Ketika Pasar Saham Tiongkok Alami Penurunan Tiga Hari Berturut-turut, Capai Level Terendah dalam Empat Tahun

Tang Rui dari New Tang Dynasty Television

Pasar saham Tiongkok terus mengalami gejolak. Pada  14 Agustus 2024, nilai transaksi di bursa saham Shanghai dan Shenzhen mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut, mencapai level terendah dalam empat tahun. Bagaimana prospek pasar saham Tiongkok? 

Pada Rabu 14 Agustus, tiga indeks utama saham Tiongkok mengalami penurunan bersama-sama. Indeks Shanghai turun 0,6%, ditutup pada 2850,65 poin; indeks Shenzhen turun 1,17%, dan indeks ChiNext turun 1,42%.

Pada hari yang sama, nilai transaksi di bursa saham Shanghai dan Shenzhen mencapai RMB.477,4 miliar, ini  merupakan penurunan di bawah RMB.500 miliar selama tiga hari berturut-turut, serta level terendah sejak 25 Mei 2020.

Menurut Profesor Xie Tian dari Aiken Business School, University of South Carolina, ini mencerminkan garis bawah dari resesi ekonomi serius di Tiongkok. Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi ekonomi seperti ini, perusahaan-perusahaan Tiongkok tidak memiliki banyak peluang untuk meraih keuntungan atau pertumbuhan aset dengan cepat, sehingga penurunan pasar saham ini sudah dapat diperkirakan.

Rapat pleno ketiga Partai Komunis Tiongkok biasanya dianggap sebagai pertanda munculnya kebijakan ekonomi baru, tetapi pertemuan bulan lalu tidak membawa dorongan bagi pasar saham.

Ahli ekonomi Li Hengqing dari Washington Institute for Information and Strategic Studies menyatakan bahwa banyak orang awalnya berharap adanya kebijakan yang menguntungkan setelah rapat pleno ketiga, tetapi hasilnya membuat semua orang kecewa.

Laporan terbaru dari UBS menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan saham Tiongkok oleh 40 investor terbesar di dunia, termasuk pemegang saham aktif dan pasif, mencapai level terendah dalam 10 tahun. Dari 820 dana aktif yang dilacak oleh UBS, sekitar 190 di antaranya tidak memiliki kepemilikan saham Tiongkok sama sekali.

Pada saat yang sama, arus keluar modal asing dari Tiongkok semakin cepat. Badan Administrasi Valuta Asing Tiongkok melaporkan bahwa pada kuartal kedua tahun ini, “liabilitas investasi langsung” oleh investor asing menurun sekitar 15 miliar dolar AS, mencatat rekor tertinggi dalam sejarah.

Para analis berpendapat bahwa prospek pasar saham Tiongkok suram dan tanpa harapan.

Profesor Xie Tian menambahkan bahwa pemulihan ekonomi Tiongkok tampaknya masih jauh dari kenyataan, sehingga rebound di pasar saham tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Menurutnya, rakyat Tiongkok juga mulai semakin sulit terperdaya oleh janji-janji palsu.

Li Hengqing juga mengungkapkan bahwa pasar saham Tiongkok selama ini sering kali digunakan untuk memanipulasi investor. Tujuannya adalah untuk menjebak investor agar membeli saham sehingga pihak terkait dapat keluar dari kesulitan. Dengan demikian, menurutnya, tidak ada peluang besar di pasar saham Tiongkok saat ini, dan masyarakat sebaiknya tidak berharap terlalu banyak. (Hui)