Zhou Xiaohui
Tanggal 18 Desember lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan strategi keamanan nasional, sebagai gambaran cetak biru masa depan Amerika dalam hal kebijakan militer dan diplomatik AS, anggaran belanja pertahanan, negosiasi dagang dan kerjasama internasional.
Di antaranya juga disebutkan oleh Trump : “RRT dan Rusia menantang kekuatan, pengaruh dan kepentingan Amerika, juga berupaya mengikis keamanan dan kemakmuran AS.
Mereka bertekad untuk membuat ekonomi tidak adil dan tidak bebas, memperkuat militer, mengendalikan data dan informasi untuk menekan masyarakatnya sendiri dan untuk memperluas pengaruh mereka.”
Ketika berbicara lebih konkrit tentang bagaimana Republik Rakyat Tiongkok “membuat perekonomian menjadi tidak adil dan tidak bebas”, Trump menekankan beberapa poin berikut:
Pertama, mencuri kekayaan intelek dari AS yang bernilai ratusan milyar USD. Mencuri teknologi yang dipatenkan dan ide awal untuk bersaing secara tidak adil dengan hasil penemuan masyarakat bebas.
Kedua, menggunakan cara yang rumit mengikis perdagangan dan perekonomian AS, ini merupakan satu sisi dari perang dagang online dan perilaku tak terpuji lainnya.
Ketiga, memanfaatkan transaksi dan relasi yang pada dasarnya legal untuk memasuki sejumlah bidang, mendekati para pakar dan pabrik produsen yang bisa diandalkan untuk mengisi kekurangan pada kemampuan mereka untuk melemahkan daya saing AS dalam jangka waktu panjang.
Tidak sulit dilihat, yang disampaikan oleh Trump adalah rasa tidak puas yang begitu kuat terhadap PKT selama ini dengan kebijakan merkantilisme-nya, walaupun tidak secara detil metode dan caranya, tapi pada buku karya seseorang yang dipercaya Trump yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi Dagang Nasional Gedung Putih yakni Peter Navarro yang berjudul “Death by China”.
Di buku ini secara jelas memaparkan lebih dari setengah keunggulan daya saing RRT adalah berasal dari delapan ‘senjata’ tersebut — walaupun dalam peraturan yang wajar suatu perdagangan bebas, setiap senjata itu telah secara jelas dilarang.
Kedelapan senjata tersebut adalah :
1.Jaringan subsidi ilegal ekspor yang dirancang seksama. Setiap barang yang diekspor oleh perusahaan RRT ke Amerika akan mendapat subsidi yang setimpal, dan jika mendapat keuntungan perusahaan tersebut juga akan mendapatkan pengurangan pajak penghasilan dan pajak harta.
Perusahaan di RRT selamanya tidak perlu cemas pesaing dari Amerika akan menyerang mereka di kandangnya sendiri. Dan yang lebih krusial adalah, jika perusahaan asing ingin menjual produknya di pasar Tiongkok, mereka akan dipaksa untuk membuka pabrik dan tokonya di RRT, dengan warga RRT sebagai rekan dagangnya.
Disaat PKT bergabung dengan WTO di tahun 2001, pernah berjanji akan segera menghapus subsidi ilegal dan cara perdagangan yang tidak adil itu, namun hingga saat ini tidak pernah dilakukan. Subsidi ekspor ilegal dalam jumlah sangat besar masih terus berlanjut dan telah memukul sejumlah industri penting di Amerika Utara seperti besi baja, petrokimia, pembuatan kertas, semi konduktor, kayu lapis dan permesinan, dan semua industri ini menciptakan tingkat pengangguran yang sangat besar di AS.
2. Pengendalian dan pengecilan nilai tukar mata uang. Mata uang RMB dikecilkan nilainya sampai sekitar 40%. Ini berarti dari setiap barang yang dijual RRT seharga USD 1 ke dalam pasar AS, produsen di RRT hanya perlu membayar sebesar 60 sen. Ini adalah suatu subsidi yang sangat besar. Begitu pun jika perusahaan AS menjual produk seharga USD 1 ke pasar RRT, maka uang yang dibayarnya akan lebih dari USD 1. Dan selain pajak tidak langsung ini, perusahaan AS masih harus membayar lagi bea masuk sebesar 30%.
3. Meniru secara terang-terangan, membajak dan mencuri kekayaan intelektual milik Amerika.
4. Tanpa pikir panjang demi meraih keunggulan biaya produksi yang hanya murah beberapa dolar, PKT secara besar-besaran merusak lingkungan, tidak memakai perlengkapan pembersihan, dengan pencemaran yang lebih banyak untuk mendapatkan biaya yang lebih rendah.
Seperti perusahaan sekelas Dow Chemical dan perusahaan besi baja AS, biaya mereka dalam hal perlindungan lingkungan hidup, adalah sekitar sepuluh kali lipat dibandingkan perusahaan petrokimia dan besi baja RRT.
RRT yang mendorong ekspor dengan lingkungan yang tercemar, telah menyebabkan dampak sebagai berikut: dalam 30 tahun terakhir ini, hal ini tidak hanya membuat RRT menjadi pabrik dunia, tapi juga membuat RRT menjadi ‘negara yang paling tercemar di atas planet ini’.
5. Standar kesehatan pekerja yang sangat longgar dan jauh di bawah kriteria keselamatan kerja internasional, membuat banyak pekerja menderita penyakit pneumoconiosis, cacat fisik, serta berbagai jenis penyakit kanker.
Hanya di tambang batu bara saja, setiap tahun terdapat puluhan ribu pekerja tambang meninggal dunia. Dibandingkan dengan AS, setiap tahun hanya kurang dari 50 orang meninggal dunia.
6. Bea masuk ilegal, pembatasan kuota dan pembatasan ekspor bahan baku utama mulai dari antimony sampai zinc, untuk menguasai industri metalurgi dan industri berat di seluruh dunia, sebagai kebijakan yang strategis.
Tidak diragukan lagi, pembatasan ekspor bahan baku tersebut telah menaikkan biaya, ini membuat produsen di negara lain terkikis daya saingnya. Sementara WTO secara jelas telah melarang “pembatasan ekspor” seperti ini, adalah karena “pembatasan ekspor” dapat menyebabkan keunggulan dagang yang tidak adil, namun RRT sama sekali tidak peduli.
Baik Amerika maupun Eropa belum pernah ada yang memaksakan pembatasan yang spesial seperti ini, sedangkan PKT yang menganut sistem dagang proteksionisme telah menggunakan metode pembatasan ilegal ini sebagai cara untuk lebih kuat menguasai industri metalurgi dan industri berat dunia.
7. Penetapan harga yang bersifat merampas dan politik “dumping”, membuat negara pesaing lain tersingkir dari bursa sumber daya, lalu menipu konsumen dengan harga monopoli.
Seperti tanah langka (rare earth) yang berperan penting dalam teknologi tinggi. Walaupun telah menguasai sekitar 1/3 cadangan tanah langka di seluruh pasaran dunia, namun kapasitas produksinya mencapai 90% dunia.
Belasan tahun silam, PKT menginvestasikan dana besar untuk mensubsidi produksi tanah langka, lalu melakukan dumping di seluruh dunia, walhasil harga di pasaran dunia pun ditekan rendah, membuat harga di pasar internasional jauh lebih rendah daripada biaya produksi yang sebenarnya, akhirnya negara pesaing lain pun terdepak dari pasar.
Perusahaan Molly Mining Company AS yang pernah dijuluki “Raja Tanah Langka” adalah salah satu korbannya, di tahun 2002 mereka terpaksa menutup tambangnya. Setelah itu, PKT mulai menaikkan harga tanah langka secara gila-gilaan.
8. Paham “Proteksionisme Tembok Besar” ala PKT membuat semua pesaing asing tidak mampu mendirikan toko di RRT.
Seperti yang dikatakan Peter Navarro di bukunya (Death by China), kebijakan merkantilisme PKT dan kebijakan proteksionisme terhadap industri RRT sendiri sebagai sasaran strategisnya, sedang memengaruhi dunia dengan “senjata” di atas, menyusup ke pasar seluruh dunia dan menaklukkan dunia Barat, di Amerika, senjata ini telah menyebabkan ribuan perusahaan gulung tikar, jutaan pekerja AS menjadi pengangguran.
Kini, seorang Presiden Trump yang ingin membuat AS kembanli kuat, yang telah mengenali ancaman PKT terhadap perdagangan dunia, telah memilih untuk menyuarakan, akan memerangi perdagangan tidak adil ini, dan ini berarti di tahun 2018 AS akan mengambil sejumlah tindakan untuk mengubah situasi ini, perdagangan AS-RRT ditakdirkan akan mengalami banyak liku-liku, dan bagi pemerintahan Beijing yang sudah dililit banyak masalah ini, situasi ini akan semakin menyulitkan.
(SUD/WHS/asr)
Sumber : Epochtimes.com