Diplomat Korea Utara Merencanakan Pembelotan Selama 3 Bulan, Baru Memberitahukan Istri dan Anak-anak Mereka 6 Jam Sebelum Keberangkatan 

NTD

Seorang konselor Korea Utara di Kuba membelot dari Korea Utara pada  November tahun lalu, dan menjadi diplomat Korea Utara berpangkat tertinggi yang membelot ke Korea Selatan dalam delapan tahun terakhir. Dia mengungkapkan bahwa dirinya telah merencanakan pembelotannya selama tiga bulan dan hanya berani memberitahukan kepada istri dan anak-anaknya enam jam sebelum berangkat.

Pada  Selasa (16 Juli), media Korea Selatan Chosun Ilbo melaporkan bahwa seorang diplomat Korea Utara, Ri Il Kyu, yang berusia 52 tahun, melarikan diri ke Korea Selatan bersama keluarganya pada November tahun lalu. Ri Il Kyu, yang sejak April 2019 bertugas sebagai konselor di Kedutaan Besar Korea Utara di Kuba, salah satu tugasnya adalah mencegah terjadinya hubungan baik antara Korea Selatan dan Kuba. 

Ri mengatakan bahwa alasan dia membelot ke Korea Selatan adalah karena kecewa dengan rezim Korea Utara dan evaluasi yang tidak adil dari atasannya terhadap pekerjaannya. Atasannya mulai menindasnya setelah gagal meminta suap darinya.

Ri menderita cedera saraf akibat cedera tulang leher tahun lalu dan meminta izin kepada Kementerian Luar Negeri untuk dirawat di Meksiko, tetapi permintaannya ditolak, yang membuatnya sangat marah. Ditambah lagi, orang tua dan mertua Ri di Korea Utara telah meninggal, sehingga dia memutuskan untuk melarikan diri ke Korea Selatan.

Dia mulai serius merencanakan untuk membelot dari Korea Utara pada  Juli tahun lalu dan melaksanakannya pada awal November.

“Saya kehilangan 7 kilogram dalam tiga bulan itu dan mengalami rasa makan nasi seperti mengunyah pasir,” katanya. 

Dia membeli tiket pesawat dan baru memberitahukan kepada istri dan anak-anaknya enam jam sebelum melarikan diri, tetapi dia tidak mengatakan bahwa mereka akan pergi ke Korea Selatan, hanya berkata, “Kita akan hidup di luar negeri.”

Dia menerbangkan keluarganya keluar dari Kuba tetapi tidak memberikan rincian bagaimana dia bisa melarikan diri dengan risiko tinggi tersebut. Dia mengatakan bahwa pengungkapan rincian akan memungkinkan pihak berwenang Korea Utara mengambil tindakan pencegahan dan memotong jalur pejabat lain yang akan membelot.

Ia mengatakan banyak warga Korea Utara bermimpi tinggal di Korea Selatan karena ingin memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka.

Dia mengatakan bahwa penampilan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di depan umum bersama putrinya, Kim Jong-ae, dalam acara-acara penting secara perlahan membuatnya merasa keberatan. Dia sangat marah karena memikirkan bahwa setelah seumur hidup dihina di kaki orang-orang ini, anak-anaknya sekarang harus merendahkan diri di depan anak kecil itu. Dia mengatakan bahwa dia berpikir bahwa banyak orang-orang Korea yang seharusnya berpikir seperti ini.

Ri Il-kyu juga mengonfirmasi bahwa Han Sung-yeol, Wakil Menteri Luar Negeri yang awalnya bertanggung jawab atas hubungan Korea Utara-AS, dieksekusi di depan umum pada Februari 2019 atas tuduhan “bertindak sebagai mata-mata AS”. Saat itu, pejabat dari Wakil Direktur Kementerian Luar Negeri pada level atas berkumpul di sebuah sekolah untuk menyaksikan eksekusi publik. Ri mendengar bahwa orang-orang yang mengunjungi lokasi penembakan tidak makan selama berhari-hari.

Ri juga menyebutkan, warga Korea Utara lebih menginginkan reunifikasi Utara dan Selatan dibandingkan warga Korea Selatan karena memang tidak mampu bertahan. Baik kader maupun warga biasa yang khawatir dengan masa depan anak-anaknya dan berharap bisa hidup lebih baik, jawabannya sama. Jika perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan berinvestasi di Korea Utara dan menciptakan lapangan kerja, masyarakat Korea Utara tidak akan hidup seperti pengemis seperti sekarang.

“Chosun Ilbo” menyatakan bahwa Ri Il kyu masuk ke Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada tahun 1999. Pada  2013, ia dipuji oleh Kim Jong-un karena bernegosiasi dengan Panama dan berhasil membebaskan kapal Korea Utara yang ditahan.

Delapan tahun lalu, seorang diplomat senior Korea Utara membelot dan tiba di Korea Selatan.

Pada Juli 2016, Tae Yongho, yang saat itu menjabat sebagai pejabat No. 2 di Kedutaan Besar Korea Utara di London, membelot ke Korea Selatan bersama keluarganya. Dia mengatakan kepada wartawan di Seoul bahwa dia membelot ke Korea Selatan karena putus asa terhadap rezim Kim Jong-un di Korea Utara. Dia merindukan kebebasan dan demokrasi di Korea Selatan dan berharap anak-anaknya akan memiliki masa depan yang cerah.

Thae Yong-ho terpilih sebagai anggota Kongres Korea Selatan pada tahun 2020.

Seringkali diperlukan waktu berbulan-bulan agar rincian pembelot Korea Utara dapat diketahui publik karena mereka harus lulus pemeriksaan oleh otoritas Korea Selatan dan mendapatkan pendidikan tentang masyarakat dan institusi Korea Selatan. (Hui)