EtIndonesia. Namaku Lily dan aku berusia 32 tahun, dan suamiku Wenkai. Kami diperkenalkan oleh seorang teman saat itu. Setelah menikah, aku pikir keluarga kami akan hidup bahagia, tetapi saat pernikahan kami berusia 3 tahun, suamiku meninggal karena kanker paru-paru.
Saat itu, aku sudah memiliki seorang putra, dan untuk menghidupi putraku, aku pergi bekerja di kota lain.
Aku menitipkan putraku yang berusia 2 tahun kepada kakak iparku. Setiap bulan, aku secara teratur mengirimkan 6 juta yuan untuk pengeluaran rumah tangga.
Sejak aku kerja di kota, hanya ibu mertua dan kakak ipar perempuan yang tersisa di rumah. Tapi kakak iparku kondisinya lemah karena sakit, dan meskipun sudah sembuh, dia tidak bisa bekerja berat.
Jadi hanya aku yang memikul tanggung jawab keluarga dan mendapatkan uang untuk menghidupi seluruh keluarga.
Saat bekerja di kota aku bertemu Ah Sheng , dan aku telah bersamanya selama lebih dari setengah tahun. Aku tidak berani mengungkapkan hal ini kepada ibu mertua dan kakak iparku, tetapi aku mengatakan terus terang kepada Ah Sheng bahwa aku sudah pernah menikah dan memiliki seorang putra. Yang mengejutkanku, dia tidak keberatan sama sekali dengan statusku yang janda dengan satu anak, dan masih mau menerimaku.
Setelah itu, Ah Sheng dan aku memutuskan untuk menikah, tetapi dengan syarat dia akan menerima putraku.
Pada saat itu, aku pulang untuk mengunjungi putraku, dan memberi tahu ibu mertua dan kakak ipar bahwa aku akan menikah. Tetapi ketika ibu mertua mendengar bahwa aku akan menikah, dia memarahi aku karena tidak menjadi seorang wanita yang setia.
Tetapi tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti tentang nasib, atau mungkin Tuhan mengasihaniku, sehingga aku dapat menemukan pendamping lain untuk membantu hidupku.
Pada saat itu, aku memberi kakak iparku 200 juta untuk berterima kasih atas kebaikannya dalam merawat putraku selama bertahun-tahun.
Meskipun aku akan menikah, aku masih akan mengunjungi ibu mertua dari waktu ke waktu.
Malam itu aku membujuk putraku untuk tidur, tetapi dia menatapku dengan tatapan aneh.
Di tengah malam, putraku menangis, dan terus berteriak minta kakak iparku untuk memeluknya. Aku sedikit marah, bagaimanapun juga, aku ibunya! Mengapa anakku begitu asing denganku?
Kemudian, putraku berkata: “Kamu bukan ibuku, dan bukan kamu yang bersamaku ketika aku sedih!”
Aku menangis ketika mendengar apa yang dikatakan putraku.
Tiba-tiba aku tersadar bahwa aku tidak berada di sisi putraku selama bertahun-tahun!
Tidak mudah bagiku sebagai ibu tunggal untuk mengurus seluruh keluarga, apa yang harus aku lakukan? (yn)
Sumber: hker.life