Intelijen : Suriah Setuju untuk Memasok Sistem Pertahanan Udara Buatan Rusia ke Hizbullah

oleh Li Zhaoxi

Konflik antara Israel dan Hizbullah, sekutu Hamas semakin meruncing. Pada Kamis (2 November), Hizbullah mengklaim telah melancarkan serangan terhadap 19 front Israel dalam waktu bersamaan. Dan Israel menyebutnya “serangan luas ” sebagai tanggapan.

Menurut informasi yang diberikan oleh 2 orang sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada CNN, bahwa dari intelijen yang diperoleh Amerika Serikat diketahui Presiden Suriah Bashar al-Assad telah setuju untuk memberikan sistem rudal anti-pesawat Pantsir-S1 buatan Rusia (Nama Kode NATO : SA -22 “Anjing Greyhound”) kepada kelompok militan Hizbullah Lebanon.

Sumber tersebut mengatakan bahwa Wagner Group, sebuah organisasi tentara bayaran Rusia yang beroperasi di Suriah, bertanggung jawab atas pengiriman SA-22. Tidak jelas apakah sudah dikirimkan atau seberapa cepat akan dikirimkan. Sistem ini awalnya diperoleh pemerintah Suriah dari Rusia.

Hizbullah mungkin akan segera memiliki sistem pertahanan udara baru. Salah satu sumber mengatakan bahwa Amerika Serikat telah memantau pergerakan terbaru dalam sistem tersebut.

Seiring dengan meningkatnya situasi ketegangan, masyarakat khawatir dengan terbentuknya front perang baru di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon. Amerika Serikat telah berulang kali memperingatkan Hizbullah dan kelompok lain yang didukung Iran untuk tidak terlibat dalam konflik tersebut, juga telah mengerahkan kapal induk serta pasukan ke wilayah tersebut sebagai tindakan pencegahan.

Hizbullah yang didukung Iran telah memerangi pasukan Israel di perbatasan Lebanon dalam beberapa pekan terakhir, namun belum menyatakan perang terhadap Israel. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tetap bungkam. Dia dijadwalkan untuk menyampaikan pidato penting pada 3 November, dan para pejabat intelijen akan memperhatikan dengan cermat sinyal-sinyal yang dia sampaikan tentang perang tersebut.

Filippo Dionigi, dosen senior politik dan hubungan internasional di Universitas Bristol yang mempelajari urusan Timur Tengah, mengatakan bahwa perlu kita nantikan apakah pidatonya dapat menandai titik balik dalam eskalasi konflik di tingkat regional.

Meskipun Hizbullah memiliki sikap yang sama dengan Hamas terhadap Israel, kedua kelompok tersebut tidak selalu berpandangan sama dan terkadang memiliki tujuan dan pertimbangan politik yang sangat berbeda.

“Orang-orang cenderung melebih-lebihkan tingkat koordinasi antara Hamas dengan Hizbullah”, kata Filippo Dionigi. “Mereka sekarang adalah sekutu dan berjuang di front yang sama, namun kenyataannya adalah bahwa selama dekade terakhir, Hamas dan Hizbullah memiliki hubungan yang seperti roller coaster”.

Di Lebanon, banyak orang berpikir bahwa eskalasi perang tidak akan terjadi, karena Lebanon sedang bergulat dengan krisis ekonomi dan memulihkan luka akibat konflik tahun 2006.

Namun Iran tampaknya ingin memprovokasi konflik berskala besar. Juru bicara IDF Avichay Adraee mengatakan pada 2 November, bahwa pasukan milisi dukungan Iran yang awalnya dikerahkan di Suriah telah dipindahkan ke Lebanon selatan.

“Brigade Imam Hussein Iran yang dipimpin oleh Zulfiqar telah tiba di Lebanon selatan, menyusul serangkaian serangan Hizbullah yang gagal terhadap Israel dalam beberapa pekan terakhir,” kata Avichay Adraee dalam pernyataannya.

Dia menambahkan bahwa milisi telah terlibat dalam konfrontasi dengan Pasukan Pertahanan Israel di perbatasan Lebanon dalam beberapa pekan terakhir.

“Hizbullah dan Brigade Imam Hussein akan membuat Lebanon membayar mahal karena mendukung organisasi ekstremis Hamas. Pasukan Pertahanan Israel siap sepenuhnya menghadapi siapa pun yang mencoba untuk melemahkan kedaulatan kami di Israel utara,” tegasnya.

Pusat Penelitian Alma, yang melacak perkembangan keamanan di perbatasan utara Israel mengatakan bahwa Brigade Imam Hussein adalah milisi Syiah Irak dan diintegrasikan ke dalam Divisi Keempat tentara reguler Suriah. Wilayah aktivitas mereka adalah Damaskus.

Kabarnya, Brigade Imam Hussein pernah menyerang tentara Israel dan Amerika Serikat yang berada di Suriah. Pusat Penelitian Alma mengatakan, seluruh Divisi Keempat, yang dipimpin oleh saudara laki-laki Presiden Suriah Bashar al-Assad, telah berkembang menjadi perwakilan Iran, yang langsung melapor ke Pasukan Quds (Quds Force), pasukan ekspedisi Korps Garda Revolusi Iran.

Kabarnya, Brigade Imam Hussein juga dilengkapi dengan amunisi berpemandu presisi serta drone bersenjata, drone pengintai, serta memiliki unit tempur, pasukan khusus, dan unit logistik. Unit tempurnya terdiri dari ribuan orang pejuang yang sebagian besar adalah warga Suriah. (sin)

FOKUS DUNIA

NEWS