EtIndonesia. Awal pekan ini, seorang ibu di Thailand menyatakan bahwa seorang guru di taman kanak-kanak putrinya memaksa anaknya untuk membawa pulang kotoran di dalam tas ranselnya. Ibu itu bahkan mengatakan bahwa gurunya sudah melakukan ini dua kali.
Ibu tersebut telah mengajukan pengaduan ke kantor pemerintah kota setempat sambil juga mencari sekolah baru untuk putrinya.
Dia mengatakan putrinya baru bersekolah di taman kanak-kanak selama dua bulan, namun dia terpaksa membawa pulang kotoran di ranselnya sebanyak dua kali.
Keluarga tersebut menemukan kotorannya terbungkus dalam pakaian anak tersebut dan dimasukkan ke dalam ransel bersama buku-bukunya. Ketika ditanya mengapa hal ini terjadi, guru tersebut mengatakan bahwa gadis tersebut buang air besar di celananya, menurut Channel 3 News.
Keluarga bingung kenapa guru tidak membuang kotorannya ke toilet. Sebaliknya, guru tersebut memilih untuk membungkus gumpalan kotoran tersebut ke dalam pakaian anak tersebut dan memasukkannya ke dalam ransel untuk dibawa pulang.
Hal ini mendorong keluarga tersebut untuk bertanya kepada orangtua lainnya apakah hal ini pernah terjadi pada mereka dan beberapa mengatakan hal tersebut memang pernah terjadi.
Orangtua lain membenarkan kejadian tersebut, dengan mengatakan bahwa hal tersebut juga dilakukan terhadap anak-anak mereka, sebelum mereka memutuskan untuk memindahkan anak-anak mereka ke sekolah lain.
Selain itu, terdapat klaim tambahan bahwa para guru mengabaikan pengasuhan anak yang layak.
Salah satu cerita menyatakan bahwa seorang anak dipaksa telanjang setelah mereka buang air besar di celana saat lagu kebangsaan dinyanyikan. Mereka kemudian dibiarkan berdiri di sana sampai lagu kebangsaan berakhir.
Meski orangtuanya sudah mengemas pakaian cadangan di ransel anak, namun mereka tidak diperbolehkan berganti pakaian. Guru kemudian memanggil orangtuanya untuk datang ke sekolah untuk mengganti pakaian anaknya. Jika orangtuanya tidak menjawab atau datang, anak tersebut akan ditinggalkan di tiang bendera dalam keadaan telanjang.
Menurut Matichon, kejadian ini juga bukan satu-satunya kejadian.
Sang ibu, yang mengajukan pengaduan ke pemerintah kota, mengatakan bahwa putrinya dulunya senang bersekolah. Namun sekarang, dia takut dengan pengalaman itu.
Setelah pengaduan ibu tersebut, pemerintah kota membentuk sebuah komite untuk menyelidiki klaim tersebut.
Komite telah meminta sekolah untuk memantau perilaku guru tersebut. (yn)
Sumber: mustsharenews