oleh Lin Yan
Apakah Tiongkok dan Eropa akan memasuki perang dagang ? Hal ini sedang menjadi perhatian masyarakat internasional. Dilaporkan bahwa Uni Eropa telah memutuskan untuk mengenakan tarif anti-subsidi yang cukup tinggi terhadap kendaraan listrik Tiongkok yang menerima subsidi tinggi dari pemerintah Tiongkok. Namun, untuk menghindari dampak terhadap pemilihan Parlemen Eropa, keputusan pelaksanaannya telah ditunda hingga 10 Juni.
Banyak media melaporkan bahwa para pejabat Uni Eropa telah menyebarkan informasi kepada industri otomotif Tiongkok pada minggu ini, bahwa Uni Eropa berencana mengenakan tarif tambahan pada kendaraan listrik yang diimpor. Pada saat yang sama, para pejabat seperti Wang Wentao, Menteri Perdagangan Tiongkok minggu ini melakukan perjalanan keliling Eropa untuk mendesak Uni Eropa agar menarik kembali mosi menaikkan tarif.
Bloomberg mengutip informasi dari seseorang yang mengetahui masalah ini memberitakan, bahwa Wang Wentao mengirim surat kepada Komisaris Perdagangan Uni Eropa Valdis Dombrovskis, mengancam akan mengambil tindakan terhadap industri penerbangan dan pertanian Eropa. Hal mana menyoroti kekhawatiran Beijing terhadap kenaikan tarif atas kendaraan listrik Tiongkok yang akan diberlakukan Uni Eropa.
Di sisi lain, Beijing kembali menujukkan sikap meluluhkan hati dengan mengatakan bahwa maskapai penerbangan Tiongkok berencana membeli lebih dari seratus unit pesawat jet berbadan lebar dari perusahaan Airbus Prancis.
Keputusan pengenaan tarif tambahan Uni Eropa akan diumumkan pada 10 Juni 2024
Pada Oktober 2023, Komisi Eropa mengumumkan penyelidikan anti-dumping terhadap kendaraan listrik Tiongkok. Sesuai dengan ketentuan penerapan langkah-langkah keringanan sementara seperti tarif atau kuota, Komisi Eropa harus mengumumkan hasilnya 9 bulan setelah memulai penyelidikan (yakni pada awal Juli 2024).
Biasanya, Komisi Eropa melaporkan temuannya kepada negara-negara anggota satu bulan sebelum batas waktu yang ditentukan.
Oleh karena itu, Uni Eropa akan mengambil keputusan mengenai daftar tarif impor sementara kendaraan listrik Tiongkok pada 5 Juni, kemudian memberitahu semua negara anggota.
Untuk menghindari dampak terhadap “pemilihan umum Eropa”, UE menunda pengumuman keputusan tarif hingga Senin (10 Juni), yaitu usai pemilu.
Pemilihan dimulai pada Kamis (6 Juni) hingga Minggu (9 Juni). Sebagian besar dari 27 negara anggota Uni Eropa akan memberikan suara mereka pada Minggu.
Menurut laporan media Jerman “Der Spiegel” yang mengutip ucapan orang dalam pemerintahan Brussels pada akhir Mei, bahwa pada dasarnya sudah pasti Uni Eropa mengenakan tarif anti-dumping terhadap kendaraan listrik Tiongkok. Penyelidikan tersebut menghasilkan bukti jelas bahwa produsen mobil Tiongkok menerima subsidi yang tinggi, terutama dalam hal konsumsi energi.
Para ahli memperkirakan tarif kendaraan listrik Tiongkok akan meningkat sebesar 15% hingga 25% di luar tarif umum 10% saat ini. Selain itu, tarif pajak final akan ditentukan berdasarkan jumlah subsidi yang diterima produsen dari pemerintah dan kerja samanya dengan penyelidikan Komisi Eropa. Kabarnya, kendaraan BYD dan Geely kemungkinan dikenakan tarif yang lebih tinggi.
Berita : Pejabat UE menemui produsen mobil Tiongkok untuk memberitahukan adanya kenaikan tarif
Bloomberg dan South China Morning Post mengutip orang-orang yang mengetahui masalah ini melaporkan bahwa para pejabat Uni Eropa telah memberitahu produsen mobil Tiongkok pada 3 Juni, bahwa Komisi Eropa akan mengenakan tarif sementara pada kendaraan listrik buatan Tiongkok mulai 4 Juli 2024.
Dilaporkan bahwa perwakilan dari perusahaan mobil Tiongkok dan pejabat Uni Eropa telah hadir dalam sidang dengar pendapat soal anti-dumping di Brussel pada 3 Juni. Dalam sidang itu, produsen mobil Tiongkok diberitahu tentang masalah tersebut, namun besaran tarif belum diungkapkan kepada dunia luar.
South China Morning Post mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Tiongkok yang terkena dampak telah meminta nasihat dari ahli hukum mengenai usulan kenaikan tarif Komisi Eropa.
Beberapa analis mengatakan bahwa tarif sementara ini akan menjadi pukulan besar bagi produsen kendaraan listrik Tiongkok, yang berarti biaya tambahan sebesar miliaran dolar.
Dari sudut proses, Komisi Eropa akan bernegosiasi dengan produsen mobil Tiongkok dan negara-negara anggota UE hingga tarif sementara secara resmi berlaku pada awal bulan November tahun ini dan menjadi tarif permanen.
Presiden Komisi Eropa berencana menggunakan waktu ini untuk bernegosiasi dengan Beijing mengenai subsidi untuk industri kendaraan listrik.
Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa saat ini, mengatakan pada Mei tahun ini bahwa dirinya akan berdiskusi dengan Beijing mengenai bagaimana menghilangkan perlakuan tidak adil dalam persaingan yang dihadapi produsen mobil Eropa.
Saat ini, baik Tiongkok mau pun Eropa memiliki beberapa faktor perubahan.
Bagi UE, calon anggota Parlemen Eropa (yang mulai menjabat pada pertengahan Juli) akan memiliki waktu empat bulan ke depan untuk mengonfirmasi atau merevisi keputusan yang diambil oleh parlemen sebelumnya. Oleh karena itu, masih harus dilihat apa dampak potensial dari hasil pemilu minggu ini terhadap geopolitik Tiongkok – Uni Eropa serta hubungan ekonomi dan perdagangannya.
Begitu pula dengan posisi Ursula von der Leyen, apakah ia tetap menjabat atau tidak, juga menarik banyak perhatian. Dia perlu terpilih dan kembali menduduki kursi Presiden Komisi Eropa.
Juga tidak jelas apakah Beijing akan segera mengambil tindakan pembalasan atau terus memberikan tekanan pada negara-negara Uni Eropa dengan harapan dapat membujuk cukup negara-negara untuk menentang kenaikan tarif permanen.
Kendaraan listrik Tiongkok berdampak pada pasar, menyebabkan kerugian tahunan di Eropa sebesar EUR.7 miliar
Setelah Amerika Serikat mengumumkan tarif 100% pada kendaraan listrik Tiongkok, Eropa akan menjadi target yang menarik bagi perusahaan mobil Tiongkok BYD, Geely, dan Great Wall Motors.
Pada tahun 2023, Tiongkok menjual lebih dari 350.000 unit kendaraan jenis mobil dan SUV ke Eropa, terutama kendaraan listrik. Morris Garages (MG) dari Shanghai Automotive Industry Corporation. SAIC Group memimpin penjualan dengan 239.000 unit kendaraan (terutama kendaraan listrik), sekitar dua kali lipat total penjualannya pada tahun 2022.
Pada tahun 2023 BYD menjual sekitar 16,000 unit kendaraan listrik ke Eropa dan gencar mempromosikan penjualan di Eropa. BYD telah mengumumkan rencananya membangun pabrik di Hongaria untuk melokalisasi produksi kendaraan listrik.
HSBC Research dalam laporannya menyebutkan : “(Produsen) Tiongkok berkembang pesat di Eropa, tahun lalu mereka sempat menggandakan pangsa pasar kendaraan listriknya menjadi 7%, kami memperkirakan bahwa pada tahun 2025 mereka bisa merebut 10% pangsa Eropa”.
Perusahaan riset investasi “Evercore ISI” pada awal tahun 2024 melaporkan, bahwa produsen mobil Tiongkok memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 40 juta unit kendaraan, tetapi penjualan domestik hanya 30 juta unit, sehingga mendorong Tiongkok untuk secara aktif mencari pasar baru di luar negeri. “Evercore ISI” memperkirakan bahwa kendaraan Tiongkok akan merebut 10,1% pangsa pasar kendaraan listrik Eropa pada tahun 2030.
Harga mobil listrik Tiongkok murah dan harga terendahnya bisa mencapai USD.10.000,- sedangkan mobil listrik Eropa, bahkan untuk model yang “ekonomis” saja dijual dengan harga sekitar USD.27.000,-.
Pada tahun 2023, Allianz Trading, anak dari perusahaan asuransi Jerman Allianz melaporkan bahwa pada tahun 2030 nanti, kecuali jika Uni Eropa menaikkan tarif, memperbesar kemampuan dalam memproduksi baterai dan teknologi lainnya, atau membujuk perusahaan Tiongkok untuk memproduksi mobil di Eropa, jika tidak maka kendaraan listrik buatan Tiongkok dapat menyebabkan hilangnya keuntungan bagi produsen mobil Eropa setiap tahunnya sebesar EUR.7 miliar (setara USD.7,7 miliar).
Di sisi lain, industri otomotif merupakan sektor penyerap tenaga kerja yang sangat penting bagi Eropa. Menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa (European Automobile Manufacturers Association), industri otomotif menyediakan lapangan kerja langsung dan tidak langsung bagi 13 juta orang Eropa, termasuk 2,4 juta pekerjaan di bidang manufaktur.
Kelebihan kapasitas industri Tiongkok menyebabkan masalah global : “Kami tidak dapat mencerna sebanyak itu”
Pemenang Hadiah Nobel bidang ekonomi Paul Krugman dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV baru-baru ini mengatakan, bahwa dirinya tidak habis pikir kenapa para pemimpin Partai Komunis Tiongkok memilih menggunakan lebih banyak belanja pemerintah untuk mendukung produksi, ketimbang berusaha mendukung peningkatan permintaan konsumen.
“Kami tidak dapat mencerna sebanyak itu. Dunia tidak akan dapat menerima sebanyak yang ingin diekspor oleh Tiongkok”, kata Paul Krugman.
Selain kendaraan listrik, Tiongkok terus meningkatkan ekspor barang-barang manufaktur lainnya, sebagian karena alasan perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan lesunya pasar real estate yang membuat perusahaan-perusahaan Tiongkok kelebihan persediaan seperti baja, semen, panel surya, dan produk lainnya.
Bahkan beberapa negara Amerika Selatan pun telah mengenakan tarif tambahan terhadap baja Tiongkok, dan negara-negara lainnya juga berencana untuk mengikutinya.
Amerika Serikat telah lama menyatakan ketidakpuasannya terhadap ketidakseimbangan perdagangan dengan Tiongkok, dan meyakini bahwa Tiongkok mengekspor terlalu banyak dan mengimpor terlalu sedikit, yang mengakibatkan semakin lebarnya defisit perdagangan.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan pejabat lainnya mengecam Tiongkok yang mengekspor kelebihan kapasitas industrinya. Namun Beijing tidak mengakui adanya masalah tersebut, malahan menuduh perusahaan asinglah yang tidak sekompetitif perusahaan Tiongkok.
Pekan ini Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel mengatakan bahwa subsidi Beijing untuk sektor manufaktur menimbulkan masalah bagi semua negara tetangganya. (sin)