Puluhan Orang Tewas dan Hilang di Hunan, Tiongkok Akibat Banjir,  Para Korban Kekurangan Pangan dan Air Hingga  Pemerintah Membungkam Informasi 

Bencana banjir yang melanda Tiongkok telah berlangsung hampir dua bulan, jumlah korban jiwa terus meningkat. Pada Kamis (1 Agustus), kota Zixing di provinsi Hunan melaporkan bahwa banjir telah menyebabkan lebih dari puluhan orang tewas dan hilang. Namun, warga mengungkapkan bahwa korban di daerah tersebut jauh lebih parah daripada yang dilaporkan secara resmi. Para korban tidak menerima bantuan. Bahkan,  pihak berwenang menutup informasi tentang apa yang terjadi

NTD

Pada 1 Agustus, wilayah hujan lebat di Hunan terus meluas. Karena hujan deras yang berlangsung beberapa hari, ditambah dengan meluapnya sungai dan pembukaan pintu air dari bendungan, situasi di Chenzhou dan Xiangtan menjadi sangat parah.

Seorang korban bencana di Zixing, Chenzhou, Hunan, berinisial  Li, berkata: “Bendungan masih melepas air hari ini, banyak rumah yang hilang, semuanya tersapu, tidak ada satu bangunan pun yang tersisa, lebih parah dari yang bisa kamu bayangkan. Sungguh mengerikan!”

Sejak 27 Juli, ketinggian air di Waduk Dongjiang di kota Zixing meningkat tajam, dan aliran air masuk ke waduk memecahkan rekor dalam  sejarah.

Pihak berwenang mengklaim bahwa pembukaan pintu air dilakukan untuk memastikan keselamatan waduk, tetapi ini menyebabkan beberapa kota dan desa terendam, desa-desa menjadi lautan, ladang pertanian berubah menjadi danau, dan transportasi, listrik, serta komunikasi sempat terhenti sepenuhnya. Beberapa daerah masih belum memiliki akses air dan listrik, transportasi terhambat dan kehidupan masyarakat menjadi sangat sulit.

Korban bencana lokal berkata: “Karena kami tidak memiliki air untuk diminum. Rumah-rumah lama semuanya runtuh. Pagi ini tidak ada beras di rumah.”

Wakil Ketua Aliansi Demokrasi Tiongkok, Sheng Xue, mengatakan: “Pelepasan air menyebabkan begitu banyak orang meninggal dunia dan akhirnya mereka malah membuat video yang menunjukkan aksi heroik operasi penyelamatan warga. Ketika kita berbicara tentang bencana alam ini, kita harus menyadari bahwa rezim otoriter dan diktator Komunis  ini justru menjadikan bencana alam sebagai bencana buatan manusia.”

Hingga 1 Agustus, laporan resmi menyatakan bahwa di kota Zixing, ada 30 orang tewas dan 35 orang hilang. Data sebenarnya mengenai korban tewas dan luka-luka tidak diketahui. Warga setempat mengungkapkan bahwa jumlah korban jauh lebih parah daripada yang dilaporkan secara resmi, pihak berwenang menutup-nutupi informasi dan para korban bencana belum menerima bantuan.

Seorang korban bencana di Zixing, Chenzhou, Hunan,  Li, berkata: “Situasi korban jiwa sangat parah, kondisi di Desa Dongping dan Longxi sangat serius, dan ini tidak bisa diceritakan!”

Baru-baru ini, tiga provinsi di Timur Laut mengalami hujan deras, dan banjir meluas. Pada Rabu (31 Juli), ada 36 waduk di provinsi Jilin dan 31 waduk di provinsi Liaoning yang membuka pintu air secara bersamaan hingga memperburuk situasi bencana.

Seorang warga Ning’an di Mudanjiang,  Wang, mengatakan: “Pelepasan air, aliran balik sungai besar, desa-desa sangat terkena dampaknya, kehilangan harta benda, rumah, tanah pertanian, semuanya terlalu banyak!”

Pada hari yang sama, ketinggian air di Sungai Mudanjiang, Heilongjiang meningkat tajam, gelombang banjir melintasi Ning’an, dan rumah serta ladang pertanian di beberapa desa di tepi sungai terendam, jalanan berubah menjadi lautan. Pihak berwenang mengklaim bahwa lebih dari 9.000 orang telah dievakuasi, tetapi situasi korban jiwa tidak diketahui.

Departemen Meteorologi meramalkan bahwa dalam beberapa hari mendatang, sebagian wilayah di Hunan akan terus mengalami hujan badai dan beberapa daerah akan mengalami hujan lebat. (Hui)