Lonjakan Kasus COVID-19 di Tiongkok: Lebih dari 10.000 Kasus Baru di Guangdong pada Juli 2024

Fang Xiao – Epoch Times

Baru-baru ini, banyak laporan tentang orang yang “positif” (COVID-19 ) di media sosial, disertai dengan gejala seperti batuk, sakit kepala, demam… Infeksi virus COVID-19  menjadi topik hangat yang banyak dibahas. 

Data resmi dari pemerintah Tiongkok menunjukkan bahwa Provinsi Guangdong mencatat 8.246 kasus infeksi pada  Juni, dan pada  Juli jumlah kasus bertambah lebih dari 10.000. Berita ini menarik perhatian besar dan menjadi tren di media sosial.

Kasus Infeksi COVID-19 di Guangdong Meningkat Lebih dari 10.000 Kasus pada Juli 2024

Biro Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Provinsi Guangdong mengumumkan ringkasan epidemi penyakit menular di seluruh provinsi untuk  Juni dan Juli 2024. Data tersebut menunjukkan bahwa pada Juni, jumlah kasus infeksi COVID-19 di Guangdong adalah 8.246 kasus, sedangkan pada  Juli meningkat menjadi 18.384 kasus, meningkat lebih dari 10.000 kasus baru.

Menurut data yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC), antara 1 Juli hingga 31 Juli, 31 provinsi (termasuk daerah otonomi dan kota-kota besar) serta Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang melaporkan 203 kasus baru yang masuk kategori parah dan 2 kasus kematian (di mana tidak ada yang meninggal akibat kegagalan fungsi pernapasan yang disebabkan langsung oleh infeksi COVID-19, namun 2 kematian tersebut melibatkan pasien dengan penyakit bawaan yang diperparah oleh infeksi COVID-19).

Hal ini menunjukkan adanya tren peningkatan kasus infeksi COVID-19. Mengingat kebiasaan pemerintah Tiongkok untuk menutupi fakta terkait epidemi, banyak pihak di luar menganggap situasi sebenarnya jauh lebih serius daripada yang diumumkan oleh pemerintah.

Varian Omicron yang Mendominasi: Varian Seri XDV Meningkat

Menurut informasi yang dirilis oleh CDC – Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, dibandingkan dengan  Juni, semua sekuens genom virus COVID-19 pada kasus domestik di Tiongkok pada bulan Juli adalah varian Omicron, dengan varian yang dominan adalah varian seri JN.1 dan XDV.

Proporsi varian XDV meningkat dari 25,1% hingga 32,9% pada bulan Juni menjadi 38,8% hingga 43,6% pada bulan Juli, naik sekitar 10% dari sebelumnya.

Dr. Yan Wensen, Wakil Kepala Departemen Kedokteran Pernafasan dan Perawatan Kritis di Rumah Sakit Rakyat Kedua Provinsi Guangdong, menjelaskan bahwa baru-baru ini sebagian besar pasien COVID-19 yang datang ke klinik adalah orang-orang muda, dan mayoritas mengalami gejala seperti sakit tenggorokan, demam, serta nyeri otot.

Dengan peningkatan lebih dari 10.000 kasus infeksi COVID-19 di Guangdong pada bulan Juli, yang mencapai 18.384 kasus, berita ini segera memicu perdebatan hangat di kalangan netizen. Warga di berbagai provinsi dan kota terus-menerus melaporkan di media sosial bahwa mereka kembali terinfeksi, dan beberapa netizen berbagi pengalaman tentang COVID-19 yang kembali melanda mereka.

Pengguna dari Guangdong bernama “啊嘛呢空” (amanekong) mengatakan, “Saya termasuk salah satu dari 10.000 kasus itu, minggu lalu saya dites di rumah sakit dan hasilnya positif COVID-19.”

Pengguna dari Shanghai bernama “滾滾歲月洪流”(gun-gun-shui-yue-hongliu) mengatakan, “Banyak orang di sekitar saya kembali terinfeksi.”

Sementara pengguna dari Jiangsu bernama “Cecilia_911” mengatakan, “Saya merasa sangat tidak enak, tidak tahu apakah saya terinfeksi lagi. Tenggorokan saya terasa seperti menelan pisau, hidung tersumbat, keluar ingus, sedikit demam, sekujur tubuh lemas, tidur seharian pun tidak membaik. Jika besok masih begini, saya langsung pergi untuk infus.”

Pengguna dari Guangdong bernama “顏上傾國”(yan-shang-qing-guo) membalas, “Sama, kita senasib.”

Pengguna dari Beijing bernama “julia33445” berkata, “Saya sedang terinfeksi sekarang, belum sembuh, masih sangat tersiksa.”

Pengguna dari Zhejiang bernama “艾珀_AP” berkata, “Pada 24 Juli hasil tes PCR saya positif COVID-19.”

Pengguna “羊羊娛記YS” menambahkan, “Penyebaran kembali virus COVID-19, terutama kemunculannya kembali pada musim panas 2024, menunjukkan betapa virus ini sangat bertahan lama dan kompleks.”

Penyebaran kembali virus COVID-19 juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan netizen tentang kemungkinan terjadi lagi wabah besar. (Jhon)