Pemimpin Oposisi Venezuela Ikut Aksi Protes, 7 Negara Uni Eropa Desak Pengumuman Resmi Hasil Pemilu

NTD

Kontroversi terus berlanjut terkait pemilihan presiden Venezuela. Dalam gelombang protes, setidaknya 20 orang tewas dan 2000 orang ditangkap. Pada Sabtu (3 Agustus), ribuan warga dari berbagai kubu turun ke jalan, dan pemimpin oposisi Maria Corina Machado tidak lagi bersembunyi, ia bergabung dalam aksi protes. Pemimpin dari tujuh negara Uni Eropa juga menyerukan kepada Venezuela agar  mengumumkan hasil pemilu presiden guna menunjukkan “transparansi dan integritas proses pemilu.”

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengklaim kemenangan dalam pemilihan yang berlangsung akhir pekan lalu. Namun, pihak oposisi menolak hasil yang diumumkan secara resmi, dengan klaim bahwa kandidat oposisi,  Edmundo González Urrutia, seharusnya menjadi pemenang.

 7 Negara Eropa Desak Pengumuman Hasil Pemilu

Hasil pemilu Venezuela sebelumnya ditolak oleh Amerika Serikat, Argentina, Kosta Rika, Ekuador, Panama, dan Uruguay. Mereka menyatakan bahwa berdasarkan hasil yang tersedia, Gonzalez jelas memenangkan pemilihan.

Hari Sabtu  (3 Agustus), tujuh negara Uni Eropa yaitu Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Polandia, Portugal, dan Spanyol merilis pernyataan terkait situasi pasca pemilihan presiden yang kontroversial di Venezuela. Mereka menyatakan “keprihatinan serius” terhadap situasi tersebut.

Para pemimpin dari tujuh negara Uni Eropa ini mengatakan dalam pernyataan mereka: “Kami mendesak otoritas Venezuela untuk segera mengumumkan semua hasil pemilu.” Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa langkah ini diperlukan untuk “mengkonfirmasi keinginan rakyat Venezuela.”

“Dalam proses ini, hak-hak semua warga negara Venezuela, terutama para pemimpin politik, harus dihormati.”

Isi pernyataan  juga mengatakan, “Kami mengecam keras segala bentuk penangkapan atau ancaman terhadap mereka.” Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa otoritas harus menghormati hak rakyat untuk “berprotes dan berkumpul secara damai.”

Saat pernyataan dari tujuh negara Uni Eropa ini dirilis, ribuan orang berkumpul di seluruh Venezuela untuk menantang klaim kemenangan rezim Maduro.

Pemimpin oposisi Machado menyapa pendukungnya saat protes di Caracas, Venezuela, 3 Agustus 2024. (Yesus Vargas/Getty Images)

Pemimpin Oposisi Tidak Lagi Bersembunyi!

Ribuan pendukung oposisi turun ke jalan menuntut keadilan, para  pemimpin oposisi yang telah diancam akan ditangkap oleh Maduro, Maria Corina Machado, tidak lagi bersembunyi dan bergabung dalam aksi protes. Saat truk yang ditumpanginya melintas, para pendukungnya berseru “Kebebasan!”

Machado sendiri dilarang untuk mencalonkan diri sebagai presiden, sehingga ia mendukung Gonzalez untuk maju. Namun, Gonzalez tidak hadir pada Sabtu  (3 Agustus).

Ia mengatakan kepada kerumunan massa, “Kami tidak pernah sekuat hari ini,” dan menambahkan, “rezim ini tidak pernah selemah ini sebelumnya.”

\

Pemimpin oposisi Machado berbicara kepada pendukungnya saat protes di Caracas, Venezuela, 3 Agustus 2024. (Yesus Vargas/Getty Images)

Menurut organisasi seperti “Human Rights Watch” yang berbasis di Amerika Serikat, setidaknya 20 orang tewas dalam gelombang protes pasca pemilu di Venezuela. Pada  3 Agustus, Maduro dalam pertemuan di ibu kota Caracas mengatakan bahwa sekitar 2.000 orang telah ditangkap dan meminta otoritas terkait untuk “memperberat hukuman.”

Kemenangan Maduro sebelumnya pada tahun 2018 juga tidak diakui oleh negara-negara Amerika Latin, Amerika Serikat, dan anggota Uni Eropa.

Maduro mendapat dukungan dari pimpinan militer, otoritas pemilu, pengadilan, dan lembaga negara lainnya, serta mendapat dukungan dari Rusia, Tiongkok, dan Kuba. (Hui)