EpochTimesId – Pemakaian obat antibiotik yang tak terkendali telah menarik perhatian masyarakat internasional. Dua tahun lalu bakteri super telah ditemukan berada dalam tubuh manusia.
Baru-baru ini, media Tiongkok mengakui bahwa penggunaan antibiotik dalam pakan ternak menyebabkan munculnya bakteri super, akibat resistensi terhadap obat. Beberapa pengamat menyalahkan otoritas berwenang, karena kelalaian mereka telah mencelakakan rakyat Tiongkok dan juga masyarakat dunia.
Buletin ‘Dialog’ yang terbit dua kali sebulan dalam artikelnya yang dirilis pada 15 Januari 2018 membenarkan bahwa Tiongkok merupakan negara produsen dan pemakai obat antibiotik terbesar dunia. Namun, buletin corong PKT itu juga mengatakan, Tiongkok menjadi negara yang paling menderita akibat penyalahgunaan obat antibiotik dan berkembangnya bakteri super.
Artikel buletin itu juga mengakui bahwa para petugas pengawas sampai saat ini masih sangat minim jumlahnya. Sehingga pemerintah kesulitan untuk memperketat pengawasan secara sistematis.
Bahaya bagi kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat antibiotik sudah muncul sejak belasan tahun silam. Data menunjukkan, Anak-anak Tiongkok berusia 7 tahun ke bawah yang mengalami gangguan pendengaran, bahkan hingga tuli gara-gara penggunaan obat antibiotik yang irasional.
Jumlah korban hingga tahun 2007 bahkan sudah mencapai 300 ribu orang. Masalah itu menjadi penyebab dari 30 hingga 40 persen dari jumlah anak-anak tunarungu di Tiongkok. Padahal di negara-negara maju, angka itu hanya berkisar di 0,9 persen.
Namun demikian, pengawasan otoritas berwenang terhadap produksi dan penggunaan obat-obatan antibiotik di Tiongkok dalam waktu yang panjang berada dalam kondisi di luar kendali.
Laporan data menunjukkan bahwa pada tahun 2013 saja, dari 162 ribu ton bahan obat antibiotik itu 52 persennya digunakan untuk hewan sedangkan 48 persen untuk manusia. Dan lebih dari 50 ribu ton antibiotik terbuang setiap tahunnya.
Obat yang terbuang akan larut dalam air atau terserap tanah sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. Sejak tahun 2014, jumlah obat antibiotik yang digunakan masih terus meningkat.
Seorang pedagang obat-obatan hewan di sebuah daerah mengatakan, penerapan sistem resep sudah mulai berlaku sejak beberapa tahun lalu. Namun, penjualan antibiotik untuk hewan belum dibatasi.
Seperti obat antibiotik Denagard, ia bisa menjual sampai lebih dari 100 kg dalam setahun.
Obat antibiotik dicampur ke dalam pakan hewan ternak sudah biasa terjadi di Tiongkok. Hal itu adalah langkah pertama yang dilakukan warga untuk merawat kesehatan hewan ternak, dan memperpendek waktu pemeliharaan.
Antibiotik juga diandalkan untuk menghindari resiko kematian hewan ternak. Karena dengan antibiotik, ternak memiliki daya tahan terhadap penyakit.
Banyak makanan daging, produk susu dalam kemasan buatan Tiongkok terdeteksi mengandung residu bahan antibiotik.
Ying Guangguo, seorang peneliti dari Institut Geokimia Akademi Ilmu Pengetahuan Guangzhou mengatakan bahwa setidaknya ada 2.000-an macam obat antibiotik yang beredar di pasar Tiongkok.
Masalah yang paling mengkhawatirkan sekarang adalah bakteri super yang muncul akibat terlalu sering menggunakan obat antibiotik.
Kini ada satu jenis bakteri gram-negatif yang bernama Acinetobacter baumannii yang sudah tidak mempan lagi dibasmi dengan obat antibiotik. Bulan Juni 2016, seorang anak berusia sebelas tahun di kota Shaowu, Fujian terinfeksi bakteri tersebut.
‘Bakteri super’ ini sudah kebal dengan obat antibiotik apapun yang dijual di pasar.
Pada 18 November 2015, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis “The Lancet” menyebutkan, para peneliti telah menemukan ‘bakteri super’ di dalam badan hewan ternak dan manusia di Daratan Tiongkok.
Bakteri super tersebut dapat membuat obat antibiotik kehilangan fungsi. Sehingga penyakit ringan saja bisa merenggut nyawa seseorang.
Artikel berjudul ‘Bagaimana Obat Antibiotik yang Menolong Banyak Orang Dapat Disalahgunakan?’ yang diterbitkan situs ‘NetEase’ menjelaskan bahwa, masyarakat Barat sudah menghentikan pemakaian obat antibiotik untuk mendorong pertumbuhan hewan ternak.
Namun, akibat kurangnya pengawasan dari otoritas berwenang sehingga penggunaan obat itu di Tiongkok tidak terkendali.
Bakteri tidak mengenal batas wilayah negara, kerja keras Organisasi Kesehatan Dunia dalam mempropagandakan tujuan, usaha negara-negara maju untuk menekan penggunaan obat antibiotik terhadap hewan, bisa jadi sia-sia akibat otoritas Tiongkok yang melepas tali kendali.(ET/Sinatra/waa)