“Paket Makanan Buat Orang Melarat” Kian Dicari oleh Konsumen Tiongkok Ketika Perekonomian Memburuk

 oleh Chen Ting

Ketika perekonomian Tiongkok terus memburuk, lapangan kerja menyusut, para konsumen Tiongkok juga terus memangkas pengeluaran sehari-hari. Oleh karena itu, banyak pedagang makanan meluncurkan “paket makanan buat orang melarat” dengan harga terjangkau yang malahan dicari-cari oleh kalangan anak-anak muda Tiongkok.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak bisnis di Tiongkok, termasuk kafetaria KFC, McDonald’s, dan IKEA, telah meluncurkan “paket makanan buat orang melarat”. Tren ini bahkan merambah ke bidang furnitur, wisata budaya, dan bidang lainnya.

Olivia Wang, seorang konsultan imigrasi di Beijing, mengatakan kepada reporter “South China Morning Post” bahwa di waktu lalu, ia sering menghabiskan uang setidaknya RMB.1.000,- kalau pergi jalan-jalan berbarengan dengan teman-temannya.

Mereka akan makan malam di restoran yang berbiaya kira-kira RMB.200,- hingga RMB.300,-per orang, kemudian menikmati spa di pusat kota Beijing.

“Saat ini, teman-teman semua lebih sering membicarakan berkumpul di tempat yang biayanya sekitar RMB.40,- hingga RMB.50,- per orang, memilih makanan lezat seperti sup dalam panci besar daripada makanan Barat yang mewah. Bahkan jika mau pijat pun, mereka memilih yang berbiaya di bawah RMB.100,-”, kata Olivia. “Setiap orang kembali ke gaya hidup yang lebih pragmatis.”

Para analis percaya bahwa dengan semakin populernya “paket makanan buat orang melarat” di berbagai bidang telah mencerminkan bahwa harga semakin sensitif bagi konsumen generasi muda.

Hal ini serupa dengan “ekonomi ambigu” yang populer 10 tahun lalu, yang menyoroti bagaimana generasi muda menunjukkan sikap menertawakan diri sendiri ketika dihadapkan pada tekanan kerja yang berat dan pertumbuhan pendapatan yang terbatas.

Menurut data resmi yang dirilis oleh Partai Komunis Tiongkok (yang telah dipertanyakan oleh banyak ahli), situasi PHK dan pemotongan gaji di Tiongkok pada bulan Juni tahun ini meningkat secara keseluruhan. Menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan besar menerapkan PHK dan pemotongan gaji.

Ketika kepercayaan konsumen nyaris tidak mengalami pemulihan, penjualan ritel Juni tahun ini hanya naik 2% dibandingkan dengan Juni tahun lalu. Hal ini menandakan bahwa tingkat pertumbuhan paling lambat di Tiongkok sejak negara tersebut mencabut lockdown di akhir 2022.

Zichuan Huang, analis Capital Economics mengatakan kepada South China Morning Post : “Perkiraan kami menunjukkan bahwa dalam kondisi kepercayaan konsumen yang tetap lemah, pertumbuhan penjualan ritel bulanan yang disesuaikan secara musiman kemungkinan akan turun secara keseluruhan”.

“Belanja konsumen akan terus tertekan”, kata Zichun Huang.

Xu Tianchen, seorang analis di Economist Intelligence Unit (EIU), mengatakan bahwa anak-anak muda mengejar produk-produk berharga murah mencerminkan bahwa mereka masih menghadapi tekanan ekonomi yang bisa jadi memiliki konsekuensi yang luas, “termasuk perekonomian yang lebih rentan terhadap deflasi,” lanjutnya. Selain masyarakat lebih memilih menabung uang daripada membelanjakannya, maka ekonomi akan mengalami pertumbuhan yang lambat. (sin)