“Brigade Ezzedine al-Qassam”, sayap bersenjata kelompok Hamas, menyatakan pada 13 November bahwa perjanjian pertukaran tahanan yang ditengahi oleh Qatar telah selesai selama 5 hari. Gencatan senjata tercapai, namun kesepakatan tersebut tertunda. Selain itu, Uni Eropa sebelumnya mengecam Hamas karena “menggunakan rumah sakit dan warga sipil sebagai tameng” di Gaza; tentara Israel juga mengumumkan bahwa Hamas menggunakan ruang bawah tanah rumah sakit untuk menyimpan senjata
NTD
Central News Agency Taiwan melaporkan bahwa Abu Ubaida, juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengatakan dalam file audio yang diunggah ke saluran Telegram kelompok tersebut bahwa Qatar menjadi perantara operasi untuk membebaskan 100 sandera Israel dengan imbalan 200 anak-anak Palestina dan 75 wanita ditahan di penjara Israel.
“Kami memberitahukan para mediator bahwa kami dapat membebaskan para sandera ini, tetapi hanya jika kami mendapatkan gencatan senjata selama lima hari dan mengizinkan pasokan dan bantuan kemanusiaan dikirimkan kepada kami di Jalur Gaza,” katanya dalam sebuah pernyataan audio. Namun demikian perjanjian tersebut tertunda.
Pada 12 November, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada media AS bahwa “mungkin” ada kesepakatan untuk membebaskan sandera dari Gaza, namun dia tidak memberikan rincian apapun.
Not only does a terrorist tunnel appear to lead from a Hamas terrorist's house to the Rantisi hospital, they are also right next to a school and a @UN building.
— Israel Defense Forces (@IDF) November 14, 2023
Hamas exploits the people of Gaza. https://t.co/KwmWZok54G pic.twitter.com/90CUiVr9Pi
Israel : Hamas menggunakan terowongan rumah sakit sebagai tempat persembunyian
Secara terpisah, Uni Eropa sebelumnya mengutuk “penggunaan rumah sakit dan warga sipil sebagai tameng” oleh Hamas di Gaza. Uni Eropa juga mendesak Israel untuk menunjukkan “pengendalian diri yang paling besar” untuk melindungi warga sipil dari dampak perang yang sedang berlangsung.
Seruan UE muncul ketika fasilitas medis terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, telah berulang kali menjadi sasaran.
Israel membantah sengaja menargetkan rumah sakit dan menuduh Hamas menggunakan fasilitas atau terowongan di bawahnya sebagai tempat persembunyian.
Special footage from the Rantisi hospital in Gaza – on the basement floor, a room was found with signs indicating hostages were held there, underground headquarters and a room full of weapons inside the hospital: pic.twitter.com/pDsyA1mT6T
— דובר צה״ל דניאל הגרי – Daniel Hagari (@IDFSpokesperson) November 13, 2023
Tentara Israel juga merilis video dan foto pada 13 November, yang menunjukkan senjata yang diduga disimpan oleh Hamas di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit anak-anak di Gaza, dan menyatakan bahwa tampaknya ada sandera yang ditahan di tempat kejadian.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan militer menemukan pusat komando di ruang bawah tanah Rumah Sakit Rantissi yang berisi senjata yang disimpan oleh elemen Hamas, termasuk granat dan rompi bunuh diri, serta bahan peledak lainnya. Rumah Sakit Rantissi adalah rumah sakit anak yang khusus merawat pasien kanker.
“Kami juga menemukan tanda-tanda bahwa Hamas menyandera di sana, dan saat ini sedang diselidiki, namun ada intelijen yang dapat memverifikasi hal ini,” katanya dalam briefing yang disiarkan televisi.
Setelah Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober, Israel melancarkan kampanye pemboman di Gaza. Pejabat Israel mengatakan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 240 orang disandera, termasuk orang asing dan setidaknya 30 anak di bawah umur. (Hui)