Mark Space
Pada 13 September dini hari Ukraina menggunakan 10 unit rudal dan 3 unit kapal nirawak melancarkan serangan terhadap galangan kapal di kota terbesar Semenanjung Krimea yaitu Sevastopol, dan berhasil menyasar telak dua unit kapal perang yang sedang dalam perawatan, yakni kapal angkut pendaratan Minsk kelas Ropucha, dan kapal selam kelas Kilo yang bertenaga konvensional yakni Rostov-on-Don yang nilai pembuatannya sebesar 300 juta dolar AS (4,6 triliun rupiah, status kurs per 18/9) meledak dan terbakar, ini adalah kapal selam Rusia yang pertama diserang sejak perang dimulai pada Februari tahun lalu, dan posisi diserang adalah di darat.
Keesokan harinya 14 September, pasukan Ukraina kembali menyerang sistem pertahanan udara Krimea dengan pesawat nirawak dan rudal Neptune, berhasil menghancurkan sistem pertahanan udara S-400, membuat kekuatan pertahanan udara Rusia kembali mengalami kerugian.
Foto satelit menunjukkan, serangan Ukraina terhadap galangan kapal itu sangat berhasil, kapal angkut pendaratan dan kapal selam itu sudah dapat dipastikan rusak berat. Setelah kehilangan kedua unit kapal militer tersebut, kemampuan pasokan logistik dan daya tempur jarak jauh pasukan Rusia pun turut terdampak serius.
Kapal selam Rostov-on-Don adalah kapal selam bertenaga konvensional kelas Kilo, baru mulai berdinas sejak 2014. Armada Laut Hitam Rusia memiliki 7 unit kapal selam, semuanya kelas Kilo, tapi ada 1 unit yang sejak 2022 selalu berada di Laut Mediterania, tidak berada di Laut Hitam, oleh sebab itu Rusia hanya memiliki 6 unit kapal selam di Laut Hitam.
Setelah melakukan invasi berskala penuh terhadap Ukraina, fungsi utama kapal selam pada Armada Laut Hitam Rusia sudah bukan lagi anti kapal selam dan anti kapal lagi, karena AL Ukraina sudah tidak memiliki armada kapal perang yang memadai. Sebaliknya kapal selam Rusia telah berubah menjadi platform angkut rudal jelajah 3M-54 Kaliber penuh waktu, dan telah menjadi profesional dalam serangan terhadap darat.
Sementara kapal angkut pendaratan telah menjadi alat transportasi logistik yang sangat penting bagi pasukan Rusia. Karena pasukan Ukraina telah menerobos garis pertahanan pertama, sehingga jaraknya semakin dekat dengan Krimea dan pesisir Laut Azov, banyak jalur perbekalan darat sudah tidak dapat digunakan lagi, atau menjadi sangat berbahaya, jumlah pasokan perbekalan darat pun berkurang drastis, dengan demikian angkutan logistik lewat laut dengan kapal pendaratan bagi garis perang di selatan dan timur pun menjadi semakin penting.
Kapal angkut kelas Ropucha yang dimiliki Armada Laut Hitam hanya ada 4 unit, dengan standar isi tolak 2.812 ton, dan berat benaman lebih dari 4.000 ton, kali ini Ukraina berhasil menghancurkan satu unit kapal angkut pendaratan bisa dibilang adalah sebuah kemenangan besar bagi mereka, serta mengikis pasokan perbekalan tentara Rusia, hal itu setara dengan mengurangi jumlah korban tewas dan cedera di pihak sendiri.
Dalam serangan terhadap Krimea belum lama ini, selain pesawat nirawak, rudal Neptune telah memainkan peran penyerangan yang utama, membuat taktik perang Ukraina menjadi lebih fleksibel.
Media massa Ukraina memberitakan, pada 14 September, serdadu Ukraina menggunakan pesawat drone menghancurkan radar pada sistem pertahanan udara S-400, lalu menembakkan dua buah rudal Neptune untuk menghancurkan sistem pertahanan udara S-400 itu secara tuntas.
Media massa AS menilai Neptune telah meraih “lompatan teknologi yang besar”, seharusnya karena mendapat sejumlah cip yang krusial, tidak hanya menjadikannya memiliki sistem pandu berbasis GPS, juga mempunyai sistem pelacak citra inframerah (IIR Seeker System, red.), di samping itu jarak tembaknya juga telah meningkat. Menurut pejabat Ukraina yang dirahasiakan namanya, rudal Neptune setelah dimodifikasi masih menggunakan peluncur yang sama dengan sebelumnya, jangkauan tembak dari 280 km meningkat menjadi 400 km, dan bobot angkutnya juga meningkat hingga 350 kg, bisa dibilang merupakan metode penyerangan jarak jauh paling kuat dengan jangkauan terjauh yang dimiliki Ukraina saat ini. (sud/whs)