EtIndonesia. Pada dahulu kala di daratan Tiongkok, ada seorang tukang jagal bernama Lao Cai, dan sudah berapa banyak hewan yang mati setiap tahun di tangannya.
Pada hari itu, tetangganya, Lao Wang membawa seekor anjing hitam ke rumah Lao Cai. Anjing itu tidak terlihat seperti anjing rumahan.
Lao Wang mengatakan bahwa dia telah menangkap seekor anjing di pegunungan dan meminta Lao Cai untuk memotongnya, Dia berjanji untuk memberikan kaki anjing kepada Lao Cai sebagai imbalannya.
Pada hari itu, Lao Cai harus pergi ke desa tetangga untuk menyembelih sapi, jadi dia akan kembali sore hari untuk memotong anjing hitam itu. Jadi, anjing hitam itu dia kurung di dalam kandang di rumahnya.
Saat sore hari Lao Cai pulang ke rumah, dia ngobrol sebentar dengan istrinya, dan kemudian akan menyembelih anjing itu.
Anjing itu memiliki bulu hitam di sekujur tubuh, dengan bulu putih di tengah di antara kedua matanya, yang terlihat seperti tiga mata.
Lao Cai mengasah pisaunya dan kemudian mengeluarkan anjing dari kandang untuk disembelih. Biasanya saat anjing akan disembelih, mereka akan meronta dan menggonggong dengan keras.
Namun, anjing hitam itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun, namun menatap tajam Lao Cai dengan dua matanya yang besar. Meski merasa aneh, Lao Cai tetap ingin menyembelihnya.
“Tunggu sebentar,” tiba-tiba istri Lao Cai, Su, keluar rumah dan meminta suaminya untuk menghentikan menyembelih anjing itu.
Su mendekat dan mengamati anjing hitam itu dengan teliti, dan dia melihat bahwa perutnya sedikit membengkak. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh perut anjing itu beberapa kali.
“Anjing ini hamil, jangan disembelih,” kata Su pada suaminya.
Lao Cai dan Su telah menikah selama lebih dari sepuluh tahun, dan mereka masih belum memiliki anak pada usianya hampir 40 tahun.
Ini sangat menyakitkan bagi suami istri tersebut, dan penduduk desa secara diam-diam mempergunjingkan mereka.
Ketika Su melihat bahwa anjing hitam itu hamil, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan dirinya sendiri, merasa bahwa dia lebih rendah dari seekor anjing, dan hatinya benar-benar sakit.
Lao Cai menghela nafas, membawa anjing hitam itu ke pinggir hutan, melepaskan talinya dan berkata kepada anjing hitam itu, : “Ayo pergi.”
Malam harinya, Lao Wang datang untuk mengambil daging anjing itu. Lao cai mengatakan pada Lao wang bahwa anjingnya telah lepas dan kabur, dan dia meminta maaf dan memberi kompensasi kepada Lao wang dengan sebotol anggur tua.
Pada tahun kedua Festival Yuan, seorang pendeta Tao berkeliling melewati rumah Lao Cai untuk meminta air.
Setelah meminum air, pendeta Tao tua itu berkata kepada Lao Cai,: “Melihat wajahmu, kamu masih belum memiliki anak, kan?”
Lao Cai mengangguk, dan pendeta Tao itu berkata lagi,: “Kamu memiliki banyak roh jahat di tubuhmu, ini mungkin terdengar aneh, namun di tubuhmu memang ada roh jahat itu!”
Lao Cai kaget ketika mendengarnya, dan buru-buru berlutut dan meminta pendeta Tao itu memberikan solusi untuk itu.
Pendeta Tao itu berkata bahwa itu karena Lao Cai telah membunuh terlalu banyak makhluk dalam hidupnya, dan sekarang dia dikelilingi oleh roh jahat. Jika dia tidak segera menghentikan pekerjaannya, keluarganya akan hancur ketika dia tua.
Pendeta Tao itu meminta pada Lao Cai, saat itu juga untuk tidak lagi membunuh hewan. Dia juga meminta Lao Cai membakar dupa dan mandi dengan abu dupa setiap hari selama tiga bulan untuk menyucikan roh jahat.
Menuruti permintaan pendeta Tao, Lao Cai telah berganti profesinya, suami istri itu makan makanan vegetarian setiap hari, membakar dupa dan berdoa siang dan malam, dan melakukan perbuatan baik.
Festival Pertengahan Musim Gugur tahun ini, Su merasa tidak enak badan, jadi Lao Cai memintanya untuk pergi ke dokter. Ternyata Su hamil, yang menyebabkan reaksi alami tubuh. Pasangan itu pun menganggap pendeta Tao tersebut sebagai penolongnya.
Kelahiran bayinya akan segera tiba. Lao Cai mengundang bidan untuk tinggal di rumahnya lebih awal, dan mempersiapkan segala hal yang akan digunakan.
Pada hari itu, Su merasakan sesuatu yang berbeda di perutnya, dan bidan berkata bahwa dia akan melahirkan.
Namun setelah beberapa jam bayi itu belum juga lahir, bidan keluar dengan panik untuk memberi tahu Lao Cai bahwa distosia (gangguan persalinan) akan mengancam nyawa istrinya, jadi Lao Cai harus siap dengan hal yang terburuk.
Lao Cai basah oleh keringat dingin pada saat itu, hanya merasakan langit berputar, dan dia jatuh pingsan di beranda rumahnya.
Tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu, Lao Cai samar-samar mendengar gonggongan anjing, dan kemudian tangisan bayi membangunkan Lao Cai dengan agak linglung.
Bidan itu buru-buru keluar, mengabarkan kepada Lao Cai, bahwa Su melahirkan seorang anak laki-laki, ibu dan bayinya selamat.
Namun, ada sedikit keanehan di mata bidan, dia sedikit bingung dengan distosia Su tetapi ibu dan putranya baik-baik saja.
Belakangan, Lao Cai mengetahui sesuatu dari istrinya. Bahwa saat dirinya pingsan karena distosia, dia merasa seperti berada di kabut, dikelilingi oleh sekelompok anjing yang terus-menerus menyerangnya.
Saat dirinya sekarat karena kuku salah satu anjing liar, tiba-tiba seekor anjing hitam besar dengan tiga mata muncul dari kabut dan mengusir hewan-hewan itu dan menyelamatkan nyawa Su.
Setelah itu, anjing hitam itu membawa Su keluar dari kabut dan berubah menjadi orang yang tampak seperti seorang pendeta.
Setelah memberi hormat kepada Su, dia berubah menjadi kepulan asap dan menghilang. Su segera sadar dan melahirkan seorang putra.
Lao Cai dan istrinya mengerti bahwa anjing hitam yang mereka lepaskan itu yang telah menolong dan menyelamatkan nyawanya dan anaknya.
Setelah itu, pasangan tersebut melakukan perbuatan baik, mereka menjadi rumah kebaikan besar yang terkenal di daerah setempat.
Anak laki-lakinya setelah dewasa kemudian menikah dengan seorang istri yang baik dan memiliki empat putra, dikelilingi oleh anak dan cucu, Lao Cai dan Su, menikmati kebahagiaan di hari tuanya.(lidy/yn)