oleh Luo Tingting
Mata uang Tiongkok renminbi terus terdepresiasi akibat resesi ekonomi dan arus keluar modal dari Tiongkok. Pada 8 September, nilai tukar RMB terhadap dolar AS turun di bawah RMB. 7,34, mencapai titik terendah baru dalam 16 tahun terakhir, dan nilai renminbi lepas pantai turun sampai di bawah 7,36. Para ahli memperingatkan bahwa penurunan ekonomi dan depresiasi mata uang adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh Partai Komunis Tiongkok, “Laju depresiasi renminbi bisa semakin kencang dan itu tidak dapat dihindari”.
Analis : RMB akan Terus Terdepresiasi
Tercatat pada 8 September, nilai tukar USD. 1,- = RMB. 7.3415 , mencapai level terendah sejak krisis keuangan tahun 2007. Sedangkan nilai tukar di pasar valuta asing luar negeri, USD. 1,- = RMB. 7.3623, mendekati level terendah sejak tahun 2010.
Laporan Reuters menyebutkan bahwa renminbi telah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, nilainya sudah anjlok sekitar 6,1% tahun ini. Analis memperkirakan bahwa depresiasi RMB masih akan terus terjadi, bahkan mereka khawatir bahwa situasi penurunannya tidak terkendali.
Analis pasar keuangan senior He Bing baru-baru ini mengatakan kepada NTDTV, bahwa alasan yang jelas dari terdepresiasinya renminbi adalah karena kinerja perekonomian Tiongkok yang sangat buruk. Selain itu, setelah epidemi ini mereda, pemulihan yang diharapkan masyarakat ternyata tidak terjadi. Industri sekarang secara umum berpendapat bahwa nilai renminbi masih dinilai terlalu tinggi, bisa jadi nantinya USD. 1,- = RMB. 10,-.
He Bing percaya bahwa renminbi masih akan terus terdepresiasi.
Komentator urusan ekonomi terkini dan mantan CEO Jaringan Informasi Sosial Apple Li Shimin mengatakan kepada NTDTV, bahwa otoritas PKT terus mempromosikan penyelesaian transaksi perdagangan di luar negeri dengan menggunakan renminbi, tetapi negara-negara yang bersedia pun mereka harus mengubah renminbi yang diterima menjadi dolar AS, “Oleh karena itu, jika pasokan di pasar renminbi luar negeri meningkat, tentu saja, ada tekanan terhadap penurunan nilai tukar renminbi”.
Bank Sentral Ceko baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menjual seluruh obligasi RMB senilai lebih dari CZK. 50 miliar. Data publik menunjukkan bahwa pada tahun lalu, Rusia telah menjual renminbi senilai USD. 4,5 miliar, untuk mengurangi sepertiga kepemilikan cadangan Rusia dalam mata uang renminbi. Ini merupakan transaksi penjualan renminbi terbesar yang dilakukan Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
Negara-negara lain yang telah menandatangani mekanisme pertukaran mata uang dengan Partai Komunis Tiongkok, seperti Brasil dan Argentina, juga menukarkan cadangan renminbi mereka dengan dolar AS atau emas. Dengan meningkatnya jumlah renminbi di pasar luar negeri, menyebabkan nilai tukar renminbi jatuh.
Analisis : Memang Niat PKT Mendevaluasi Mata Uangnya
Pada 8 September, Bank Sentral Tiongkok menetapkan kurs tengah RMB dalam negeri terhadap dolar AS yakni USD. 1,- = RMB. 7.215 yang merupakan kurs tengah terendah tahun ini. The Wall Street Journal mengutip analisis dari Ken Cheung, kepala strategi valuta asing Asia di Mizuho Bank memberitakan, bahwa tampaknya Bank Sentral Tiongkok membiarkan renminbi terdepresiasi lebih lanjut “sepanjang dalam tingkat depresiasi yang moderat”.
Profesor Frank Tian Xie dari Aiken School of Business di Universitas South Carolina dalam artikelnya yang dipublikasikan oleh “Epoch Times” pada 24 Agustus menunjukkan, bahwa ada 3 alasan utama mengapa PKT tidak berani membiarkan renminbi terdepresiasi. Pertama, otoritas PKT takut kehilangan muka, karena hal ini akan membuat masyarakat berpikir bahwa PKT tidak mampu mengatur negara dan tidak mampu melakukan pekerjaan dengan baik di bidang perekonomian. Satu-satunya legitimasi pemerintahan komunis bisa lenyap karenanya.
Kedua, PKT takut kebohongannya terungkap. Karena Partai Komunis Tiongkok selalu membual tentang betapa bagusnya perekonomiannya dan betapa kuatnya Tiongkok, jika renminbi terdepresiasi secara signifikan, maka kebohongan Partai Komunis Tiongkok akan terungkap. Oleh karena itu, Rezim PKT tidak berani membiarkan RMB terdepresiasi terlalu banyak atau terlalu cepat.
Ketiga, mitra dagang Tiongkok mungkin tidak setuju. Misalnya, Amerika Serikat mungkin tidak puas dan menuduh PKT sengaja mendevaluasi RMB untuk mendorong ekspor, secara sepihak menciptakan surplus perdagangan, dan mengambil keuntungan dari mitra dagangnya.
Keempat, depresiasi mata uang akan meningkatkan ekspor, produk impor akan menjadi lebih mahal, sehingga impor berkurang, dan surplus perdagangan jangka panjang akan menimbulkan ketidakpuasan antar negara. Selain itu, impor tahunan Tiongkok atas produk medis, semikonduktor, energi, makanan, komputer, teknologi tinggi, dll. juga akan sangat terbebani oleh depresiasinya mata uang Tiongkok, sehingga otoritas PKT tidak berani membiarkan RMB terdepresiasi secara signifikan.
“RMB Dipastikan Akan Semakin Terdepresiasi, Tidak Ada Jalan Lain”
Frank Tian Xie menunjukkan, saat ini perekonomian Tiongkok sedang mengalami resesi, semua industri tertekan, angka pengangguran meningkat, pasar produk ekspor Tiongkok menyusut tajam, sehingga ekspor pun menurun. Pada saat ini, menurut hukum ekonomi normal, tidak mungkin terjadi apresiasi renminbi.
“Ditambah lagi dengan otoritas PKT terus mencetak uang, dan menggelontorkan uang ke pasar secara berlebihan, RMB hanya akan menurun, menurun, dan terus menurun. Artinya, renminbi dipastikan akan semakin terdepresiasi. Tidak ada jalan lain”. Frank Tian Xie mengatakan bahwa perekonomian Tiongkok yang terus menurun dan renminbi yang terus terdepresiasi. Ini adalah akibat alami dan otomatis dari hukum ekonomi, dan juga merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh Partai Komunis Tiongkok. (sin)