementasikan ketentuan “Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2023” AS tentang memperdalam pertukaran militer dengan Taiwan dan memperkuat kemampuan pertahanan Taiwan. Sedangkan menyangkut 200 orang instruktur AS yang ditempatkan di Taiwan kali ini sebagian besar adalah tentara, dan diperkirakan mereka akan berfokus pada penanggulangan elektromagnetik, integrasi citra pertempuran bersama, perlindungan pangkalan, pertahanan udara berbasis darat, dan konfigurasi senjata anti-kapal.
Menghadapi tindakan perwira AS yang memasuki Taiwan untuk melakukan kerja sama pelatihan militer dengan militer Taiwan, serta penjualan senjata seperti Harpoon ke Taiwan. Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada 18 April menyatakan ketidakpuasan dan penentangan yang tegas.
Pada hari yang sama, Administrasi Keselamatan Maritim Tiongkok tiba-tiba mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa pada 18 April mulai pukul 09:00 pagi militer Tiongkok akan mengadakan “aktivitas besar militer” di Laut Kuning yang berlangsung selama 3 jam dan melarang kapal memasuki area yang bersangkutan. Pengumuman tersebut juga mencantumkan koordinat area terlarang, tetapi tidak merinci konten spesifik dari apa yang disebut “aktivitas militer”. Menanggapi berita ini, media Taiwan dengan sinis mengatakan bahwa jangan-jangan tentara komunis akan menangkap ikan di Laut Kuning dengan cara pengeboman.
Sebelumnya, militer Tiongkok baru saja menyelenggarakan latihan militer yang berlangsung dari 8 hingga 10 April di seputar Selat Taiwan. Pada tanggal 14 April, mereka juga meluncurkan latihan militer di bagian utara Laut Bohai. Latihan militer yang terus menerus di Selat Taiwan kemudian oleh para netizen Tionghoa di luar negeri dijuluki sebagai “latihan pengeboman ikan.” (sin)