oleh Jiang Ziyang, NTDTV Asia Pacific
Presiden AS Joe Biden diwawancarai oleh CNN pada 7 Juli, menjelaskan bahwa keputusan untuk menyetujui penyediaan bom cluster ke Ukraina adalah keputusan yang sulit, tetapi Ukraina juga diserang oleh bom cluster Rusia, dan Ukraina akan kehabisan amunisi. AS membutuhkan waktu untuk memproduksi lebih banyak howitzer 155mm dengan kaliber besar, jadi ini hanya tindakan sementara.
Penggunaan bom tandan, yang juga dikenal sebagai submunisi, kontroversial karena sifatnya yang kuantitatif, yang dapat mempengaruhi warga sipil. Sebanyak 107 negara di seluruh dunia telah menandatangani konvensi yang melarang penggunaannya, tetapi tujuh negara, termasuk AS, Tiongkok, dan Rusia, belum setuju untuk melakukannya.
Ketika ditanya tentang masuknya Ukraina ke NATO, Biden mengatakan bahwa “terlalu dini” untuk segera menyeret NATO ke dalam perang, jadi dia harus menunggu hingga akhir perang Rusia-Ukraina sebelum mempertimbangkannya.
Namun demikian, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara terbuka menyatakan pada konferensi pers dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada 8 Juli bahwa ia mendukung aksesi Ukraina ke NATO.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan: “Tidak ada keraguan bahwa Ukraina layak menjadi anggota NATO. Saya ingin menekankan lagi apa yang selalu saya pertahankan. Perdamaian yang adil tidak akan kalah.”
Erdogan mengatakan dia juga akan berkoordinasi dengan Vladimir Putin dalam pertukaran tahanan. (Hui)