NTD
Seorang remaja Inggris berusia 11 tahun yang hilang 6 tahun lalu saat berwisata ke Malaga, Spanyol bersama ibu dan kakeknya. Baru-baru ini ditemukan seorang pengemudi kendaraan di sebuah jalan di sekitar Kota Toulouse, Prancis. Menurut pengemudi yang mengutip pengakuan dari remaja tersebut kemudian melaporkannya kepada polisi, bahwa remaja Inggris itu sedang melarikan diri dari komunitas spiritual tak jelas yang berada di gunung.
Kepada Reuters, juru bicara kantor kejaksaan setempat mengatakan, keluarga dari remaja tersebut telah mengkonfirmasi bahwa remaja yang ditemukan hilang 6 tahun lalu itu adalah Alex Batty, berasal dari Greater Manchester.
“Dia seharusnya bisa segera kembali ke Inggris”. Juru bicara tersebut juga mengatakan bahwa pihak berwenang Inggris sedang meluncurkan penyelidikan kriminal atas hilangnya Alex Batty.
Alex Batty, yang saat itu berusia 11 tahun, hilang pada tahun 2017 saat berwisata ke Malaga, Spanyol bersama ibu dan kakeknya.
Pada 14 Desember 2023, rambu jalan menunjukkan Desa Camon di barat daya Prancis. (Johan Demarle Davigny/AFPTV/AFP/Getty Images)
Fabien Accidini, pengemudi kendaraan penghantar barang kepada reporter harian lokal Prancis “La Depeche” mengatakan : “Ia (remaja tersebut) memberitahu saya bahwa dirinya sudah berjalan menuruni gunung selama 4 hari”. Pengemudi tersebut menemukan Alex Batty sedang berjalan tanpa tujuan di sekitar Toulouse, Prancis.
The Southern Telegraph adalah media pertama yang melaporkan berita kemunculan Batty. Laporan tersebut menyebutkan bahwa remaja tersebut tinggal di komunitas spiritual di pegunungan Pyrenees, sebuah komunitas yang dikenal orang sebagai tempat para pelarian dari Eropa yang mengejar cara hidup berbeda.
Ibunya Alex Batty juga hilang bersama putranya pada tahun 2017, dan keberadaannya hingga saat ini masih belum diketahui.
Fabien Accidini mengatakan : “Dia mengatakan kepada saya bahwa ibunya sedikit (aneh), tetapi bukan gila, tetapi kondisi mentalnya yang agak aneh… dia memilih berada di pegunungan bersama sekelompok orang”.
“Hidupnya tidak tampak sengsara, tapi dia (Alex) merasa lebih senang bisa pergi dari sana,” kata Fabien Accidini. (sin)