EtIndonesia. Sindrom nasi goreng menjadi trending di media sosial setelah kematian yang terjadi 15 tahun lalu muncul kembali di internet.
Seorang pengguna TikTok, @ jpall20, memposting video viral yang menyoroti kisah seorang pemuda yang meninggal setelah makan sisa pasta berusia lima hari, tidak disimpan di lemari es. Dalam video tersebut, pengguna tersebut berkata: “Untuk semua pelajar dan penyiapan makanan di luar sana, jangan membuat makanan sendiri, masukkan ke dalam Tupperware, lalu tinggalkan di meja Anda selama seminggu.”
Journal of Clinical Microbiology pertama kali menerbitkan kasus ini pada tahun 2011. Laporan tersebut mengatakan bahwa mahasiswa Belgia berusia 20 tahun tersebut meninggal pada tahun 2008 setelah mengonsumsi spageti yang tidak didinginkan selama lima hari dengan saus tomat.
Setelah memanaskan kembali dan memakan pasta tersebut, dia menderita muntah-muntah parah dan gejala gastrointestinal. Pemuda yang sehat itu meninggal keesokan harinya. Laporan otopsi akhir mengungkapkan bahwa dia meninggal karena gagal hati akut, dan pasta yang dia makan mengandung Bacillus cereus dalam jumlah besar.
Apa itu sindrom nasi goreng?
Keracunan makanan yang disebabkan oleh Bacillus cereus disebut sindrom nasi goreng. Infeksi Bacillus cereus dapat berkembang setelah makan makanan yang dibiarkan pada suhu ruangan dalam waktu singkat, bahkan berjam-jam. Ini adalah jenis bakteri yang membentuk spora yang melepaskan racun berbahaya, kata Robert Gravani, profesor Ilmu Pangan di Cornell University, kepada TODAY.com.
Bacillus cereus tumbuh subur dalam makanan bertepung yang dimasak sebelumnya seperti nasi dan pasta. Kisaran suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah antara 40 derajat hingga 140 derajat Fahrenheit.
Nama “sindrom nasi goreng” berasal dari kasus-kasus awal yang terdokumentasi terkait dengan nasi putih yang dimasak tanpa pendingin yang digunakan untuk membuat nasi goreng di restoran.
“Pada dasarnya, adonan yang dimasak disimpan pada suhu yang tidak sesuai, cukup hangat sehingga spora dapat berkecambah dan spora tersebut menghasilkan racun yang stabil terhadap panas,” kata dr Cynthia Sears, pakar infeksi bawaan makanan dan profesor kedokteran di Universitas Johns Hopkins.
Ia menekankan bahwa memanaskan kembali makanan tidak akan membunuh atau menonaktifkan racun atau spora yang dapat membuat Anda sakit.
Gejala dan pencegahan sindrom nasi goreng
Dr. Gravani mengatakan bahwa Bacillus cereus menyebabkan dua bentuk penyakit gastrointestinal: sindrom muntah dan sindrom diare. Sindrom nasi goreng adalah tipe muntah. Waktu inkubasinya sangat singkat, dan gejalanya biasanya muncul dalam waktu satu hingga enam jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Gejala-gejala ini termasuk mual, muntah, dan sakit perut.
Untuk mencegah sindrom nasi goreng, seseorang harus memasak, mendinginkan, dan menyimpan makanan dengan benar.(yn)
Sumber: wionews