oleh Zhang Ting
Data yang dirilis oleh pemerintah Tiongkok pada Jumat (17 November) menunjukkan bahwa dalam 10 bulan pertama tahun ini, investasi asing langsung yang masuk ke Tiongkok semakin menurun. Hal ini mencerminkan bahwa meskipun Partai Komunis Tiongkok cukup gencar mempropaganda mengenai lingkungan bisnisnya yang lebih terbuka, namun hasilnya belum juga mampu menarik minat investasi asing.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok yang perhitungannya menggunakan mata uang renminbi, bahwa jumlah aktual modal asing yang digunakan dari Januari hingga Oktober tahun ini adalah RMB. 987,01 miliar, turun 9,4% YoY. Ini juga merupakan penurunan yang berlangsung selama 5 bulan berturut-turut, dan penurunannya menunjukkan semakin dalam. Sedangkan jumlah aktual modal asing yang digunakan dari bulan Januari hingga September tahun ini turun 8,4% YoY.
Dalam beberapa bulan terakhir, Partai Komunis Tiongkok telah mencoba untuk menampilkan citra ramah terhadap perusahaan asing demi memikat investasi asing kembali ke Tiongkok dengan berbagai janji. Contohnya pada Agustus, Beijing meluncurkan rencana komprehensif untuk meredakan kekhawatiran investor asing dalam berbisnis di Tiongkok, menjanjikan perlakuan pajak yang lebih baik bagi perusahaan luar negeri dan memudahkan mereka mendapatkan visa. Namun dari fenomena penurunan investasi asing yang semakin serius terlihat bahwa bisnis asing tidak lagi mudah terpengaruh oleh janji-janji Partai Komunis Tiongkok.
Dunia usaha tidak lagi terpikat oleh janji-janji Partai Komunis Tiongkok, dan kelompok-kelompok bisnis asing sudah “dibuat lelah oleh janji-janji” Partai Komunis Tiongkok, dan merasa skeptis mengenai apakah Beijing akan memberikan kebijakan dukungan yang berarti.
Jens Eskelund, Ketua Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok (EUCCC), memperingatkan Partai Komunis Tiongkok pada bulan Agustus tahun ini bahwa perusahaan-perusahaan asing di Tiongkok telah “dibuat lelah oleh janji-janji”. Dia mengatakan bahwa Kamar Dagang Uni Eropa belum melihat tanda-tanda bahwa pemerintah Tiongkok bersedia menerapkan reformasi struktural untuk mengatasi tantangan mendasar yang dihadapi perekonomian Tiongkok dan memungkinkan perusahaan asing dan swasta untuk memenuhi potensi mereka dalam mendukung perekonomian Tiongkok.
Selain “dibuat lelah oleh janji-janji”, perusahaan asing juga mempunyai insentif untuk melakukan repatriasi pendapatan karena kesenjangan suku bunga yang besar antara mata uang Tiongkok dengan mata uang Amerika Serikat, yang mungkin menjadi pendorong bagi mereka untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi di negara lain.
Goldman Sachs mengatakan, bahwa tekanan arus keluar modal bisa jadi akan berlanjut karena suku bunga renminbi terus bergerak menurun, sementara suku bunga mata uang di luar Tiongkok bergerak naik.
Bloomberg memberitakan bahwa para analis percaya data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok pada hari Jumat tidak mencakup pendapatan reinvestasi dari perusahaan asing yang ada, dan tidak terlalu fluktuatif dibandingkan dengan data direct investment liability (kewajiban investasi langsung) yang telah dirilis oleh Administrasi Valuta Asing Negara.
Kewajiban Investasi Langsung adalah indikator investasi asing langsung di Tiongkok. Awal bulan ini, data yang dirilis oleh Administrasi Valuta Asing Negara Tiongkok menunjukkan bahwa pada kuartal ketiga tahun ini, Kewajiban Investasi Langsung mengalami defisit sebesar USD. 11,8 miliar, Ini merupakan angka negatif pertama sejak tahun 1998 di mana mulai ada pencatatannya.
Sejak awal tahun ini, Partai Komunis Tiongkok dengan gencar mempromosikan perlindungan terhadap lingkungan bisnis, namun di sisi lain Partai Komunis Tiongkok juga meningkatkan penindasannya terhadap perusahaan-perusahaan asing di Tiongkok, menggerebek kantor-kantor perusahaan asing di berbagai tempat di Tiongkok, menangkap pekerja asing yang membuat investor asing enggan berinvestasi di Tiongkok.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo memperingatkan Tiongkok pada September tahun ini, bahwa perusahaan-perusahaan AS sudah hilang kesabaran dan mungkin melakukan bisnis di negara lain jika situasinya tidak membaik. Raimondo juga mengatakan bahwa selama kunjungannya ke Tiongkok, dia menyampaikan pesan kepada PKT, yakni tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata (actions speak louder than words). (sin)