Laporan oleh reporter NTDTV Tang Rui dan koresponden khusus Luo Ya
Gempa bumi di Kabupaten Jishishan, Provinsi Gansu, Tiongkok, menyebabkan banyak korban jiwa dan membuat banyak korban kehilangan tempat tinggal. Namun demikian, hanya dua hari setelah gempa, pihak berwenang mengumumkan berakhirnya operasi penyelamatan pada Golden Period atau waktu emas serta memblokir bantuan dari luar, sehingga menimbulkan banyak pertanyaan.
Korban bencana Jishishan di Gansu: “Bencananya parah, semua rumah hancur, tidak ada cara untuk kembali. Tidak ada cara untuk pulang.”
Korban bencana Gansu lainnya: “Bagaimana makan? Tidak ada yang bisa dimakan. Saya belum makan. Seharian saya belum makan.”
Pasca gempa, lokasi bencana hancur, komunikasi terputus dan para korban membutuhkan pertolongan karena suhu rendah. Pada 20 Desember, video yang beredar menunjukkan rumah-rumah yang runtuh tersebar di mana-mana di Kota Dahejia, Provinsi Gansu, menyebabkan banyak orang kehilangan tempat tinggal.
Korban bencana di Kota Dahejia, Gansu berkata: “Situasi saat ini banyak rumah di desa yang roboh. Keluarga kami tinggal di dalam mobil. Masih ada gempa susulan dan kami tidak berani tinggal di rumah kami.”
Namun, pada 20 Desember, pejabat Gansu mengumumkan bahwa pada tengah malam hari itu, tahap pertama operasi pencarian dan penyelamatan telah berakhir, yang mengharuskan pasukan darurat sosial untuk melakukan evakuasi.
“Dalam waktu 72 jam dari waktu utama untuk penyelamatan, mereka harus mundur lebih awal. Pendekatan ini hanya membuktikan bahwa mereka ingin menyembunyikan jumlah korban tewas dan situasi kematian yang sebenarnya. Karena dalam banyak kasus, jika para penyelamat melihatnya, mereka secara bertahap akan online dan akan terekspos ke dunia, yang mana sangat merugikan PKT,” ujar komentator urusan terkini Li Linyi.
Faktanya, kurang dari 24 jam setelah gempa bumi, para pejabat mengklaim bahwa operasi penyelamatan telah selesai pada 19 Desember pukul 03.00 sore, fokusnya beralih ke perawatan korban luka dan pemukiman kembali pasc abencana.
Pada hari yang sama, Departemen Darurat Provinsi Gansu juga mengeluarkan pengumuman yang menyatakan bahwa terdapat cukup pasukan penyelamat di lokasi dan pasukan penyelamat dari provinsi lain tidak boleh datang ke lokasi bencana sendirian.
“Mungkin banyak teman yang akan merasakan keakraban sekaligus. Mengapa? Karena selama banjir di Zhuozhou tahun ini, bukankah pejabat setempat melakukan hal yang sama? Mereka mengatakan bahwa kita perlu melakukan koordinasi terpadu dan menggunakannya sebagai alasan untuk menghalangi, bahkan secara langsung mengambil beberapa tim penyelamat asing yang telah tiba di daerah setempat dan langsung mengusir mereka,” ujar komentator berita terkini Tang Jingyuan.
Wang Weiluo, pakar pemeliharaan air terkenal berkata: “(Pihak berwenang) semakin tidak menerima pihak luar untuk campur tangan dalam urusannya. Sama seperti banjir tahun ini di wilayah Beijing-Tianjin-Hebei, mereka mengusir tim bantuan eksternal keluar, Mereka ingin menyembunyikan beberapa informasi, Mereka tidak ingin orang luar memasuki daerah bencananya.”
Gempa terjadi pada 18 Desember pukul 11:59 tengah malam. Menurut pejabat setempat, gempa tersebut berkekuatan 6,2 sedangkan magnitudo yang dipantau oleh Survei Geologi Amerika Serikat adalah 5,9.
Tang Jingyuan berkata: “Mari kita membuat perbandingan sederhana. Ketika gempa berkekuatan 6,0 terjadi di Jepang, tidak ada korban jiwa dan hanya cedera dua digit. Dalam keadaan seperti itu, mengapa ada banyak korban jiwa di Tiongkok?”
Wang Weiluo menilai: “Tiongkok (Partai Komunis) telah berulang kali memperingatkan bahwa gempa bumi dapat dicegah. Tiongkok telah menetapkan standar bahwa gempa bumi yang kuat maka rumah tidak akan runtuh. Mengapa begitu banyak rumah runtuh dan menyebabkan begitu banyak kematian ? Yang lainnya adalah apa yang disebut Tiongkok tahan gempa, yang tidak pernah memenuhi persyaratannya dan tidak pernah secara serius memenuhi standar ini.”
Hingga pukul 21.00 pada 20 Desember, pejabat Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa gempa tersebut telah menewaskan 134 orang di Gansu dan Qinghai, melukai 982 orang, dan menyebabkan 13 orang hilang. Namun demikian, karena PKT selalu menyembunyikan situasi bencana dan jumlah korban, dunia luar secara serius mempertanyakan keaslian data tersebut.
Komentator Li Linyi berkata: “Karena PKT memiliki tradisi menyembunyikan fakta. Jika datanya terlalu besar, orang akan mempertanyakan apakah ada masalah dengan kualitas konstruksi perumahan anda? Atau apakah ada masalah dengan peringatan dini Anda, dan lain-lainl? Ini adalah kelemahan Partai Komunis Tiongkok, dan Partai Komunis Tiongkok tidak ingin tertangkap basah. Jadi, Partai Komunis Tiongkok akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengecilkan jumlah angka.”
Saat ini, gempa susulan masih terus terjadi di Kabupaten Jishishan, Provinsi Gansu, hingga pukul 08.00 pagi tanggal 20 Desember, telah terjadi 423 kali gempa susulan dengan kekuatan maksimum 4,1. Dunia luar khawatir bencana lokal akan terus meluas. (Hui)