Alex Wu
Superstar sepak bola Argentina, Lionel Messi, tiba di Beijing pada 10 Juni menjelang pertandingan persahabatan melawan Australia di Stadion Pekerja Beijing pada 15 Juni, tetapi ditahan oleh polisi Tiongkok di bandara selama lebih dari dua jam karena masalah visa.
Ini merupakan kunjungan ketujuh Messi ke Tiongkok, dan segerombolan penggemar menunggunya di bandara-dengan banyak di antaranya mengenakan replika jersey biru-putih Argentina no. 10 yang dipopulerkan oleh Messi dan pemain hebat lainnya, seperti Diego Maradona.
Menurut laporan media, pemenang Piala Dunia ini dihentikan di bea cukai setelah tiba di bandara Beijing, dan ditahan karena tidak memiliki visa masuk.
Setelah pindah dari Argentina ke klub Spanyol, Barcelona saat masih kecil, Messi kini memiliki dua kewarganegaraan, dan memegang paspor Argentina dan Spanyol. Namun, menurut perjanjian visa rezim Tiongkok, pemegang paspor Argentina dapat mengajukan visa turis dan bisnis yang berlaku selama sepuluh tahun dan beberapa kali kunjungan saat masuk ke Tiongkok, sementara pemegang paspor Spanyol harus mendapatkan visa terlebih dahulu untuk masuk ke negara itu.
Messi membawa paspor Spanyolnya ke Tiongkok kali ini, dan dilaporkan belum mengajukan visa. Meskipun Spanyol tidak memiliki perjanjian bebas visa dengan Tiongkok, pemegang paspor Spanyol dapat memasuki Taiwan tanpa visa.
Earlier today at the Beijing airport, Leo Messi faced some issues with his passport. pic.twitter.com/rLNwI3W4nJ
— Leo Messi 🔟 Fan Club (@WeAreMessi) June 10, 2023
Messi dilaporkan telah bertanya kepada staf bea cukai Tiongkok, “Bukankah Taiwan adalah Tiongkok?” Pertanyaan itu menghasilkan keheningan yang canggung, karena staf bea cukai di Beijing tidak bisa menjawab, menurut laporan media.
Messi tertahan di bandara selama sekitar 2 jam hingga pejabat Tiongkok memberikannya visa yang dipercepat. Insiden ini menjadi viral di media sosial Tiongkok dan platform media sosial internasional yang sering dikunjungi oleh pengguna berbahasa Mandarin.
Masalah Bebas Visa
Sebagian besar negara di dunia mengikuti prinsip visa masuk “timbal balik dan saling menguntungkan” -yaitu, jika kedua negara setuju, mereka dapat membebaskan warga negara masing-masing dari persyaratan visa masuk yang paling ketat. Menurut data rezim partai komunis Tiongkok, pada 2019 hanya ada 14 negara yang memiliki bebas visa timbal balik penuh dengan Tiongkok.
Menanggapi insiden visa Messi, beberapa netizen mempertanyakan mengapa masuk ke Tiongkok harus begitu sulit. Beberapa berkomentar bahwa rezim Tiongkok selalu mengatakan bahwa mereka memiliki teman di seluruh dunia – “tetapi mengapa mereka hanya memiliki pengecualian visa dengan begitu sedikit negara?” Yang lain bertanya, “Mengapa warga Taiwan (Republik Tiongkok) dapat pergi ke begitu banyak tempat tanpa visa, tetapi penduduk daratan Tiongkok justru tidak bisa?”
Hambatan terbesar bagi warga Tiongkok untuk bepergian ke luar negeri secara bebas sebenarnya berasal dari rezim Tiongkok, bukan dari negara lain, seperti yang ditunjukkan oleh pengamat urusan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat, kata Heng He.
“Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berkuasa tidak mau menandatangani pembebasan visa dengan lebih banyak negara. Ini karena mereka tidak ingin orang-orang Tiongkok pergi ke negara lain dengan mudah dan bebas. Hal ini agar mereka dapat lebih mengontrol masyarakat Tiongkok,” kata Heng kepada NTD news pada 12 Juni.
Pada tahun 2009 dan 2010, pemerintah Korea Selatan mengusulkan kepada Tiongkok sebuah perjanjian timbal balik yang akan memungkinkan warga kedua negara untuk memasuki wilayah masing-masing tanpa visa, tetapi PKT menolak, dengan menyatakan bahwa “kondisi obyektifnya belum matang.”