oleh Lin Yi
Setelah lebih dari 1 tahun Rusia menginvasi Ukraina, akhirnya Presiden Xi Jinping bersedia melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 26 April. Namun, dunia luar masih meragukan peran pembicaraan ini terhadap gencatan senjata yang lebih diharapkan.
Pada 26 April, Xi Jinping mengadakan percakapan telepon selama satu jam dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang merupakan kontak pertama antara kedua pemimpin tersebut setelah perang Rusia – Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan : “Aspek penting dari percakapan kami adalah gagasan memulihkan keadilan dan perdamaian”.
Dalam dokumen yang dirilis kemudian, media corong PKT tidak menyebutkan soal penarikan pasukan Rusia, sementara pihak Ukraina menuntut pengembalian kedaulatannya sesuai yang ditetapkan pada tahun 1991.
Pada 27 April, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyambut baik pembicaraan telepon Xi Jinping dengan Zelensky, tetapi menekankan bahwa Beijing masih belum juga mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Jens Stoltenberg mengatakan : “Ini tidak mengubah fakta bahwa pemerintah komunis Tiongkok belum bersedia mengutuk Rusia yang melancarkan perang ilegal, invasi ilegal ke Ukraina”.
Kremlin mengatakan Rusia siap untuk menyambut setiap kemungkinan mengakhiri konflik di Ukraina.
Alfred Wu, profesor di National University of Singapore mengatakan : “Hubungan antara Tiongkok dengan Rusia terlalu dalam. Sekarang bahkan Rusia menganggap Tiongkok sebagai sekutu terpenting. Ketika (Partai Komunis Tiongkok) menengahi perdamaian kali ini, kenetralan akan dipertanyakan”.
Eropa dan negara-negara Barat berharap PKT menggunakan pengaruhnya terhadap Rusia untuk mencapai gencatan senjata antara Rusia dengan Ukraina. Analisis tersebut menunjukkan bahwa PKT seperti seorang pemain sirkus yang berjalan di atas tali baja, karena ia perlu mempertimbangkan dengan hati-hati kepentingannya. Di satu pihak bagi PKT, Rusia adalah “teman lama” yang hubungannya sudah semakin dekat, sedangkan di sisi lain Ukraina dapat berfungsi sebagai pintu gerbang penting ke Eropa untuk melaksanakan inisiatif “One Belt One Road”.
Ahli strategi dan konsultan geopolitik Brian Wong mengatakan : “Ini jelas merupakan kampanye umum untuk memikat kedekatan Eropa, meminta dukungan negara-negara Barat non-AS, dan membuktikan kepada mereka bahwa Partai Komunis Tiongkok tulus dan berkomitmen untuk mempromosikan perdamaian di Ukraina”.
Namun, jika PKT ingin membuktikan kepada dunia bahwa ia benar-benar ingin mempromosikan perdamaian, jalannya masih panjang.
Setelah panggilan telepon antara Xi Jinping dengan Zelensky, PKT tidak mengumumkan tindakan khusus apa pun yang harus diikuti. Mengenai kapan utusan khusus PKT akan mengunjungi Ukraina dan negara mana yang akan berpartisipasi dalam proses perdamaian yang dipromosikan oleh PKT, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning menolak menjawab saat konferensi pers reguler Kamis (27 April), ia cuma mengatakan bahwa hal itu akan dilakukan dalam “waktu yang tepat”. (sin)