Xia Yu – Epoch Times
Setelah pembunuhan pejabat tinggi Hamas dan Hizbullah minggu lalu, Israel telah berada dalam keadaan siaga tinggi untuk mencegah serangan balasan besar-besaran dari lawan-lawan mereka. Pejabat Amerika Serikat juga mengisyaratkan bahwa serangan mungkin akan segera terjadi. Pada Senin (5/8/2024), para menteri luar negeri G7 mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap situasi di Timur Tengah dan mendesak semua pihak untuk menghindari siklus kekerasan balas dendam yang merusak.
Pada Senin, sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Washington Post bahwa pemerintahan Biden telah memberitahu anggota kongres AS bahwa serangan balasan dari Iran mungkin terjadi paling cepat pada hari Senin atau Selasa. Karena melibatkan masalah keamanan sensitif, para sumber tersebut meminta agar identitas mereka tidak diungkapkan.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara dengan para menteri luar negeri G7 pada hari Minggu dan membahas “kebutuhan mendesak untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.”
Pernyataan Departemen Luar Negeri yang dikeluarkan oleh para menteri luar negeri G7 menyatakan bahwa Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, serta perwakilan tinggi Uni Eropa, sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang dapat menyebabkan konflik yang lebih luas di wilayah tersebut.
“Kami sekali lagi mendesak semua pihak terkait untuk tidak melanjutkan siklus kekerasan balas dendam yang merusak saat ini, untuk meredakan ketegangan, dan melakukan de-eskalasi yang konstruktif. Peningkatan lebih lanjut di Timur Tengah tidak akan menguntungkan negara atau bangsa manapun,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pada akhir pekan, upaya diplomatik terus berlangsung untuk meredakan ketegangan regional dan mencegah eskalasi konflik antara Israel dan Hamas di Gaza menjadi perang besar.
Israel: Harus Siap atas Segala Sesuatu
Pada malam Minggu, Israel dan Hizbullah terlibat baku tembak. Militer Israel mengumumkan pada Senin dini hari bahwa mereka telah mencegat “sebuah target udara mencurigakan yang melintasi dari Lebanon”, yaitu sebuah drone peledak yang masuk ke Israel dari Lebanon dan jatuh di daerah Markiya di timur laut.
Militer Israel juga menyatakan telah menyerang infrastruktur yang diduga digunakan oleh Hizbullah di Lebanon, termasuk tempat penyimpanan senjata, dan menembakkan artileri ke Chebaa dan Rachaya Al Foukhar di selatan Lebanon. Pada malam Senin, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah membunuh komandan Hizbullah Ali Jamal Aldin Jawad dalam serangan terhadap Lebanon.
Pada Senin, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengunjungi sebuah pusat komando. Dalam sebuah pernyataan dari pemerintah Israel, Gallant mengatakan, “Kita harus siap dengan segala cara, termasuk dengan segera beralih ke status ofensif.”
Pemerintah Israel dalam pernyataan lain mengatakan bahwa Gallant berbicara dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada malam sebelumnya, memberitahukan tentang kesiapan Israel untuk mempertahankan diri dari ancaman Iran dan proksinya.
Pada Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan kabinet keamanan untuk membahas persiapan serangan balasan. Pernyataan dari kantor Netanyahu mengatakan bahwa Israel bertekad untuk melawan Iran dan proksinya di semua front dan bidang—baik yang dekat maupun yang jauh.
Jenderal Komando Sentral AS Tiba di Israel
Militer Israel melaporkan bahwa seorang jenderal dari Komando Sentral AS telah tiba di Israel untuk bertemu dengan para pemimpin militer Israel dan mempersiapkan kemungkinan serangan dari Iran dan proksinya, terutama Hezbollah dari Lebanon. Jenderal Michael Erik Kurilla bertemu dengan Kepala Staf Umum Israel Herzi Halevi untuk melakukan penilaian situasi keamanan dan strategis bersama.
Washington Post melaporkan bahwa seorang pejabat pertahanan menyatakan bahwa dua kapal perusak AS telah memasuki Laut Merah pada hari Senin. Setelah meninggalkan Teluk Persia minggu lalu, kapal-kapal perang AS “Laboon” dan “Cole” bergerak ke barat dari Teluk Oman. Kedua kapal tersebut adalah bagian dari armada 12 kapal perang AS yang saat ini berada di Timur Tengah atau Laut Mediterania, termasuk kapal induk Theodore Roosevelt, yang tampaknya juga sedang menuju Israel.
Reaksi Iran
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyalahkan Israel atas ketidakstabilan di Timur Tengah, mengatakan bahwa “Iran tidak ingin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.” Dia mengatakan dalam konferensi pers, “Jika Iran menggunakan haknya untuk menghukum (Israel), itu adalah untuk membangun stabilitas di wilayah tersebut.”
Dengan meningkatnya kekhawatiran, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi melakukan kunjungan langka ke Teheran untuk menyampaikan pesan Raja Abdullah II tentang “eskalasi berbahaya” di Timur Tengah. Yordania adalah sekutu dekat Barat dan pada bulan April lalu membantu mencegat senjata yang dikirim Iran ke Israel. Safadi bertemu dengan Presiden Iran yang baru terpilih Masoud Pezeshkian pada hari Minggu. Diberitakan bahwa Presiden Iran mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa pembunuhan Haniyeh adalah kesalahan besar dan tidak akan diabaikan.
Hamas dan Iran menuduh Israel bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin politik tertinggi Hamas, Haniyeh, pada Rabu pekan lalu, sementara sehari sebelumnya, Israel membunuh pemimpin Hezbollah, Shukr. Israel menolak untuk berkomentar mengenai kematian Haniyeh. (Jhon)