oleh Lin Yan
Seorang diplomat AS mengungkapkan soal mengapa Partai Komunis Tiongkok (PKT) menemui kesulitan untuk menumbuhkan minat orang asing menanamkan modalnya di RRT meskipun Xi Jinping sendiri yang turun tangan lewat pertemuan usai Forum Pembangunan Tiongkok (China Development Forum. CDF) beberapa hari lalu. Itu karena PKT di satu pihak mau orang asing menanamkan modalnya tetapi di pihak lain juga mau menangkap orang asing.
Duta Besar AS untuk Jepang, Rahm Emanuel baru-baru ini menerima wawancara dari media mandiri “China Talk” untuk membahas topik mengenai penindasan yang dilakukan oleh pemimpin PKT terhadap aktivitas bisnis Tiongkok.
Menurut pratinjau yang dirilis oleh pembawa acara “China Talk” Jordan Schneider di media sosial “X” pada hari Senin (1 April), video wawancara lengkap akan disiarkan pada hari Selasa.
Dalam pratinjau tersebut, Dubes Rahm Emanuel mengatakan : “Tiongkok memiliki budaya kewirausahaan yang kuat, dan dia (mengacu pada pemimpin PKT Xi Jinping) telah merusak semangat kewirausahaan mereka. Dalam proses merusak semangat kewirausahaan para wirausahawan dan melaksanakan strategi Xi, dia menghancurkan kredibilitas dunia terhadap Tiongkok”.
Pada 27 Maret, 15 orang pemimpin bisnis Amerika Serikat diundang oleh pemimpin Partai Komunis Tiongkok untuk menghadiri pertemuan tertutup. Namun, sumber mengatakan bahwa alih-alih meredakan kekhawatiran, pertemuan tersebut malah menambah ekspektasi negatif terhadap perekonomian Tiongkok dari para CEO AS ini.
“Tentu saja sangat sulit jika Anda menginginkan orang lain kembali menanamkan modal tetapi pada saat yang sama Anda ingin menangkap mereka”, kata Rahm Emanuel.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa, 10 tahun lalu, perusahaan asing tidak akan dilarang atau dibatasi jika mereka ingin mengirimkan karyawannya ke Beijing atau Shanghai, atau membuka kantornya di Tiongkok.
Tapi segalanya berbeda sekarang. “Anda tidak akan mungkin membuat karyawan baik dari perusahaan Jepang, Eropa, Tiongkok atau Amerika Serikat mengangkat jari tangan dan mengatakan, bahwa ia sudi memindahkan anggota keluarganya untuk hidup di kota (Tiongkok) yang sewaktu-waktu bisa menangkap dan mengurung mereka”, katanya.
“Jadi, mereka (Partai Komunis Tiongkok) kini sudah kehilangan kepercayaan dunia”, kata Rahm Emanuel.
Michelle Caruso-Cabrera, kontributor stasiun televisi keuangan Amerika CNBC, lewat akunnya di media sosial “X” pada 27 Maret menggambarkan bahwa dirinya baru saja mewawancarai seseorang CEO yang ikut berpartisipasi dalam “China Development Forum” (CDF), dan para eksekutif Amerika Serikat yang berdiskusi dengan Xi Jinping. Eksekutif tersebut secara anonim mengatakan kepada media bahwa selama pertemuan yang berlangsung selama 1,5 jam itu, kekhawatiran mengenai investasi di Tiongkok malah meningkat.
Eksekutif tersebut mengatakan : “Kondisi bisnis masih buruk” dan kepercayaan tentang pemulihan ekonomi Tiongkok sangat rendah.
Dalam wawancaranya di program “Squawk Box” CNBC pada 28 Maret Michelle Caruso Cabrera mengatakan, pemimpin Partai Komunis Tiongkok pada pertemuan tersebut berulang kali menegaskan bahwa Beijing tidak akan melepaskan sentralisme ekonomi. Meskipun perusahaan swasta juga beberapa kali disinggung dalam pertemuan itu, tetapi Xi Jinping tetap bersikap bahwa dirinya akan mengalihkan fokusnya untuk mendukung perusahaan-perusahaan besar milik negara, karena merekalah yang mampu mendominasi pertumbuhan ekonomi.
Michelle mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan AS yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut umumnya sudah berinvestasi besar-besaran di Tiongkok sejak 20 atau 30 tahun silam, namun lingkungan bisnis saat ini benar-benar berbeda dibandingkan ketika perusahaan-perusahaan ini pertama kali masuk Tiongkok.
Menurut pengamatannya, komunitas bisnis Amerika Serikat saat ini tampaknya tidak lagi berminat untuk menanamkan modal di Tiongkok. Sebaliknya alokasi aset dari Tiongkok ke AS sedang meningkat tajam. (sin)