oleh Ren Hao
Setidaknya 9 orang tentara Israel pada 13 Desember disergap dan dibunuh oleh militan Hamas di Kota Gaza. Untuk mencegah tragedi tersebut terulang kembali, Israel kembali menegaskan bahwa mereka akan menahan tekanan resolusi PBB dan terus bertempur melawan Hamas.
Pada 13 Desember, baku tembak sengita antara pasukan Israel dengan militan Hamas di Gaza masih terus berlanjut. Secara keseluruhan, Hamas terus kehilangan kendali atas wilayahnya. Sementara itu front militer Israel terus bergerak maju.
Namun, pada Rabu di Kota Gaza, pasukan Israel disergap oleh Hamas, menewaskan sedikitnya 9 orang.
Dalam Sidang Umum PBB yang digelar pada 12 Desember, resolusi gencatan senjata Israel – Hamas yang diusung Mesir dan diadakan pungutan suara pada hari yang sama menghasilkan persetujuan dari 153 negara anggota, 23 negara abstain dan 10 negara memveto.
Amerika Serikat kembali menegaskan akan tetap memihak Israel dan memveto gencatan senjata. Sedangkan Austria, Republik Ceko, Guatemala, Liberia, Mikronesia, Nauru, Papua Nugini dan Paraguay juga memberikan suara memveto.
Selama pemungutan suara, Israel menekankan bahwa gencatan senjata itu tak ubahnya memberi nutrisi kepada Hamas. Pada 13 Desember, Perdana Menteri Israel Netanyahu berjanji kepada tentara bahwa sebelum tujuan kita tercapai tidak akan terjadi gencatan senjata.
Perdana Menteri Netanyahu mengatakan : “Saya mengutarakan hal ini sambil merasakan sakit (akibat gugurnya tentara) yang luar biasa, juga tekanan dari komunitas internasional. Tidak ada yang bisa menghentikan kita. Kita harus bertahan sampai kemenangan berada di tangan Ini sangat perlu”.
Hari Selasa (12 Desember), “Wall Street Journal” melaporkan bahwa untuk memaksa seluruh elemen Hamas keluar dari terowongan, tentara Israel mulai memasukkan air laut ke dalam terowongan Hamas yang panjang totalnya sekitar 500 km.
Presiden Biden membenarkan situasi ini dalam sebuah konferensi pers.
“Ada pernyataan yang menyebutkan bahwa mereka sangat yakin tidak ada sandera di dalam terowongan itu”, kata Joe Biden.
Pada 13 Desember, Joe Biden bertemu dengan keluarga para sandera Amerika di Gedung Putih. Pada saat bersamaan ia juga mengumumkan sanksi putaran keempat terhadap Hamas. Beberapa pejabat senior Hamas yang terkena sanksi bersembunyi di Turkiye. (sin)