Mengungkap Pria Berusia 20 Tahun yang Mencoba Membunuh Trump, Menjalani Kehidupan Penuh Kontradiktif

NTD

Setelah penyerangan terhadap Trump, informasi pria bersenjata yang berusaha membunuh Trump dipublikasikan.  Pada 15 Juli, sejumlah besar wartawan berkumpul di dekat rumah Thomas Matthew Crooks  di Bethel Park, Pennsylvania, dan agen FBI difilmkan mengunjungi rumah tersebut untuk diinterogasi.

Pada 13 Juli, Crooks tergeletak di atap kurang dari 150 meter dari rapat umum Trump di Buttler, Pennsylvania. Dia menggunakan senapan semi-otomatis AR-15 dan menembak ke arah Trump yang mengenai telinganya.  Seorang peserta kampanye lainnya tewas ditembak dan dua lainnya terluka. 

Wawancara media lokal menemukan bahwa pekerja dapur berusia 20 tahun di panti jompo ini memiliki kehidupan yang kontradiktif.

Tetangganya mengatakan Crooks adalah anak yang pendiam dan tertutup. Beberapa teman sekolah menengahnya mengatakan bahwa dia mengalami bulying di sekolah, sementara yang lain mengatakan bahwa Crooks memiliki kemampuan belajar yang luar biasa dan pandai dalam sejarah dan politik. 

BACA JUGA : Kronologi Detik-detik Percobaan Pembunuhan Terhadap Donald Trump

Media lokal juga mengungkapkan bahwa ketika Crooks lulus SMA, dia menerima beasiswa US$500 untuk nilai matematika dan sainsnya yang sangat baik.

Jason Kohler, teman sekelas Crooks di SMA berkata: “Dia terkadang memakai pakaian berburu (ke sekolah). Setelah COVID, dia selalu memakai masker.”

Catatan klub menembak lokal menunjukkan Crooks telah berlatih menembak selama lebih dari setahun. Senapan yang dia gunakan untuk melakukan kejahatan, dibeli oleh ayahnya setengah tahun lalu.

Teman sekelasnya mengaku ketika Crooks pertama kali masuk SMA, dia ingin bergabung dengan klub menembak, tapi ditolak karena akurasinya buruk.

Dia juga mempelajari bahan peledak dari selebriti internet. Pada 14 Juli, polisi menemukan alat peledak di mobilnya.

Selain itu, Crooks terdaftar sebagai pemilih Partai Republik, namun memberikan semua uangnya dalam hidupnya sebagai sumbangan kepada Partai Demokrat.

Setelah pembunuhan tersebut, ada yang mempertanyakan bahwa Agen Dinas Rahasia yang bertanggung jawab atas keamanan di tempat kejadian jelas-jelas kekurangan personel. Pasalanya,  atap bangunan yang menjadi tempat Crooks berada tidak dijaga.

Direktur Secret Service Kimberly Cheatle mengeluarkan pernyataan pada Senin (15 Juli) yang mengatakan bahwa personel Dinas Rahasia di lokasi kejadian bertindak cepat dan membunuh Crooks untuk melindungi keselamatan Trump. Dia berjanji untuk memperkuat keamanan bagi Trump di masa mendatang.

FBI saat ini sedang menyelidiki motif Crooks dan  Kimberly Cheatle  akan memberikan keterangan dalam sidang kongres AS pada 22 Juli. (Hui)