oleh Luo Tingting
Epidemi di Tiongkok masih belum mereda, banyak anak-anak terserang “paru-paru putih” yang parah dan harus menjalani tindakan “cuci paru-paru” di rumah sakit. Beberapa hari yang lalu, seorang bocah laki berusia 7 tahun di Provinsi Anhui perlu menjalani “cuci paru-paru” karena penyakitnya yang serius. Rumah Sakit Anak Provinsi Anhui mengkonfirmasi bahwa belakangan ini semakin banyak anak-anak yang terpaksa menjalani tindakan “cuci paru-paru”. Dan jumlah tertinggi “cuci paru-paru” yang dilakukan rumah sakit tersebut adalah 67 kasus dalam satu hari.
Menurut media “Dawan News”, seorang bocah laki berusia 7 tahun, Qiangqiang (nama samaran), mengalami demam dan batuk selama 6 hari, demam tinggi yang tidak kunjung turun dan tidak kunjung membaik meskipun telah dirawat di rumah sakit.
“Batuk anak saya semakin parah dan semangatnya semakin menurun,” kata ibu Qiang Qiang dengan cemas.
Kemudian, pemeriksaan di Rumah Sakit Anak Provinsi Anhui menemukan bahwa Qiangqiang menderita pneumatosis luas di bawah kulit leher, dada, dan ruang mediastinum. Pada lobus atas paru-paru kiri dan lobus bawah paru-paru kanan terdapat beberapa lesi inflamasi, dan terdapat beberapa lesi inflamasi di lobus atas paru kiri dan lobus bawah paru kanan, serta sejumlah kecil efusi pleura di sisi kiri.
Dokter meminta agar Qiangqiang bisa menjalani bronkoskopi fiberoptik, yang biasa dikenal dengan istilah “cuci paru-paru”. Karena beberapa bagian paru-paru anak tersebut telah penuh tersumbat oleh sumbat dahak (phlegm plug), yang perlu tindakan pelepasannya.
Laporan media menyebutkan bahwa kasus parah seperti yang dialami Qiangqiang bukanlah kasus tunggal. Infeksi Mycoplasma pneumoniae akhir-akhir ini sangat tinggi terjadi pada anak-anak, dan berkembang menjadi serius. Rumah Sakit Anak Provinsi Anhui telah melakukan tindakan “pencucian paru-paru” pada banyak anak.
“Kami biasanya melakukan rata-rata sekitar 10 bronkoskopi fiberoptik sehari. Baru-baru ini, kami telah melakukan rata-rata lebih dari 50 kasus sehari, yang puncaknya mencapai 67 kasus sehari,” ujar Wang Yan, kepala dokter spesialis anak bagian pernafasan rumah sakit.
Tidak hanya di Anhui, jumlah anak yang membutuhkan “cuci paru-paru” juga meningkat di tempat lain. Zhou Wei, Wakil Kepala Dokter Pediatrik Rumah Sakit Ketiga Universitas Peking, mengkonfirmasi kepada media pada 12 November : “Banyak anak dengan pneumonia mikoplasma yang menerima perawatan ‘cuci paru-paru’ pada tahun ini.”
Banyak netizen yang mengatakan bahwa menjalani tindak “cuci paru-paru” itu sangat menyakitkan, bahkan orang dewasa pun tidak tahan, apalagi anak-anak. Ada orang tua yang mengatakan : “Anak saya menjalani tindakan itu ketika berusia tiga setengah tahun. Anestesi tidak juga mengurangi sakit yang ia rasakan, sampai menangis keras dan berteriak-teriak di ruang operasi, saat keluar dari ruang tindakan itu dia terlihat sangat lemah”.
Ada video yang memperlihatkan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun asal Kota Jiaxing, Provinsi Zhejiang, terjangkit pneumonia mikoplasma pada akhir bulan lalu. Setelah 13 hari dirawat, ia masih belum kunjung membaik, sehingga dokter memintanya untuk menjalani “cuci paru-paru”. Orang tua dan anaknya mengantri di Rumah Sakit Anak Shanghai Xinhua untuk menunggu kamar perawatan di rumah sakit.
“Orang yang mengantri terlalu banyak sehingga sangat sulit untuk menemui dokter. Saya pikir itu adalah mikoplasma yang sangat sulit diobati, akibat dari banyaknya virus yang menginfeksi, termasuk influenza AB, mikoplasma, legionella pneumophila, dan bakteri lainnya”. Orang tua tersebut mengatakan bahwa kasihan sekali jika anak harus menjalai “cuci paru-paru”.
Ada pula rekaman video yang dibuat oleh dokter menyebutkan bahwa “cuci paru-paru” memerlukan anestesi umum, dan proses cuci paru juga akan menyebabkan kerusakan pada tubuh, apalagi cuci paru hanya bisa dilakukan secara bergantian, jika pencucian kedua paru dilakukan bersamaan maka pasien akan mengalami situasi seperti orang yang nyaris mati tenggelam dalam air. Biasanya “cuci paru-paru” tidak dianjurkan.
Baru-baru ini, Tiongkok mengalami tiga kali serangan virus corona baru, virus mikoplasma, dan infeksi bakteri. Banyak pasien mengalami “infeksi campuran” dan gejalanya jauh lebih serius daripada COVID-19. Mereka harus menjalani tindak “pencucian paru-paru” agar saluran pernapasan tetap terbuka.
Zhong Nanshan, seorang akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok memperingatkan pada sebuah acara kesehatan di Guangzhou pada 10 November, bahwa puncak kecil epidemi COVID-19 akan segera muncul. Sejak bulan ini hingga bulan Januari tahun depan akan terjadi lagi gelombang puncak infeksi. (sin)