oleh Chen Qian
Tahun ini, berbagai data ekonomi Tiongkok tidak lagi sebaik yang diharapkan, bahkan tanda-tanda deflasi pun mulai terlihat. Baru-baru ini, Xi Jinping sengaja melakukan inspeksi ke Kota Shanghai yang merupakan pusat keuangan terbesar Tiongkok untuk mengetahui situasi sebenarnya dari keseriusan krisis yang sedang dihadapi Tiongkok. Mari kita simak analisis para pakar.
Netizen Shanghai mengatakan : “Situasi Shanghai saat ini sangat memilukan tetapi tidak berdaya. Industri riil berada dalam kesulitan. Perusahaan-perusahaan besar memberhentikan pekerjanya. Waktu lembur di pabrik-pabrik telah jauh dikurangi. Semakin banyak orang yang bekerja paruh waktu untuk delivery makanan dan menjadi driver Didi”.
Netizen Shanghai juga mengatakan : “Semua lapisan usaha melakukan PHK dan pemotongan upah, hanya sedikit yang melakukan ekspansi. Bahkan beberapa rekrutmen skala besar atau HC (kuota) yang semula direncanakan saat ini telah dibatalkan”.
Artikel berjudul “Seberapa menyedihkan perekonomian Shanghai” yang ditulis oleh Lao Man, seorang analis keuangan terkenal di China Finance pada akhir bulan November kembali menyebar di Internet Tiongkok. Artikel menyebutkan bahwa perekonomian Shanghai sudah berada dalam kondisi stagnan, tidak bergerak.
Pada saat ini, Xi Jinping bergegas pergi ke Shanghai untuk menginspeksi sendiri sejauh mana situasi sebenarnya dari keseriusan krisis yang sedang dihadapi. Apakah perekonomian Shanghai benar-benar di ambang kehancuran ?
Fran Tian Xie, seorang profesor di Aiken School of Business di University of South Carolina, Amerika Serikat mengatakan : “Selama ini Delta Sungai Yangtze dan Delta Sungai Mutiara terus menjadi lokomotif yang menggerakkan perekonomian Tiongkok. Khususnya Shanghai, adalah pusat keuangan Tiongkok selain adalah pusat yang pada dasarnya terbuka bagi dunia luar. Jika Shanghai, yang memiliki perekonomian terbaik dan kondisi terbaik saat ini sudh seperti ini kondisinya, maka kita dapat membayangkan bagaimana situasi perekonomian di seluruh Tiongkok”.
Li Hengqing, seorang ekonom dan komentator politik mengatakan : “Jadi penggerak pembangunan ekonomi terpenting ini saja akhirnya harus mengalami mati mesin. Lalu bagaimana dampaknya terhadap keseluruhan ekonomi Tiongkok ? Jelas besar pengaruhnya, yaitu roda ekonomi Tiongkok tidak bergerak. Ini memang mencerminkan status perkembangan ekonomi Tiongkok saat ini”.
Belakangan ini banyak warga Shanghai mengatakan bahwa kemakmuran Shanghai di masa lalu secara perlahan telah memudar, sehingga menyebabkan penurunan tingkat konsumsi seluruh negeri.
“Sekarang semua orang telah menurunkan konsumsinya, tetapi semakin banyak orang yang menabung. Mengapa ? Karena semua orang sadar akan risikonya. Ketika uang mudah didapat, kita dapat membelanjakannya sesuka hati. Uang yang kita belanjakan bisa kita dapatkan dari hasil kerja, tetapi sekarang sangat sulit menghasilkan uang, dan situasi kita tidak pernah membaik,” kata seorang netizen Shanghai.
“Kali ini Xi Jinping pergi ke Shanghai, berharap Shanghai dapat direvitalisasi. Sekarang tampaknya dia juga tidak punya cara yang lebih baik untuk menggerakkan kembali roda perekonomian Shanghai,” kata Frank Tian Xie. “Perekonomian Tiongkok pada dasarnya telah mundur ke 20 tahun silam, kembali ke situasi tahun 2001 sebelum bergabung dengan WTO.”
Pakar ekonomi menunjukkan bahwa parahnya resesi ekonomi Tiongkok ini berasal dari sistem Partai Komunis Tiongkok yang menghendaki perekonomian berada dalam pengendalian partai, akibatnya kini telah terbentuk sebuah lingkaran setan dan menyebabkan kesulitan untuk memulihkannya.
Li Hengqing mengatakan : “Dia (Xi) terus menekankan bahwa partai harus memimpin segalanya, tetapi tanpa penyesuaian yang berarti, karena untuk melakukan penyesuaian seperti itu, kita harus mengandalkan ekonomi pasar dan kemudian supremasi hukum, yang berarti menuju ke pembangunan masyarakat sipil. Tetapi bila begitu yang terjadi maka eksistensi Partai Komunis Tiongkok terancam, inilah yang ditakuti dan tidak ingin dilakukan oleh Xi Jinping. Jadi dilihat dari perspektif ini, harus dikatakan bahwa peluang untuk menghidupkan kembali perekonomian Tiongkok atau Shanghai menjadi semakin tipis, atau disebut kesalahan yang terakumulasi dalam jangka waktu lama sulit untuk diperbaiki.”
“Sekarang Tiongkok sedang menghadapi gelombang epidemi baru, dan pemblokiran berita kembali ia lakukan. Faktanya, ini persis sama dengan apa yang terjadi dan dilakukan di Kota Wuhan 3 tahun lalu, jadi saya yakin pendekatan yang diambil PKT akan sama seperti sebelumnya. Karena itu, baik perekonomian Shanghai atau Tiongkok secara keseluruhan yang sudah berada dalam situasi lesu akan kembali terpukul dan menjadi semakin parah,” kata Frank Tian Xie. (sin)