oleh Yi Jing, reporter dari New Tang Dynasty Television.
Setelah pemilu di Venezuela selesai, muncul gelombang keraguan dari dalam negeri maupun luar negeri mengenai transparansi perhitungan suara. Pada Rabu (31 Juli), Uni Eropa dan Kelompok Tujuh (G7) mendesak agar hasil pemilu diumumkan secara terbuka dan Presiden Venezuela saat ini, Nicolás Maduro, memberikan tanggapannya.
Pada Rabu, Uni Eropa menyatakan bahwa mereka tidak mengakui hasil pemilu yang telah diumumkan sebelum Venezuela membuka dan memverifikasi catatan pemungutan suara.
Josep Borrell, Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa: “Mereka hanya mengumumkan 80% dari hasil pemilu dan tidak menyediakan sumber sistem apa pun yang dapat memverifikasi hasil tersebut.”
Para Menteri Luar Negeri dari Kelompok Tujuh (G7) juga mengeluarkan pernyataan bersama pada hari yang sama, mendesak otoritas Venezuela untuk mengumumkan hasil pemilu secara terperinci dan transparan serta menuntut agar semua informasi dibagikan segera dengan pihak oposisi dan pengamat independen.
Presiden Venezuela Nicolás Maduro memberikan tanggapannya pada hari itu.
Presiden Venezuela Nicolás Maduro: “Partai Sosialis Bersatu Venezuela sudah siap untuk memberikan 100% catatan penghitungan suara yang kami miliki.”
Pada pemilu yang diadakan pada Minggu (28 Juli), Maduro mengumumkan kemenangan dengan memperoleh 51% suara, yang memberikannya masa jabatan ketiga.
Namun, pihak oposisi menolak hasil ini, mengklaim bahwa mereka memiliki bukti yang menunjukkan bahwa kandidat mereka, Edmundo González, memenangkan pemilu dengan dukungan lebih dari 70%.
Kandidat Oposisi Edmundo González: “Saya ingin mengatakan bahwa (catatan penghitungan) ada di sini, datanglah dan ambil.”
Ribuan orang turun ke jalan pada Selasa (30 Juli), menyanyikan lagu kebangsaan untuk menunjukkan dukungan mereka kepada oposisi.
Para Demonstran berkata”Kita harus menemukan cara untuk menghormati hasil pemilu. Rakyat Venezuela berseru bahwa mereka menginginkan perubahan politik.”
Sejak Maduro mengumumkan kemenangannya, ratusan aksi protes meledak di seluruh Venezuela. Pihak berwenang mengerahkan polisi untuk membubarkan dan menangkap para demonstran. Hingga Selasa, dilaporkan bahwa setidaknya 16 orang telah tewas dalam bentrokan, dan 749 orang ditahan.
Sementara itu, pihak berwenang Venezuela telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk kandidat oposisi Edmundo González dan pemimpin oposisi María Corina Machado. Kosta Rika kemudian menyatakan kesediaannya untuk memberikan suaka kepada keduanya.
Pada Rabu, Machado mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Kosta Rika dan menekankan bahwa tanggung jawabnya adalah melanjutkan perjuangan ini bersama rakyat.
Tujuh negara Amerika Latin, termasuk Argentina dan Chili, telah mengumumkan penarikan diplomat mereka dari Venezuela, dan Kedutaan Besar Venezuela di Lima, Peru, juga telah dipaksa untuk ditutup. (Hui)