Xia Yu
Setelah hilangnya kepercayaan terhadap rezim Beijing yang berjanji hendak memberikan lebih banyak bantuan guna menopang perekonomian Tiongkok yang sedang melemah, para investor asing satu per satu memilih hengkang dari bursa saham dengan menjual saham perusahaan Tiongkok. Lebih dari tiga perempat dana asing yang mengalir masuk ke pasar saham Tiongkok dalam tujuh bulan pertama tahun ini, yakni senilai lebih dari USD. 25 miliar telah ditarik kembali oleh mereka.
Aksi jual investor asing terhadap saham-saham perusahaan Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir telah membuat pembelian bersih oleh investor asing menciptakan total tahunan terendah sejak tahun 2015, yang merupakan tahun pertama terwujudnya hubungan bursa saham Shanghai dengan Hongkong (Shanghai-Hong Kong Stock Connect).
Para trader dan analis mengatakan bahwa investor institusional global menunda pembelian saham Tiongkok karena kebijakan stimulus Tiongkok yang lemah.
“Financial Times” melaporkan bahwa seorang kepala departemen perdagangan dari sebuah bank investasi Hongkong mengatakan : “(bursa saham) Jepang sangat ramai, India, Korea Selatan, dan Taiwan (juga ramai)”.
“Sekarang yang mereka (investor) pikirkan adalah ‘saya tidak perlu berada di Tiongkok, kalau saya di Tiongkok, itu akan menghambat portofolio saya’ ” ujarnya.
Pada Januari tahun ini para investor global mulai gencar membeli saham perusahaan Tiongkok, namun dalam beberapa bulan terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai krisis likuiditas di sektor real estate dan data pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang mengecewakan, dana asing terpaksa melakukan perdagangan posisi demi penarikan diri.
“Financial Times” yang melakukan perhitungan berdasarkan data dari mekanisme interkoneksi perdagangan pasar saham Hongkong memperoleh sebuah gambaran, bahwa arus masuk modal asing bersih ke pasar saham Tiongkok tahun ini telah anjlok sebesar 77%, menjadi hanya RMB. 54,7 miliar.
Penjualan saham perusahaan Tiongkok oleh investor asing telah menyebabkan indeks CSI 300 turun lebih dari 11% dalam dolar tahun ini, sementara saham acuan ekuitas di Jepang, Korea Selatan, dan India telah meningkat 8% hingga 10%.
Menurut perkiraan “Goldman Sachs”, lembaga keuangan lebih menyukai pasar India dan Korea Selatan tahun ini, dengan arus masuk bersih masing-masing sebesar USD. 12,3 miliar dan USD. 6,4 miliar. Pembelian global atas saham-saham Korea Selatan menempatkan Seoul menggapai angka tertinggi untuk arus masuk modal asing bersih sejak tahun 2019.
Pasar saham India tahun ini juga menunjukkan kinerja yang kuat, menjadi area yang menonjol bagi saham-saham Asia dan pasar negara berkembang. Penyesuaian tengah tahunan terbaru MSCI juga telah menaikkan tingkat fungsi bobot (weight function) India. Dalam “MSCI Global Emerging Markets Index” bobot India telah meningkat sebesar 0,39 dari semula 13,7% poin persentase menjadi 14,09%, menjadikan India sebagai negara dengan peningkatan fungsi bobot tertinggi.
Kenaikan saham teknologi AS baru-baru ini telah mendorong kenaikan saham semikonduktor Jepang, dan Indeks Nikkei 225 juga menunjukkan tren naik. Menurut statistik Kementerian Keuangan Jepang, hingga pekan 3 November, investor asing telah melakukan overbuying saham Jepang selama 6 minggu berturut-turut. Hingga saat ini, jumlah kumulatif dana asing yang masuk Jepang telah mencapai JPY. 3,2401 miliar. Jumlah total overbuying saham Jepang pada tahun 2023 ini telah mencapai rekor tertinggi baru dalam 10 tahun terakhir.
Di sisi lain, Partai Komunis Tiongkok telah meluncurkan serangkaian tindakan sebagai tanggapan terhadap menurunnya keinginan para investor asing, pada awal Oktober tahun ini, Central Huijin Investment Company, anak perusahaan dana kekayaan negara Tiongkok telah meningkatkan kepemilikannya pada bank-bank besar Tiongkok dan berjanji akan terus melakukan pembelian. Di sisi lain, demi membendung penurunan harga saham, pihak berwenang mengeluarkan peraturan yang melarang adanya short-selling. Namun hal ini juga gagal untuk meningkatkan sentimen pasar.
“Bloomberg” percaya bahwa tindakan apa pun yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok hanya untuk sementara waktu meringankan tekanan pada indeks acuan pasar saham utama. (sin)