EtIndonesi. Bagi seorang yang hidup dengan menjual bakpao, baginya setiap hari dia akan melakukan rutinitas yang sama, mengukus dan menunggu pelanggan datang. Tidak ada yang berbeda sampai seorang gadis datang ke kiosnya pada suatu hari.
Ketika seorang anak gadis yang mungkin berusia antara lima atau enam tahun datang ke kiosnya untuk pertama kalinya, penjual bakpao itu menganggap gadis kecil itu seperti pelanggan mereka yang lain.
Namun, penjual bakpao itu terkejut ketika gadis itu membayar bakpaonya yang dibeli dengan uang palsu.
Awalnya penjual itu mengira gadis kecil itu hanya ingin bercanda dengannya dan membiarkannya mengambil bakpao karena harganya tidak begitu mahal.
Namun, penjual bakpao mulai curiga ketika gadis itu masih menggunakan uang palsu untuk membeli bakpao dalam beberapa hari kemudian.
Karena rasa penasarannya, penjual bakpao itu memutuskan untuk mengikuti gadis kecil itu pulang. Dia ingin melihat apakah gadis-gadis itu naif atau nakal.
Penjual itu mengikuti gadis itu ke sebuah rumah kecil yang usang di mana seorang wanita di kursi roda duduk di luar rumah. Dia sepertinya sedang menunggu kepulangan anak gadisnya itu.
“Bu, aku pulang! Ini bakpao yang ibu suka,” kata gadis itu kepada wanita di kursi roda dengan nada ceria sambil mengulurkan bakpao yang telah dibelinya.
Rupanya, wanita itu adalah ibu dari gadis itu dan hidup berdua dengan anaknya itu sejak kepergian suaminya setahun yang lalu.
Karena sang ibu tidak bisa bergerak tanpa kursi roda, dia sepenuhnya tergantung pada gadis kecilnya itu.
Penjual bakpao bertemu dengan ibu itu dan mendapati bahwa gadis kecil itu menghidupi keluarganya dengan menjual barang-barang daur ulang seperti plastik dan kertas.
Penjual bakpao itu terpaksa memberi tahu wanita itu bahwa anak itu sering membayar bakpao yang dibeli dengan uang palsu.
Barulah wanita itu tahu rupa-rupanya putrinya selama ini telah ditipu oleh pedagang pengumpul barang-barang daur ulang dengan memberi mereka dengan uang palsu.
Wanita itu meminta maaf kepada penjual bakpao karena tidak mengetahuinya dan memintanya untuk tidak melaporkan ke polisi.
“Saya minta maaf atas kelakuan anak saya, Tuan. Dia hanyalah seorang gadis kecil yang tidak tahu apakah uang itu palsu atau tidak. Tolong jangan tangkap kami. Kami bukan orang setempat dan kami tidak punya kerabat atau teman di sini. “
Ketika penjual bakpao mengetahui yang sebenarnya, dia perlu melakukan sesuatu untuk ibu dan anak itu. Dia kemudian mengeluarkan dompet dan memberikan semua uang tunai yang dia miliki kepadanya.
“Beritahu anak gadismu untuk datang ke kios saya setiap kali dia ingin bakpao,” kata penjual bakpao kepada wanita itu.
“Dapatkan pengobatan dan ketika Anda merasa lebih baik, temui saya. Meskipun Anda tidak bisa bergerak dengan bebas tetapi saya bisa memberi Anda pekerjaan yang tepat. “
Wanita itu tidak bisa menahan diri dan menangis begitu dia mendengar kata-kata penjual bakpao itu yang dengan tulus membantu keluarganya.
Bagi penjual bampao, dia lega bisa membantu gadis itu dan ibunya. Dia juga memutuskan untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada pihak berwenang tentang pengumpul barang daur ulang yang telah menipu gadis kecil itu.
Semoga kebaikan penjual bakpao bisa mengubah nasib keluarga kecil itu dan memberi mereka kehidupan yang lebih baik.(yant)