Yuan Bing
Pada 14 November sore waktu setempat, pemimpin PKT Xi Jinping tiba di San Francisco, Amerika Serikat, dengan pesawat khusus.
Video memperlihatkan, saat Xi Jinping melangkah keluar dari pintu kabin pesawat, langit dipenuhi dengan awan mendung, angin pun bertiup kencang. Dengan hati-hati dan langkah tertatih, ia hendak menuruni tangga.
Seakan takut terjatuh, ia melangkah ke depan tangga, tangan kirinya memegang railing tangga, tubuhnya jelas terlihat agak oleng ke sebelah kiri.
Kedatangan Xi kali ini adalah untuk bertatap muka dengan Biden, jelas maksud kedatangannya adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup PKT yang terjebak dalam kesulitan ekonomi. Media massa partai bersorak memujanya, dan berusaha menciptakan suasana positif. Tapi baik cuaca maupun kejadian itu, atau setiap pemandangan selama kunjungan Xi di San Francisco, semuanya memperlihatkan kondisi canggung dari PKT.
Spanduk Raksasa “Jatuhkan PKT” Berkibar Di Langit San Francisco
Pada 14 November sekitar pukul 9 pagi waktu setempat, aktivis pro-demokrasi Tiongkok Zhou Fengsuo dan kawan-kawan mengatur sebuah pesawat kecil untuk mengudara dari Bandara Livermore di kawasan San Francisco Bay Area. Pesawat tersebut menarik sebuah spanduk raksasa berisikan protes sepanjang 120 kaki, dengan tulisan “jatuhkan PKT”, “bebaskan Tiongkok”, “bebaskan Hong Kong”, “bebaskan Tibet”, dan “bebaskan Uyghur”, dalam bahasa Inggris.
Di bagian bawah pesawat juga ditempatkan sebuah mobil putih kecil, di atasnya ditempatkan sebuah patung Liberty berukuran kecil, juga foto pengacara HAM Gao Zhisheng, potret pengunjuk rasa Jembatan Sitong Beijing yakni Peng Lifa, serta poster yang menyindir PKT dan lain-lain.
Pesawat unjuk rasa itu terbang melintasi langit kota Livermore, kota Haywood, kota Oakland, melewati The Bay Bridge, tiba di wilayah kota San Francisco, setelah itu melintasi langit kota San Francisco, juga Golden Gate Bridge, Bandara Internasional San Francisco, Dumbarton Bridge, dan landmark utama San Francisco, juga di atas hotel Xi bermalam, pemandangan semacam ini belum pernah terjadi di AS.
DPR AS “Unjuk Kekuatan” Pada Xi Jinping dan PKT
Ibarat gayung bersambut dengan gerakan “End CCP (Akhiri PKT)” oleh tokoh pro-demokrasi itu, Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan AS-RRT pada DPR AS secara resmi merilis laporan 2023, bertepatan dengan hari tibanya Xi Jinping di San Francisco, yang isinya adalah tinjauan sistematis AS dalam menghadapi tantangan dari PKT dan ancaman PKT terhadap keamanan AS. Laporan menekankan, saat ini PKT sedang menghadapi tantangan berat dari dalam maupun luar negeri, tapi rezim PKT tak hanya tidak ingin melakukan perubahan, bahkan makin memperbesar aksi agresifnya.
Komisi tersebut secara khusus menekankan, DPR AS seharusnya menginstruksikan Kemenhan AS agar memperluas lingkup latihan pasukan militer Taiwan sampai ke wilayah AS, untuk memastikan mereka dapat langsung menggunakan persenjataan yang dibeli dari AS begitu diserahterimakan; di saat yang sama membuat undang-undang mendirikan “center of excellence” untuk mematahkan propaganda berita palsu yang diciptakan PKT tentang Taiwan serta aksi serangan internetnya.
Selain itu, komisi juga mengusulkan pemerintah AS agar membahas soal rencana dan persiapan sanksi ekonomi terhadap PKT dengan sekutu Eropa, sebagai persiapan menghadapi krisis Selat Taiwan atau PKT menambah bantuan bagi Rusia dan lain-lain.
Di hari yang sama, senat Partai Republik anggota senior Komite Urusan Luar Negeri Senat AS asal Idaho yakni Jim Risch bersama 20 orang senat Partai Republik lainnya menyampaikan pernyataan bersama, menghimbau kedua tokoh agar “membawa hasil yang dapat dipertanggung-jawabkan.” Anggota Partai Republik tersebut mengatakan, tidak bisa mengulurkan bantuan ekonomi apapun bagi Xi Jinping. Bahkan mendesak Presiden Biden agar AS tidak mengalah sama sekali dalam kebijakan terhadap Taiwan.
Baik langsung menuding tantangan yang dihadapi PKT, maupun menghimbau agar tidak memberikan bantuan apapun bagi PKT, semua itu adalah aksi “unjuk kekuatan” dari DPR AS terhadap Xi Jinping dan PKT.
Ratusan Orang Berdemo Menantang Xi
Sebelum rombongan PKT tiba di San Francisco, berbagai aksi unjuk rasa telah mulai digelar. Setelah tibanya Xi Jinping, aksi unjuk rasa pun terus membayanginya.
Pada 15 November pagi, Biden dan Xi Jinping bertemu di Filoli Estate, aktivis pro-demokrasi, warga petisi, kelompok anggota keagamaan berkumpul di sepanjang jalan hingga sejauh 2 mil dari Filoli Estate, di lokasi terdapat lima hingga enam ratus pemrotes membawa spanduk beraneka warna, sembari meneriakkan “hancurkan partai komunis!”, dan “lengserkan Xi Jinping!”.
Di antara mereka turut hadir pula istri pengacara kondang Gao Zhisheng yakni Geng He. Wartawan VoA melakukan wawancara terhadap Nyonya Geng He, dia “memprotes Xi Jinping”, juga “memprotes PKT”, adalah cakar dan taring Xi Jinping yang telah melakukan penganiayaan terhadap HAM di Tiongkok, terhadap Falun Gong, juga terhadap umat Nasrani di Tiongkok.
Tokoh aktivis pro-demokrasi Wang Dan yang ikut berunjuk rasa setelah kegiatan menulis di platform media sosial X mengatakan: “Rombongan kendaraan Xi Jinping berlalu di kejauhan, tapi saya yakin, suara dari ratusan orang yang berteriak ‘lengserkan Xi Jinping!’, ‘enyahkan Xi Jinping’, pasti terdengar olehnya.”
Biden Mengulang Lagi: Xi Jinping Adalah Diktator
Awalnya PKT berharap saat Xi Jinping tiba di AS kali ini, Biden sendiri yang akan menyambutnya di bandara, dan kedua pemimpin negara itu akan berfoto bersama tanpa didampingi staf lainnya, agar bisa memperlihatkan “hubungan pribadi” keduanya, lalu memanfaatkan momentum itu untuk menunjukkan kepada warga Tiongkok, bahwa Xi Jinping mendapat perlakuan terhormat dari Biden, kedua pemimpin yang berkomunikasi berlandaskan hubungan individu akan jauh melampaui jabat tangan formalitas di depan sederetan bendera di ruang rapat.
Tapi ternyata, bukan hanya Biden tidak menyambut kedatangannya, bahkan Menlu Blinken pun tidak hadir. Selain itu, pada saat Xi Jinping turun dari pesawat, di bawah tangga pesawat dan apron pun tidak digelar karpet merah, sangat berbeda dengan kunjungannya ke AS dahulu. Yang menyambut dirinya hanya Menkeu AS Janet Yellen, Gubernur California Gavin Newsom, dan Dubes AS untuk Tiongkok yakni Robert N. Burns.
Yang lebih memalukan bagi PKT adalah, pada 15 November sore, Biden menggelar konferensi pers seorang diri tanpa Xi Jinping, pada akhir konferensi pers tersebut saat ditanya wartawan apakah masih beranggapan Xi Jinping adalah diktator. Biden dengan jelas menjawab, “Betul.”
Biden berkata kepada para insan pers: “Betul, ia adalah diktator, karena negara yang dipimpinnya adalah negara dengan system komunisme, sistem pemerintahannya tentu sangat berbeda dengan kita.”
Di saat berpidato dalam kegiatan menggalang dana di California pada 20 Juni lalu Biden mengatakan Xi Jinping adalah seorang diktator, waktu itu jaraknya masih terpisah hamparan Samudera Pasifik, kali ini jaraknya hanya beberapa meter dari Xi Jinping, apalagi baru saja keduanya bertatap muka. Bicara soal dipermalukan, kali ini jelas lebih dipermalukan daripada sebelumnya! Sikap Biden yang sangat tidak memberi muka pada Xi Jinping, membuat PKT betul-betul merasa sangat canggung!
Hotel Tempat Xi Bermalam Didekor Seperti “Ruang Persemayaman”
Setibanya di San Francisco, Xi Jinping beristirahat di The St. Regis San Francisco.
Awalnya, pejabat PKT menutupi bagian luar hotel dengan kain putih, lalu beberapa unit mobil sedan yang diselubungi kain hitam berlalu lalang, terlihat seperti mobil jenazah dan tenda berkabung di tempat persemayaman umumnya di Tiongkok.
Setelah itu, karena ada warganet menyindir “sedang berkabung”, pejabat PKT pun mengganti dekorasi itu: di luar tenda putih diselimuti lagi dengan kain tirai warna biru. Akibatnya lagi-lagi dicemooh warganet, dikatakan mirip sekali dengan tempat persemayaman mantan PM Li Keqiang yang meninggal bulan lalu. Memang sangat mirip.
Komentator independen Cai Shenkun mengatakan, tunggangan berbendera merah yang ditumpangi Xi Jinping tampil misterius di San Francisco, terlihat diselubungi rapat-rapat, terlihat seperti mobil yang belum diluncurkan ke pasaran.
Pemimpin negara yang misterius itu walaupun telah berada di negara bebas, masih saja tidak mau mengubah karakter misteriusnya, cara bepergian rombongan yang sangat berbeda dengan negara lain, hotel bintang lima yang mewah semuanya di-booking, siapapun termasuk wartawan hanya bisa memandang dari kejauhan, seorang pemimpin yang selalu gembar-gembor akan menunjukkan jalan terang bagi dunia itu, mengapa begitu takut pada orang-orang yang hidup di dunia bebas! (sud/whs)