Kunci Kesuksesan Masa Depan: Tiongkok dan Amerika Serikat Bersaing untuk Mendapatkan Satelit Orbit Rendah

Meskipun satelit Starlink milik SpaceX, sebuah perusahaan milik taipan Elon Musk, adalah sistem komunikasi sipil, satelit ini memainkan peran militer yang tak tertandingi dalam perang Rusia-Ukraina. Mengingat hal ini, Partai Komunis Tiongkok (PKT) juga meluncurkan rencana “Starlink”-nya sendiri untuk meluncurkan 26.000 satelit orbit rendah ke ruang angkasa dalam dekade mendatang atau lebih.

Ini jelas merupakan rencana ambisius dan bagian dari persaingan ruang angkasa antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Apa kelebihan satelit orbit rendah untuk keperluan militer dan sipil? Apa dampak persaingan ruang angkasa antara Amerika Serikat dan Tiongkok di masa depan?

Satelit dengan Orbit Rendah adalah Kunci Peperangan Tanpa Awak, PKT Mempromosikan Rencana “Starlink versi Tiongkok”

Zhou Ziding, pembawa acara saluran militer “Exploration Hours”, mengatakan dalam program “Forum Elite” NTDTV bahwa satelit orbit rendah sangat penting dalam militer, seperti yang terlihat dari perang Rusia-Ukraina. Peperangan modern adalah peperangan multi-senjata yang terintegrasi, dan beberapa stasiun pangkalan elektronik diperlukan untuk komunikasi garis depan. Namun, baik Kota Bakhmut atau Avdievka di Ukraina, seluruh kota tampak hancur, tanpa satu pun rumah yang utuh.

Dalam hal ini, kata dia, tidak ada sinyal atau komunikasi, serta tidak ada cara untuk menghubungi komando pusat. Jika suatu unit tidak memiliki kontak komunikasi dengan pasukan di belakang serta sekutu di kiri dan kanan, ia bisa dikatakan hampir kehilangan efektivitas tempurnya. Jaminan komunikasi adalah salah satu alasannya, namun bukan alasan yang paling penting. Alasan terpentingnya adalah layanan jaringan global berlatensi rendah yang disediakan oleh satelit orbit rendah seperti Starlink merupakan landasan bagi peperangan tanpa awak di masa depan.

Peperangan tanpa awak yang kita bicarakan, baik itu drone, kendaraan tanpa awak, atau kapal tanpa awak, memang tidak sepenuhnya tanpa awak. Hanya saja tidak ada yang orang yang duduk di dalamnya, namun masih ada yang mengendalikannya. Zhou Ziding mengatakan: “Izinkan saya memberi Anda sebuah contoh: Global Hawk UAV milik Amerika Serikat adalah pesawat pengintai dengan daya tahan jangka panjang terbesar. Ini disebut drone. Tidak ada orang yang duduk di pesawat itu, tapi ada orang yang mengendalikannya. Global Hawk umumnya dikendalikan oleh operator yang duduk di pusat kendali di Amerika Serikat dan mengendalikan penerbangan Global Hawk dari jarak jauh.”

Global Hawk lahir sangat awal, sekitar dua puluh tahun yang lalu. Saat itu, belum ada satelit yang mengorbit rendah. Semuanya adalah satelit komunikasi di orbit geosinkon. Karena orbit satelit komunikasi sangat tinggi, maka penundaan waktunya juga sangat besar, yaitu mungkin beberapa ratus milidetik hingga satu menit. Penundaan dalam hitungan detik masih dapat diterima untuk pesawat yang terbang di udara, karena tidak ada hambatan di udara, dan pesawat tersebut hanya berfungsi untuk pengintaian, mengambil beberapa foto atau menyerang beberapa sasaran dari jarak jauh, tetapi jika peralatan tanpa awak ikut serta dalam perang di darat atau di laut, penundaan sedetik atau bahkan ratusan milidetik bisa berakibat fatal.

Kita sekarang melihat Amerika Serikat mengembangkan sejumlah besar drone dan kendaraan tanpa awak, termasuk uji tembak peluncur roket tanpa awak Haimas tahun ini, termasuk jet tempur F16 yang juga tanpa awak tahun ini. Sekretaris Angkatan Udara AS sempat menaiki pesawat F16 tanpa awak. Saat jet tempur itu melakukan uji terbang, semua peralatan tanpa awak ini sangat bergantung pada sistem komunikasi. Terutama dalam perang di masa depan, semua senjata dan perlengkapan tanpa awak di garis depan perlu diawasi atau diintervensi oleh orang-orang di bagian pusat komando. Lalu bagaimana cara berkomunikasinya? Ini sepenuhnya bergantung pada satelit yang mengorbit rendah.

Zhou Ziding mengatakan, melalui perang Ukraina, PKT menyadari masalah ini dan juga menyadari bahwa Amerika Serikat berada di garis depan dalam hal ini. Ukraina menggunakan sejumlah besar kapal tanpa awak di garis depan. Kapal tanpa awak dengan jangkauan ribuan kilometer menyerang kapal perang Rusia di wilayah pesisir. Tanpa sistem komunikasi satelit real-time dan sistem komunikasi satelit milik Elon Musk, hal ini tidak mungkin terjadi. Karena kita telah melihat video dari garis depan, ketika Rusia melihat kapal tanpa awak mendekat, mereka akan menembakkan senapan mesin atau rudal untuk mencoba menghancurkan kapal tanpa awak tersebut.

Namun, kata Ziding, kapal tanpa awak ini dikendalikan dari jarak jauh oleh manusia sehingga dapat mengelak dan merespons tepat waktu. Jika Anda tidak memiliki Starlink milik Musk, itu akan berdampak buruk. Jika menggunakan teknologi biasa, yaitu satelit komunikasi di orbit geosinkron, penundaannya mungkin ratusan milidetik. Lalu ketika Anda menunggu untuk bereaksi, bola meriam pihak lain telah diluncurkan. Jadi ini adalah contoh yang sangat jelas. Kapal tanpa awak membutuhkan teknologi komunikasi satelit orbit rendah, drone juga membutuhkannya, dan kendaraan tanpa awak juga membutuhkannya. Masa depan peperangan tanpa awak sepenuhnya bergantung pada satelit orbit rendah untuk menyediakan teknologi informasi komunikasi secara instan. Jadi ini adalah alasan penting mengapa Partai Komunis Tiongkok saat ini menghabiskan begitu banyak uang untuk mengejar Amerika Serikat dan ingin mengembangkan satelit orbit rendah.

Kompetisi Ruang Angkasa AS-Tiongkok: SpaceX Muncul secara Tiba-Tiba

Pemimpin redaksi The Epoch Times, Guo Jun mengatakan dalam “Forum Elite” bahwa satelit orbit rendah memiliki banyak kegunaan militer dan ekonomi, sehingga semua orang menganggapnya sangat penting. Persaingan sangat ketat, namun persaingan ruang angkasa lebih dari sekadar satelit. Pihak militer AS paling mengkhawatirkan mengenai persenjataan di ruang angkasa.

“Saya ingat ada laporan di Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa Partai Komunis Tiongkok sedang meneliti senjata nuklir ruang angkasa. Karena Amerika Serikat telah lama berjanji bahwa mereka tidak akan meneliti dan mengembangkan senjata nuklir yang ditempatkan di ruang angkasa, maka Amerika Serikat sangat khawatir dengan penelitian Partai Komunis Tiongkok di bidang ini,” tutur Guo.

Senjata nuklir ruang angkasa adalah menyebarkan senjata nuklir pada satelit yang mengorbit rendah. Dalam hal ini, semua sistem anti-rudal yang ada tidak akan ada gunanya, karena satelit yang mengorbit rendah, mengorbit Bumi setiap 90 menit sekali. Jika perputaran Bumi sendiri diperhitungkan, maka waktu rotasi pada dasarnya adalah 20 hingga 30 menit. Sebuah satelit dapat melewati tempat yang sama di Bumi dua kali setiap menit. Dengan kata lain, jika senjata nuklir dipasang di satelit ini secara tepat sasaran, serangan dapat dilancarkan dalam waktu 20 hingga 30 menit. Senjata nuklir tersebut dapat dijatuhkan dari ketinggian 500 kilometer di atas sasaran dan tiba dalam waktu sekitar 5 menit.

Guo Jun mengatakan bahwa Amerika Serikat saat ini memimpin dalam kompetisi ruang angkasa, namun beberapa waktu lalu, sebuah laporan dari sebuah lembaga think tank Amerika menyebutkan bahwa Tiongkok mengejar dengan kecepatan tinggi, dan jaraknya semakin dekat. “Namun, saya selalu merasa kekurangan Tiongkok adalah inovasi orisinal. Inovasi orisinal ini sangat penting dalam persaingan teknologi. Tiongkok mengikuti dengan cermat dan cepat, namun tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi yang pertama dalam bidang ini,” papar Guo Jun.

Hal yang sama berlaku untuk teknologi ruang angkasa. Misalnya, satelit orbit rendah yang kita bicarakan tidak disadari oleh Tiongkok sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu. Semua orang ingat bahwa Huawei adalah perusahaan yang dianggap sangat penting oleh Tiongkok. Telah dipublikasikan di seluruh negeri bahwa Huawei memiliki teknologi 5G, yang merupakan teknologi komunikasi digital generasi kelima yang pertama, dan Tiongkok merasa bahwa Huawei akan memimpin dunia.

Memang benar bahwa tidak ada yang bisa bersaing dengan Huawei dalam hal peralatan dan konstruksi stasiun pangkalan. Itulah yang terjadi pada saat itu. Tapi tidak ada yang berbicara tentang 5G sekarang. Hanya dalam beberapa tahun, 5G telah dilampaui oleh teknologi komunikasi digital generasi keenam. Generasi keenam adalah komunikasi 6G. Pada dasarnya kita dapat yakin bahwa 6G telah menggunakan satelit orbit rendah sebagai stasiun pemancar. Jadi sekarang Tiongkok sudah mulai berinvestasi besar-besaran pada satelit orbit rendah. Yang paling penting adalah memulai penelitian untuk mengurangi biaya peluncuran roket, terutama pada teknologi pemulihan roket.

Zhou Ziding mengatakan dalam “Forum Elite” bahwa terdapat kesenjangan tertentu antara Tiongkok dan Amerika Serikat di bidang ruang angkasa, namun dibandingkan dengan bidang lain, Tiongkok memiliki akumulasi teknologi tertentu di bidang ruang angkasa. Bidang ruang angkasa Tiongkok didasarkan pada penelitian roket, dan Tiongkok selalu banyak berinvestasi di bidang ini. Roket dan rudal sebenarnya memiliki pembawa yang sama. Tiongkok telah mengembangkan berbagai rudal balistik sejak ledakan bom nuklir (1964), terutama untuk mempertahankan apa yang disebut kemampuan pencegahan nuklir terhadap negara lain. Oleh karena itu, dari dulu hingga sekarang, kesenjangan antara Partai Komunis Tiongkok dan Amerika Serikat di bidang ruang angkasa relatif kecil. Faktanya, dalam beberapa dekade terakhir, kontribusi NASA tidak sebesar dulu.

Hal ini, ujar Ziding, terutama disebabkan oleh kemunculan tiba-tiba SpaceX, sebuah perusahaan swasta milik Musk, yang telah mengubah ekologi seluruh industri kedirgantaraan global, baik itu Starlink maupun yang saat ini sedang dikembangkan. Pesawat ruang angkasa yang sedang dikembangkan saat ini semuanya sangat-sangat kreatif. Partai Komunis Tiongkok juga menyadari masalah ini dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang mereka ingin menetapkan tujuan yang sangat ambisius dan ingin mengejar ketertinggalannya.

“Namun menurut saya, keberhasilan Negeri Tirai Bambu itu untuk mengejar ketertinggalan tidak bergantung pada kemauan negara. Hal ini membutuhkan banyak individu, inovasi, dan dengan berkembangnya kekuatan modal, dan ketika seluruh pasar, teknologi, dan masyarakat Tiongkok menjadi semakin berhaluan kiri, saya pikir PKT akan menghadapi banyak kesulitan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,” kata Zhou Ziding.

Keberhasilan Uji Penerbangan Pesawat Ruang Angkasa Sebanding dengan Pelayaran Pertama Columbus

Guo Jun mengatakan dalam “Forum Elite” bahwa dalam beberapa dekade terakhir, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang pesat, dan kecepatan pembaruannya sangat cepat. Namun, pada dasarnya belum ada inovasi orisinal yang dilakukan oleh orang Tiongkok. Mereka dibuat oleh orang lain dan kemudian orang Tiongkok belajar dan memperbaikinya, kemudian menggunakan efek berbiaya rendah untuk memperluas produksi, dan kemudian memonopoli dan mengendalikan industri ini.

Di masa lalu, ketika Tiongkok dan Amerika Serikat mempunyai kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi yang erat, sejumlah besar mahasiswa Tiongkok belajar dan melakukan penelitian di Amerika Serikat, namun peluang ini mungkin tidak ada di masa depan. Jika Tiongkok kekurangan inovasi orisinal dan hanya mengandalkan pembelajaran, pemisahan penelitian ilmiah dan teknologi seperti ini akan berdampak besar pada Tiongkok, karena negara lain tidak akan membiarkan Anda mengikuti. “Oleh karena itu, saya pikir dampak besar dari pemisahan teknologi Tiongkok-AS akan semakin besar,” ujar Guo Jun.

Menurut Guo Jun, mutasi peradaban manusia terkait dengan perluasan ruang angkasa. Di masa lalu, perluasan ini terutama tercermin pada lahan, dan semua orang bersaing untuk mendapatkan lahan. Entah itu penemuan Amerika oleh Columbus, atau perkembangan modern Amerika Serikat dan Rusia, sebenarnya ada hubungannya dengan perluasan geografis, sehingga Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet memiliki prasyarat untuk menjadi negara adidaya.

Kini, ujar Guo Jun, setelah daratan di permukaan Bumi pada dasarnya telah terbagi, banyak orang yang meyakini bahwa ada dua arah perluasan peradaban manusia di masa depan, yang satu adalah lautan dan yang lainnya adalah ruang angkasa. Jika manusia berkembang dengan kecepatan seperti saat ini, perluasan ruang di masa depan terutama akan terjadi di kedua wilayah tersebut. Uji coba Starship dan lepas landasnya roket raksasa yang dilakukan SpaceX baru-baru ini mungkin merupakan pertanda perkembangan zaman. Kita mungkin tidak dapat sepenuhnya memahami maknanya saat ini, sama seperti ketika Columbus meninggalkan Spanyol dengan kapal layar Santa Maria. Saat itu, kita tidak mengetahui pentingnya pelayaran itu. Kini orang-orang tahu bahwa ini adalah titik balik besar bagi umat manusia. (Lin/mgln)