ANALISIS: Masa Depan yang Sulit Setelah Penghentian Produksi Nikel oleh Perusahaan Raksasa Australia BHP

Persaingan dari Asia membuat harga nikel turun dari U$D 30.000 per ton menjadi U$D S16.000 per ton, sehingga menghasilkan operasi-operasi nikel oleh BHP menjadi tidak menguntungkan

Rex Widerstrom

Perusahaan raksasa nikel Austrlia BHP telah mengumumkan penghentian penambangan dan pengolahan nikel BHP di Western Australia setidaknya selama tiga tahun, dengan alasan “kelebihan pasokan nikel di pasar global.”

Namun hal ini menutupi masalah yang jauh lebih besar yaitu raksasa pertambangan tersebut cenderung tidak pulih: persaingan ketat dari Indonesia, yang membanjiri pasar nikel dengan logam nikel yang bermutu rendah dan, sebagai akibatnya, akuntansi mencatat kekurangan dari sekitar 6 persen nikel dunia menjadi 53 persen saat ini.

Dan hal itu tidak cenderung berubah karena para produsen Indonesia dan Filipina–—yang bermitra dengan produsen baja Tiongkok—–telah mengembangkan teknologi pemrosesan baru yang memungkinkan mereka memasok pasar dengan harga 30 persen lebih rendah dibandingkan Australia.

Sementara Bank Dunia (dan perkiraan lainnya) memprediksi harga komoditas tersebut akan naik sebesar 6 persen pada tahun 2025–—meskipun tidak sebesar tingkat sebelumnya–—perbedaan harga tersebut akan terus-menerus membuat produk BHP menjadi tidak kompetitif.

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah penurunan penjualan kendaraan listrik, yang baterainya menggunakan nikel, menyebabkan Tesla memangkas 10 persen tenaga kerjanya pada April.

“Seperti hal-hal lainnya di sektor nikel Australia, kami belum mampu mengatasi besarnya tantangan  ekonomi  yang disebabkan oleh kelebihan pasokan nikel global,” kata presiden operasional BHP di Australia, Geraldine Slattery.

Pada  11 Juli, BHP mengatakan diharapkan membukukan kerugian EBITDA yang mendasarinya sebesar U$D 450 juta (U$D 300 juta) pada tahun keuangan 2024 dari bisnis Western Australia Nickel milik BHP dan biaya penurunan nilai non-tunai sebesar U$D 0,3 miliar.

Didorong oleh lonjakan awal penjualan kendaraan listrik, BHP menginvestasikan U$D 4,4 miliar (U$D 3 miliar) pada tahun keuangan 2020 dalam memperbarui kembali operasi-operasi nikelnya untuk melayani pasar tersebut. Sejak itu, BHP melaporkan aliran uang tunai negatif di Nickel West setiap tahun.

Penangguhan Akan Berdampak Pada 1.600 Pekerja dan Kontraktor

Penghentian operasional–—yang mencakup kilang nikel Kwinana di Perth, pabrik peleburan Kalgoorlie, tambang-tambang utamanya di Mt. Keith dan Leinster, dan proyek West Musgraves di Goldfields–—akan dimulai pada  Oktober.

Hal ini akan berdampak tidak hanya pada 1.600 pekerja tetapi juga berdampak pada banyak kontraktor dan  pemasok yang melayani sektor pertambangan.

Keputusan tersebut tidaklah mengejutkan, karena BHP mengumumkan awal tahun ini bahwa operasi Nickel West milik BHP sedang ditinjau dan diperingatkan akan adanya potensi penghentian sementara akibat jatuhnya harga pasar.

Presiden Aset Western Australia Nickel milik BHP Jessica Farrell berjanji pada  11 Juli bahwa “siapa pun di garis depan kami yang menginginkan pekerjaan di BHP, sudah mendapatkan pekerjaan di BHP,” yang mengindikasikan bahwa staf akan dikerahkan kembali.

Namun, beberapa redundansi juga diperkirakan akan terjadi.

BHP akan menyiapkan dana komunitas sebesar U$D 20 juta untuk mendukung kota-kota yang terkena dampak penutupan tersebut.

BHP akan menginvestasikan sekitar U$D 450 juta per tahun untuk mengaktifkan kembali fasilitas tersebut di masa depan. BHP akan meninjau situasi tersebut pada  Februari 2027, meskipun Jessica Farrell mengatakan BHP memperkirakan “kelebihan pasokan akan terus berlanjut hingga akhir dasawarsa ini.”

Perdana Menteri Australia Barat Roger Cook mengatakan pemerintah negara bagian akan “melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendukung pekerja tersebut dan komunitas regional kita dalam melewati masa sulit ini.”

Menteri Federal Menyebut Keputusan itu Adalah ‘Mengecewakan’

Menteri Sumber Daya Federal Madeleine King menyerukan keputusan itu adalah “mengecewakan” dan mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan BHP dan sektor nikel yang lebih luas mengenai tanggapan kebijakan untuk mendukung produksi yang sedang berlangsung.

“Kami menambahkan nikel ke daftar mineral-mineral penting pada  Februari, yang menghasilkan proyek nikel yang memenuhi syarat untuk dipertimbangkan berdasarkan fasilitas mineral penting senilai U$D 4 miliar. Kami juga mengumumkan insentif pajak produksi mineral-mineral penting di Anggaran Mei,” katanya.

“Namun, jelas bahwa skala kesulitan yang dihadapi Nickel West akibat perkembangan di pasar nikel global telah menyebabkan penangguhan yang bersifat sementara yang  diumumkan oleh BHP hari ini.”

Keputusan tersebut mengartikan operasi-operasi nikel Australia akan menyusut pada operasi Nova dan tambang Murrin Murrin milik Glencore, sehingga mengurangi produksi nikel Australia di mana pada tahun lalu produksi nikel Australia lebih dari 150.000 ton menjadi sekitar 60.000 ton.

Saham-saham BHP turun 0,94 persen menjadi U$D 43,15 pada awal perdagangan di ASX pada tanggal 12 Juli, dan telah jatuh 2,16 persen selama 12 bulan terakhir.

Pemulihan Mungkin Sulit

Banyak penambang nikel skala kecil yang terpaksa gulung tikar karena persaingan dari Indonesia.

First Quantum dan Ravensthorpe milik POSCO, operasi Kambalda milik Wyloo, Savannah milik Panoramic dan tambang Avebury di Tasmania semuanya telah ditutup, sementara IGO menjalankan tambang Forrestania miliknya menjelang akhir masa pakainya, dan telah menghentikan pembangunan pengembangan nikel yang signifikan berikutnya, yaitu Odiseus.

Harga nikel berfluktuasi secara substansial, bergantung pada kondisi pasar global.

Pasca runtuhnya Uni Soviet, ekspor-ekspor nikel meningkat secara drastis, yang menurunkan harga nikel hingga di bawah biaya produksi pada pertengahan tahun 1990an dan memaksa para produsen membatasi produksinya.

Harga-harga kemudian naik lagi hingga U$D 52.179 per metrik ton pada  Mei 2007. (Vv)

Rex Widerstrom adalah seorang reporter yang berbasis di Selandia Baru dengan lebih dari 40 tahun pengalaman di bidang media, termasuk radio dan media cetak. Saat ini dia adalah presenter untuk Hutt Radio