Pintu Air Waduk Hunan Dibuka Hingga Merendam Desa-desa dan Kota-kota, Warga Mengalami Kerugian Besar 

NTD

Henan, Shaanxi, dan beberapa provinsi lainnya di Tiongkok  mengalami cuaca hujan ekstrem. Di Henan, beberapa waduk terus menerus membuka pintu air, menyebabkan banjir parah di kedua sisi sungai, merendam rumah, mobil, dan lahan pertanian. Di Baoji, Shaanxi, terjadi banjir bandang, membuat warga terjebak dan menyebabkan kerugian besar.

 Dikarenakan Hujan deras  menyebabkan tanah longsor, pada  17 Juli dini hari, sungai di Baoji, Shaanxi, seperti Sungai Shiba, meluap. Banjir masuk ke daerah pemukiman, sebagian besar kota terendam, mobil-mobil terseret oleh lumpur dan air, serta warga terjebak.

 Seorang warga Baoji, Shaanxi, Mr. Deng, mengatakan: “Banjir bandang tiba-tiba terjadi, Sungai Qingjiang meluap, saluran pembuangan di jembatan tersumbat oleh pohon, lalu air meluap, membawa pasir. Kerugian cukup besar. Karena jembatan runtuh, desa di seberang pasti terjebak, tanggul sungai runtuh, tanaman rusak parah, dan mobil-mobil terendam menunggu untuk diderek.”

 Pada Rabu pagi, di Jalan Taman, Distrik Weibin, terlihat banyak kendaraan terperangkap dalam lumpur.

Banjir menyebabkan beberapa wilayah di Baoji mengalami pemadaman air dan listrik. Karena jalan yang berlumpur sulit dilalui, pasokan makanan dan obat-obatan untuk warga terputus.

 Data meteorologi menunjukkan bahwa pada Rabu pagi, di banyak tempat di Henan seperti Shangqiu, Zhoukou, Anyang, dan Hebi, terjadi hujan lebat. Sebanyak 33 waduk besar dan menengah di Henan melebihi batas level banjir. Kota Nanyang mencatat curah hujan tertinggi di provinsi tersebut dalam 24 jam, hampir mencapai 700 milimeter, mendekati curah hujan tahunan.

Wilayah Nanyang dikepung oleh banjir, lahan pertanian dan sebagian jalan raya terendam, beberapa warga terjatuh ke air dan meminta bantuan. Warga Nanyang mengungkapkan bahwa banjir di Henan seringkali terkait dengan pelepasan air dari waduk, menyebabkan kerugian besar pada nyawa dan harta benda, tetapi pemerintah Tiongkok menutup-nutupi informasi ini.

 Seorang warga Nanyang, Mr. Yang, mengatakan: “Di atas Nanyang ada Waduk Yahe. Saat kekeringan, waduk ditutup untuk menyimpan air dan disewakan untuk budidaya ikan, serta kegiatan komersial lainnya. Begitu hujan turun, mereka diam-diam melepaskan air tanpa peringatan. Jika memberikan peringatan, itu menjadi tanggung jawab pemerintah dan mereka mungkin harus memberi kompensasi. Semua kesalahan manusia diakui sebagai bencana alam. Mereka tidak peduli pada rakyat, jika mati, ya sudah mati.”

 Banjir di Sungai Tang, Nanyang, membuat beberapa warga harus mengungsi dengan cepat sebelum puncak banjir datang.

 Seorang warga Tanghe, Nanyang, Ms. Zheng, mengatakan: “Di hulu, Sheqi dan Fangcheng tergenang, air dilepaskan. Malam kemarin, air dari banjir dialirkan ke sini. Sungai Tang meluap, daerah yang lebih rendah terendam air. Desa Guotan juga terendam. Hujan sangat deras. Beberapa hari lalu masih kering, tapi sekarang tanaman terendam. Rakyat benar-benar sulit.” (**)