Fu Yao
Di Kuil Zuiryū-ji di Osaka, Jepang, tersimpan sebuah spesimen naga berukuran kecil. Spesimen tersebut telah diawetkan, dioleskan dengan bubuk emas, di kepala naga terdapat tanduk, ada kumis di dekat mulutnya, bentuk matanya sangat besar, dengan tiga buah cakar, sekujur tubuh dipenuhi sisik, sangat mirip seperti naga dalam lukisan zaman kuno. Spesimen itu hanya sepanjang satu meter, dikabarkan tertangkap nelayan di tepi pantai di masa Dinasti Ming, mungkin ia seekor naga kecil yang belum dewasa. Apakah di dunia benar-benar eksis mahluk semacam ini?
Naga Dalam Buku Sejarah
Dalam buku sejarah kuno Tiongkok, sebenarnya tercatat banyak peristiwa nyata tentang keberadaan naga. Sima Qian (145 SM – 86 SM, sejarawan dan negarawan pada zaman Dinasti Han), mencatat secara rinci dalam kitab sejarah “Shi Ji” bahwa sang Naga Ilahi itu (yang ditunggangi oleh Kaisar Kuning/Huang Di, beserta para stafnya. Red.) memiliki jenggot panjang, dengan postur tubuh sangat besar, namun memiliki perangai yang baik, yang dengan sabar menunggu tujuh puluh orang lebih secara perlahan naik ke punggungnya dan duduk dengan tertib sebelum akhirnya terbang ke angkasa, walaupun kumisnya sampai putus karena ditarik pun tidak marah, sungguh menggemaskan.
Diawali kisah yang dicatat sang sejarawan agung itu, kemudian setiap kali kemunculan naga selalu dianggap sebagai peristiwa besar, dan dicatat dalam kitab sejarah resmi kerajaan dan dalam catatan sejarah daerah. Di masa Dinasti Ming (1368 – 1644), catatan Kabupaten Pinghu Provinsi Zhejiang telah mencatat adanya penampakan seekor naga, yang sangat bernuansa legenda. Waktu itu sekitar tahun ke-16 (1588 Masehi) di era Kaisar Wanli dari Dinasti Ming. Pada suatu hari, seekor naga putih raksasa terbang di atas laut, sinar merah menyilaukan di sekujur tubuhnya menerangi hampir separuh langit, sisiknya mengembang, ibarat baju zirah yang dipoles dan memantulkan cahaya perak menyilaukan mata.
Di antara kedua tanduk dari kepala naga, berdiri sesosok Dewa yang mengenakan jubah ungu dan mahkota emas, Dewa itu terlihat hanya setinggi satu kaki, berdiri sambil membawa pedang. Mendadak laut mengamuk, langit menjadi gelap, awan dan air bergejolak. Naga putih itu menyemburkan sebuah mutiara yang memancarkan cahaya terang, bersinar terang ibarat bulan purnama sempurna. Setelah mutiara naga itu melayang beberapa saat di udara, lalu ditelan lagi oleh naga putih itu ke dalam mulutnya. Setelah itu sang naga putih pun menghilang.
Peristiwa Naga Yang Paling Nyata
Selain yang tercatat dalam buku sejarah kekaisaran dan begitu banyak legenda tentang naga dalam masyarakat di daratan Tiongkok, berikut ini kami memaparkan suatu peristiwa naga yang paling nyata dan memiliki bukti berupa foto serta saksi mata:
Pada 28 Juli 1934, di kota Yingkou Provinsi Liaoning, seekor naga jatuh dari langit dan tersungkur ke atas tanah. Menurut penuturan saksi mata, naga itu persis seperti wujud naga dalam lukisan. Waktu itu naga tersebut terlihat sangat lemah, matanya tidak bisa terbuka, ekornya digulungkan, dua cakarnya dijulurkan ke depan, dan menggelepar penuh penderitaan. Karena mentas dari habitat airnya, tubuh naga itu semakin mengering, dan sebagian tubuhnya mulai membusuk dan muncul belatung.
Rakyat di masa itu pada umumnya beranggapan naga adalah mahluk keberuntungan. Banyak warga desa setempat buru-buru datang memberikan pertolongan. Ada yang membawa tikar dan membuatkan peneduh agar tidak terjemur matahari, ada yang membasahi tubuh naga agar tidak mengering, dan terus menerus merawatnya. Namun beberapa hari kemudian, naga itu mendadak menghilang. Para warga desa yang baik hati berharap sang naga telah kembali ke Kerajaan Langit dengan selamat.
Akan tetapi sekitar dua puluh hari kemudian, naga itu muncul kembali. Kali ini yang dilihat oleh warga desa, yang tersisa hanya bangkai naga, yang telah terbaring di tengah semak-semak sekitar 10 kilometer dari muara Sungai Liao (Lio’he), yang tersisa hanyalah tulang belulang dan sedikit daging yang telah membusuk, bau bangkai yang menyengat dapat tercium hingga kejauhan.
Peristiwa ini kala itu telah memicu kehebohan. Tidak hanya telah tercatat dalam “Catatan Kota Yingkou”, surat kabar besar setempat yakni Shengjing Times juga mengirim wartawan meliputnya, dan telah melakukan pemberitaan secara rinci, yang disertai dengan foto. 70 tahun kemudian yakni tahun 2004, tiga orang saksi mata kejadian kala itu yakni Cai Shoukang, Huang Zhenfu, dan Zhang Shunxi diwawancara kembali, dan sekali lagi menceritakan apa yang mereka saksikan pada waktu itu. Wartawan bertanya pada manula bernama Cai Shoukang, “Apakah waktu itu ada semacam ilusi, atau awan yang menyerupai naga?” Cai Shaokang menjawab, “Mutlak tidak, pada saat itu kami semua melihatnya dengan sangat jelas, dan yang terlihat nyata-nyata adalah seekor naga.”
Dengan ingatan bersama beberapa manula itu, begini pemandangan munculnya sang naga pada waktu itu: “Kala itu langit mendung, naga itu berwarna abu-abu, bergerak di antara awan, gerakannya mirip ular, dan wujudnya sama seperti yang digambar pada lukisan-lukisan, kepalanya bagai tanduk sapi, ada dua tanduk berbentuk lurus, mulutnya berkumis serta berjenggot panjang, matanya besar dan menonjol, panjangnya sekitar belasan meter, tubuh bersisik, dengan empat cakar, mirip cakar buaya zaman sekarang, ekornya seperti ekor ikan mas.” Mereka lantas menjelaskan, waktu itu yang menutupi naga dengan tikar sangat banyak, jadi semua orang mengetahui kejadian itu. Naga bukan sesuatu yang aneh, hanya saja sangat jarang dijumpai.
Mengungkap Status Sebenarnya Naga yang Jatuh di Yingkou
Lalu dari manakah asalnya naga tersebut, dan mengapa mengalami kejadian naas itu? Pada 2018 lalu, seorang kultivator bernama “Dao Ming” mempublikasikan serial artikel berjudul “Misteri dan Sejarah Bumi Yang Saya Ketahui” menjadi tren di internet. Di antaranya, ada sebuah artikel berjudul “Kebudayaan Warisan Dewa — Legenda Naga” telah menjelaskan asal usul dan sebab musabab sebenarnya kejadian jatuhnya naga tersebut, cukup menarik. Disini kami berbagi artikel ini dengan pembaca.
Artikel itu menyebutkan, kejadian jatuhnya naga itu termasuk riil. Naga itu tadinya adalah putra kelima dari Raja Naga di Laut Bohai, yang diberi tugas menjaga makam yang berisi benda-benda pribadi kaisar Dinasti Tang yakni Kaisar Gaozong (Li Zhi) dan Wu Zetian (Wu Zhao). Akan tetapi ia malah sering mengamuk, serta berkali-kali mengabaikan tugasnya menjaga makam, dan acap kali membuat onar di wilayah perairan Sungai Weihe. Ia pernah menggunakan kesaktiannya merusak tanggul sungai dan menimbulkan banjir, yang menyeret warga desa kedua tepi sungai dan memangsa mereka, warga yang menjadi korban mencapai lebih dari delapan puluh orang. Di saat yang sama ia juga telah mencelakakan mahluk hidup di dalam sungai, dengan menyerap energi mereka untuk memperkuat kesaktian dirinya; ia juga mengendalikan kultivator yang niat hatinya tidak baik, menyuruh mereka memberi persembahan kepadanya dengan menyembelih hewan. Kejahatan seperti ini membuat Kerajaan Langit murka, maka Kaisar Langit pun mengirimkan prajurit dan panglima langit untuk menangkapnya, dan memenjaranya di penjara langit.
Apa daya ternyata naga ini banyak akal bulusnya, dan berhasil melarikan diri dari penjara langit, lalu menyusup ke Pulau Penglai untuk mencuri Pil Emas Penutup Air milik Dewa Taibai Jinxing (Bintang Putih Agung, nama dewa dalam agama rakyat Tiongkok dan Taoisme; dalam astronomi Tiongkok, Taibai Jinxing adalah nama untuk Venus. Red.). Pil sejenis ini dapat membuat mahluk air mampu meninggalkan air untuk jangka waktu yang lama, tanpa mengurangi kesaktiannya. Akan tetapi, Taibai Jinxing tiba-tiba muncul menampakkan diri, dan dalam sekejap berhasil menangkap naga yang jahat itu. Kemudian, Taibai Jinxing kembali ke Kerajaan Langit dan menerima Pedang Pembunuh Naga yang diberikan oleh Kaisar Langit.
Namun karena berbelas kasih, Taibai Jinxing masih berharap naga jahat itu mau bertobat, sehingga hanya melukai tubuh si naga, dan tidak membunuhnya. Waktu itu naga yang terluka tersebut jatuh di tepi kolam alang-alang di Yingkou, berkat perawatan yang baik oleh warga desa, beberapa hari kemudian, lukanya mulai sembuh, dan kesaktiannya kembali pulih.
Tak disangka ia tidak hanya tidak mau bertobat, justru terbang kembali ke langit untuk membalas dendam. Kali ini, Taibai Jinxing tidak lagi berbelas kasih, dengan sekali tusukan menembus leher sang naga, lalu mengambil kembali pil naga dengan kesaktiannya, seketika itu juga naga kehilangan kesaktiannya, roh naga dijatuhkan ke neraka tingkat ke-18 untuk mendapatkan hukuman. Sementara itu tubuhnya dijatuhkan kembali ke Yingkou, itulah tulang belulang yang kemudian dilihat oleh warga desa.
Dalam peradaban Tiongkok yang berusia 5000 tahun, naga sepertinya selalu menjadi utusan yang berlalu lalang antara dunia fana dengan dunia dewa, di tempat yang ada naga, disitu ada kehidupan para dewa. Mungkin inilah alasan dihapusnya jejak naga selama beberapa dasawarsa terakhir ini, mungkin juga alasannya mengapa selalu ada cerita tentang naga di tengah masyarakat. Karena di dalam hati masyarakat, selalu ada suatu tempat yang merupakan tempat bagi naga dan dunia dewa di balik para naga. (SUD/WHS)