Pelajari tentang kekuatan transformatif dari rasa syukur— meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, meningkatkan kualitas tidur, dan meningkatkan kesehatan mental
Vance Voetberg
Pesimisme dan negativitas adalah pembunuh kegembiraan yang terkenal, membuat Anda diterima di sebuah pesta seperti sigung (hewan seperti musang yang dapat menyemprotkan bau busuk) di pesta taman. Namun penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa mentalitas yang merusak kegembiraan ini dapat mendatangkan malapetaka lebih dari sekedar menumpulkan kehidupan sosial kita.
Bukti menghubungkan pola pikir yang berlawanan—yaitu pola pikir yang positif dan bersyukur—dengan melawan penyakit dan menjaga kesehatan yang optimal.
Rasa Syukur dapat Menurunkan Peradangan
Rasa syukur mungkin bermanfaat lebih dari sekadar membangun karakter—namun bisa membantu melawan peradangan, me- nurut penelitian terbaru.
Mengungkapkan rasa syukur secara teratur menurunkan biomarker peradangan, demikian temuan sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity.
Dalam uji coba kontrol acak, peneliti membagi 61 wanita paruh baya yang sehat menjadi dua kelompok yang membuat jurnal tentang rasa syukur setiap minggunya. Kelompok “syukur” diinstruksikan untuk mendeskripsikan dan berterima kasih kepada orang-orang dalam kehidupan mereka. Peserta dalam kelompok kontrol menerima perintah menulis yang deskriptif dan netral. Setelah enam minggu, kelompok bersyukur menunjukkan penurunan penanda inflamasi yang signifikan.
“Penelitian ini berkontribusi pada ber- kembangnya literatur tentang penguatan hubungan antara emosi positif, perilaku prososial, dan proses fisiologis yang berkaitan dengan kesehatan fisik,” tulis para penulis.
Temuan ini juga melanjutkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa jurnal rasa syukur dapat meningkatkan faktor fisiologis yang berkaitan dengan kesehatan jantung. Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, salah satu teori menyatakan bahwa rasa syukur dapat memperkuat hubungan antara emosi positif, perilaku sosial, dan kesejahteraan fisik.
Orang yang Bersyukur Tidur Lebih Baik
Rasa syukur juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.
Sebuah studi di Behavioral Sleep Medicine menemukan bahwa orang dengan skor lebih tinggi pada tes rasa syukur dan penghargaan cenderung mengalami tidur yang lebih lama dan berkualitas lebih tinggi. Para peneliti berhipotesis bahwa hal ini mungkin karena rasa syukur mengurangi depresi, yang dapat mengganggu tidur.
“Orang yang sangat bersyukur memiliki gejala depresi yang lebih rendah, yang pada gilirannya menyebabkan lebih sedikit kekhawatiran sebelum tidur, sehingga menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik,” tulis para penulis.
Tinjauan sistematis tahun 2020 terhadap 19 artikel ilmiah menegaskan “hubungan kuat” antara rasa syukur dan peningkatan kualitas tidur. Pada pasien nyeri kronis, efek rasa syukur yang mengurangi kecemasan dapat menyebabkan kualitas tidur yang lebih baik.
“Ini mungkin berarti bahwa rasa syukur memiliki efek yang lebih cepat pada kognisi sebelum tidur, memengaruhi kualitas tidur, dan memberikan penjelasan yang mungkin untuk hasil yang menjanjikan untuk kualitas tidur dibandingkan hasil kesehatan fisik lainnya yang ditinjau,” tulis peneliti lainnya.
Bersyukur Meningkatkan Kesehatan Mental
Ketika krisis kesehatan mental Amerika memburuk—misalnya, pada tahun 2015, 19 persen orang dewasa Amerika melaporkan mengalami depresi, dibandingkan dengan hampir 30 persen populasi Amerika pada tahun 2023, menurut Gallup—beberapa peneliti berpendapat bahwa rasa syukur dapat membantu memerangi depresi dan kecemasan.
Sebuah meta-analisis tahun 2023 terhadap 64 uji klinis acak menemukan bahwa intervensi rasa syukur meningkat- kan rasa syukur pasien, meningkatkan kesehatan mental dan suasana hati, serta mengurangi gejala kecemasan dan depresi. “Hasilnya menunjukkan bahwa tindakan bersyukur dapat digunakan sebagai pelengkap terapi untuk mengatasi kecemasan dan depresi serta dapat meningkat- kan perasaan dan emosi positif pada masyarakat umum,” tulis para penulis.
Sebaliknya, penelitian lain menunjukkan pola pikir negatif seperti kekhawatiran dan perenungan dapat memprediksi memburuknya depresi dan kondisi kesehatan seiring berjalannya waktu.
Tips Melatih Menumbuhkan Rasa Syukur
Pendekatan yang paling banyak dipelajari adalah membuat jurnal rasa syukur.
Pakar kesehatan mental juga menyarankan untuk membuat daftar hal-hal yang Anda syukuri, seperti keluarga, te- man, aktivitas, dan karier.
Menulis catatan terima kasih dan membantu orang lain adalah praktik lain yang disarankan.
Bukti menunjukkan berbagai metode untuk menumbuhkan rasa syukur, namun secara konsisten menyatakan bahwa metode tersebut harus dipraktikkan secara proaktif. Seperti yang dicatat oleh salah satu tim peneliti, “rasa syukur adalah ekspresi ringan yang tidak selalu dikondisikan pada saat-saat indah, sehingga memungkinkan untuk mempertahankan perasaan dan perasaan senang, bahkan selama pengalaman negatif atau saat-saat tersulit.” (mel)
Vance Voetberg adalah jurnalis me Epoch Times yang berbasis di Pacific Northwest. Dia memegang gelar B.S. dalam jurnalisme dan bertujuan untuk menyajikan berita terkait kesehatan yang jujur dan menginspirasi. Dia adalah pendiri blog nutrisi “Running On Butter”.