ErabaruNews – Transaksi penjualan saham klub sepakbola Italia milik taipan dan mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, AC Milan menyita perhatian publik. Italian Times pada 13 Januari 2018 memberitakan bahwa penjualan AC Milan kepada investor Tiongkok kembali menghadapi masalah.
Pengadilan Italia mencurigai transaksi tersebut terkait dengan upaya pencucian uang. Mahkamah Agung Italia pun kini dikabarkan sedang melakukan penyelidikan.
Sekelompok investor Tiongkok yang dipimpin oleh pengusaha misterius Tiongkok bernama Li Yonghong dikabarkan mendanai akuisisi tersebut. Media ‘La Stampa’ dalam laporannya pada 13 Januari mengatakan, klub sepakbola seri A Italia AC Milan sudah memperoleh kesepakatan akuisisi oleh pembelinya dari Tiongkok.
Akan tetapi transaksinya belum diresmikan oleh pihak berwenang Italia karena diduga terkait aksi pencucian uang. Laporan kemudian menyebutkan bahwa Berlusconi yang tahun lalu menjual klub AC Milan kepada pembelinya dari Tiongkok juga diduga untuk pencucian uang, sehingga kejaksaan kota Milan menggulirkan penyelidikan.
Kejaksaan Milan ingin membuktikan apakah investor Tiongkok membayar pembelian klub juara 7 kali UEFA Champions League tersebut semata-mata untuk melunasi pembelian saham senilai 740 juta EURO kepada Berlusconi, atau hanya demi membawa dana sebesar itu keluar Tiongkok dan masuk ke Italia.
Pada bulan Agustus 2016, Grup Fininvest yang mengendalikan klub AC Milan telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang berisikan kesepakatan dengan pengusaha Tiongkok. Mereka sepakat untuk menetapkan nilai akuisisi klub sebesar 740 juta EURO, dengan klausul pelunasan hutang sekitar 220 juta EURO.
AFP memberitakan, di bawah kepemimpinan Silvio Berlusconi selama 30 tahun terakhir, AC Milan berhasil mengukir prestasi gemilang dengan memenangkan total 29 trofi.
Pada 13 April tahun lalu, sekelompok investor Tiongkok yang dipimpin Li Yonghong telah setuju untuk mengakuisisi 99,93 persen saham AC Milan dan melunasi hutang klub sebesar 220 juta EURO.
Bulan November lalu, muncul sebuah artikel di New York Times berjudul ‘Apakah Bos Misterius Asal Tiongkok Mampu Menyelesaikan Krisis Keuangan Klub AC Milan?’ yang menyebutkan bahwa pengambilalihan AC Milan oleh Li Yonghong tampaknya telah menjadi simbol dari serangkaian kesepakatan dengan pengusaha Tiongkok yang memiliki banyak masalah.
Menurut artikel tersebut, kepada pejabat berwenang yang menangani persepakbolaan Italia, Li Yonghong mengaku dirinya sebagai bos dari sebuah kerajaan pertambangan di Tiongkok. Namun ia jarang dikenal oleh orang-orang di kalangan industri pertambangan.
Ketika ditelusuri dari daftar nama perusahaan Tiongkok, atau dalam dokumen-dokumen pemerintah semua menunjukkan bahwa kerajaan pertambangan yang diakui oleh Li Yonghong itu dimiliki oleh orang lain.
Namun jurubicara klub AC Milan mengatakan, bahwa status Li sebagai pemilik hak atas bisnis pertambangan telah diverifikasi oleh pengacara dan Bank yang terlibat dalam transaksi tersebut. Catatan di Tiongkok juga menunjukkan bahwa antara Li Yonghong dengan lembaga pengawasan Tiongkok terjadi serangkaian perselisihan dan kontroversi perdagangan yang belum terselesaikan.
Untuk menggali latar belakang Li Yonghong, tentu tidak salah kalau dilakukan melalui laporan media Tiongkok ‘Shanghai Securities News’ pada bulan Nopember 2016. Media itu menyebutkan, 20 tahun lalu Li Yonghong terlibat dalam kasus lahan pada waktu itu dan secara ilegal menerima dana masyarakat sampai puluhan juta Renminbi.
Setelah belasan tahun kabur, ia mulai menampakkan diri dan ‘keluar masuk’ pasar modal dalam negeri. Pada 2016, ia mengepalai pembentukan konsorsium misterius dengan tujuan mengakuisisi saham klub AC Milan.
Jika bukan karena foto Li bersama Silvio Berlusconi terekspos, publik mungkin juga tidak pernah akan melihat wajahnya. Tampaknya di belakang profil rendah yang ia tunjukkan tersembunyi sebuah kasus lama, yakni ‘kasus 3 lahan besar di Fazhou, Guangdong’ yang menggemparkan Tiongkok.
Salah satu dari lahan itu, yakni Green Mountain Manor, Guangdong dengan pengelola utamanya adalah Li Yonghong, ayahnya Li Naizhi, kakak laki-laki Li Hongqiang dan adiknya Li Yongfei.
September 2004, Pengadilan Negeri Kota Fazhou menjatuhkan vonis penjara dan membayar denda bagi Li Naizhi dan Li Yongfei. Mereka dihukum karena kasus menerima dana ilegal dari masyarakat.
Dari dokumen hukum lainnya yang memiliki relevansi dengan kasus di atas menunjukkan bahwa Li Hongqiang masih buron. Kemudian, kasus yang melibatkan Li Yonghong sedang dalam proses peradilan.
Dari keputusan pengadilan diketahui bahwa kontrak kerjasama antara Green Mountain Manor dengan investor yang dituangkan dalam 556 halaman itu bernilai total sebesar RMB 43.02 juta.
Laporan menyebutkan, angka tersebut dapat dijadikan perkiraan akumulasi awal dari kekayaan Li Yonghong. Li menghilang sejak saat itu. Bahkan, namanya pernah dimasukkan ke dalam daftar buronan yang dicari oleh otoritas keamanan Tiongkok.
Sekarang, Li Yonghong sang ‘pemain bermodal’ memiliki klub sepakbola AC Milan.
New York Times memberitakan, saat ini tidak jelas sejauh mana kekayaan Li Yonghong dapat membantu klub mengatasi kesulitan mereka. Reuters menyebutkan bahwa, bos baru AC Milan Li Yonghong justru memperkenalkan investor baru dalam rangka untuk berbagi biaya finansial.(NTDTV/Li Wenxin/Sinatra/waa)