Gelombang Demonstrasi Membara Melanda Tunisia, Tentara Dikerahkan dan 300 Demonstran Ditangkap

Epochtimes.id- Demonstrasi ekstrem yang merebak di Tunisia berujung pembakaran markas keamanan nasional regional di dekat perbatasan Aljazair seperti ditulis Reuters, Kamis (11/1/2018).

Aksi unjuk rasa ini membuat pihak berwenang mengerahkan tentara setelah polisi mengundurkan diri. Aksi kerusuhan ini dipicu mengenai kenaikan harga dan pajak yang terus berlanjut di seluruh negeri.

Lebih dari 300 pemrotes ditangkap dan tentara dikerahkan di beberapa kota untuk membantu memadamkan demonstrasi kekerasan di Tunisia tujuh tahun setelah penggulingan Zine El-Abidine Ben Ali pada Arab Spring 2011.

Di Thala, di dekat perbatasan Aljazair, tentara yang dikerahkan setelah kerumunan membakar gedung keamanan nasional, memaksa polisi untuk mundur dari kota seperti diturukan saksi mata kepada Reuters.

Pemerintahan Tunisia – yang mencakup ekstremis, partai sekuler dan independen – menyebut kerusuhan dikendalikan oleh kelompok kriminal. Perdana Menteri Tunisia, Youssef Chahed menuduh oposisi sebagai provokator.

Aksi demonstrasi berdarah di Tunisia (africanews)

Menolak tuduhan tersebut, blok oposisi utama Tunisia, Front Rakyat, menyerukan sebuah demonstrasi besar di Tunis pada Minggu bertepatan dengan ulang tahun ketujuh kejatuhan Ben Ali.

Asosiasi Sepak Bola Tunisia mengatakan bahwa mereka menunda pertandingan sepanjang akhir pekan karena gangguan tersebut.

Protes anti-pemerintah telah terjadi di sejumlah kota di Tunisia – termasuk resort wisata Sousse sejak Senin lalu sebagai bentuk perlawanan kenaikan harga dan pajak yang dipaksakan untuk memangkas melonjaknya defisit dan memuaskan kreditor internasional.

Sementara Tunisia dianggap sebagai satu-satunya negara kisah sukses demokrasi di dunia Arab. Namun, Tunisia juga memiliki sembilan pemerintah sejak penggulingan Ben Ali. Akan tetapi tak ada satupun era pemerintahan yang mampu mengatasi masalah ekonomi.

Tentara telah dikerahkan di beberapa kota, termasuk Sousse, Kebeli dan Bizerte, untuk menjaga bangunan pemerintah yang telah menjadi sasaran pemrotes.

“Tiga ratus tiga puluh orang yang terlibat dalam tindakan sabotase dan perampokan ditangkap tadi malam,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Khelifa Chibani. Angka ini menunjukkan jumlah tahanan sejak demonstrasi dimulai sekitar 600 orang.

“Apa yang terjadi adalah kejahatan, bukan protes. Mereka mencuri, mengintimidasi orang dan mengancam properti pribadi dan publik,” tambahnya.

Banyak dari demonstrasi tersebut berlangsung damai. Namun demikian demonstran mengekspresikan kemarahan dan frustrasi mereka setelah bertambah kesulitan ekonomi bertambah parah sejak pemberontakan 2011.

“Memang benar bahwa beberapa pemrotes membakar dan mencuri selama demonstrasi malam terakhir, namun para penguasa mencuri dan menghancurkan Tunisia di pagi hari dan malam hari dengan keputusan frustasi mereka,” kata seorang guru yang sedang berbelanja di ibu kota dan hanya memberi nama pertamanya, Mohamed.

“Kami mengharapkan hal-hal membaik setelah Ben Ali digulingkan, namun tampaknya setelah tujuh tahun revolusi, gaji kami dikirim setiap bulan kepada Perdana Menteri untuk dihabiskannya,” katanya.

Arab Spring 2011 dan dua serangan militan pada 2015 merusak investasi asing dan pariwisata yang menyumbang delapan persen dari aktivitas ekonomi Tunisia.

Pengangguran secara nasional melebihi 15 persen, dan jauh lebih tinggi di beberapa wilayah di pedalaman. Inflasi tahunan naik menjadi 6,4 persen di bulan Desember, tingkat tertinggi sejak Juli 2014. (asr)

Sumber : Arabnews/Reuters